Pandan Pekuburan
Marliza. M. Pd
Tagursiana. 177#
Sepulang pertemuan malam itu, wajahnya Rusdi masih terlihat tegang meskipun dia masih mampu tertawa. Dia mulai menuturkan pada Yuli istrinya bagaimana ia berdebat dengan sesama anggota kaum dalam rumah gadang malam itu.
Rusdi telah berupaya menjelaskan dengan baik sesuai dengan informasi yang didapatmya. Karena sebelum bicara Rusdi sudah mencari data dan dasarnya. Namun Mak Utih tidak juga mau menerima dan tidak mau memahaminya. Ia tetap menantang apa yang dosampaikan Rusdi. Mak Utih merasa bahwa dirinya yang benar. Perdebatan pun makin runcing, akhirmya Rusdi memutuskan untuk walk out dari pertemuan itu dari pada harus menantang Mak Utih, mamaknya.
" Mak, saya tidak setuju kalau tanah yang diperuntukkan untuk pandan pekuburan harus dijual. Meskipun hanya sebahagian saja. Hal itu tidak sesuai dengan amanah angku kita ". Kata Rusdi.
Namun karena kondisi letak tanah itu sangat strategis saat ini, dan nilai jualnya juga bagus maka beberapa orang anggota kaum mau membagi dan menjual sebagaian tanah tersebut. Rusdi tidak dapat lagi mempertahankannya.
Betsambung
Baitijannati. 26092021*****
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Mks pak Dede suportnya. Sukses selalu ya pak.