Meranggas
Musim kemarau terasa begitu lama. Kering kerontang, tanah menjadi tandus dan gersang. Konon bulan Januari yang katanya hujan sehari-hari pun tak terjadi. Persediaan air pun mulai menipis. Sungai-sungai mulai mengering. Pemandangan ini merata hampir di seluruh kawasan tempat kita berada. Debu-debu beterbangan, terbawa angin yang kadang berhembus kencang. Sumur-sumur pun banyak dikeluhkan warga mulai berkurang airnya. Pada jam-jam tertentu saja terisi.
Bahkan di beberapa daerah krisis air sudah lama terjadi. Para petani pun kebingungan untuk mengolah lahannya kembali. Gagal panen yang kemarin karena hujan yang tak pasti pun seakan menghantui. Tanah-tanah mulai retak dan melebar. Panas menyengat semakin terasa. Tak tahu kapan bisa mengolah tanah. Terlebih untuk petani tadah hujan.
Tak dimungkiri, kemarau tahun ini memang panjang. Kekeringan melanda. Bahkan beberapa daerah di Gunungkidul sudah kesulitan air. Berbagai bentuk kepedulian pun dilakukan, mulai dari penggalangan dana sampai dropping air. Ini tentu wujud empati yang patut kita acungi jempol. Semoga menjadi amal ibadah bagi semua pihak.
Debu-debu yang beterbangan pun rentan membawa virus-virus penyakit, sehingga bagi mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah pun mudah terserang penyakit menular. Untuk itu menjaga diri dengan masker, cukup makan dan minum pun sangat diperlukan agar tubuh tetap sehat, di tengah kondisi udara yang panas.
Cuaca ini tentu semakin memperburuk kondisi kebakaran hutan yang terjadi di pulau seberang. Tapi kita tentu menyadari bahwa faktor cuaca di luar kemmapuan kita. Cuaca tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Tinggallah kita sebagai makhluk yang berakal untuk bisa berbuat dengan bijak.
Kemauan untuk berbagi dengan sesama. Hemat air dan mau menyisihkan untuk saudara-saudara kita adalah wujud nyata kepedulian. Tak lupa doa selalu dipanjatkan agar kemarau segera berlalu. Hujan segera datang membawa harapan. Membasahi bumi yang mulai kerontang. Menawarkan hati yang terluka, jiwa-jiwa yang lara, merindui air tuk pelepas dahaga, mengusir kabut asap yang kian mendera. Semoga.....
Meranggas
By : Upik Ast.
Kering kerontang
Tersekat , perih tertahan
Meratap lirih di kesunyian
Daun-daunku mengering
Satu persatu jatuh berguguran
Panas kian menyengat
Membuatku lunglai tak berdaya
Akarku terus berkelana
Menembus pori - pori
Tak peduli tanah yang membaja
Mengembara ke ujung dunia
Di manakah setitik air berada?
Tuk pelepas haus nan dahaga
Membasahi raga yang kian melemah
Hujan...
Kapan kau akan datang?
Membasuh rindu yang membuncah
Menawarkan hati yang terluka
Membalut jiwa yang lara
Melepas dahagaku bersama bintang
Piyungan, 23 September 2019
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kidul Kampus Ngricik, bun. Gambar nya gitu..
Iya Pak,Ahad kemarin jalan-jalan ke sana..Semoga hujan swgera turun nggih... Barakallah Pak
Paparan mantaps Bund. Nenar kekeringan sufah dirasakan oleh setiap orang. Rindu hujan makin menggebu. Dipungkiri atau dimungkiri yah Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Makasiih Bunda Vivi....dimungkiri Bund...hehehhe.....salam sehat dan sukses selalu.. Barakallah
Di sini juga Bund. Kering. Panas. Angin. Semoga segera berlalu. Sehat selalu Bund.Amin
Iyq Bund. Kering keronyang, semoga segera turun hujan nggih.. Terima kasih dah singgah..barakallah
Di sini juga Bund. Kering. Panas. Angin. Semoga segera berlalu. Sehat selalu Bund.Amin