Marlupi

Hidup hanya sekali, harus berarti. Kau dilahirkan Ibumu menangis, sedang orang-orang di sekitarmu tertawa ria. Bersungguh-sungguhlah dalam menempa hidupmu, agar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Siang di Bukit Wangi
dokumen pribadi

Siang di Bukit Wangi

Hari memang tak lagi pagi, sudah hampir pukul 12.00. Itu tak menyurutkan semangat kami untuk tetap mendaki bukit di sebelah sekolah kami. Bukit biasa yang dulu dibiarkan begitu saja. Namun sekarang sudah jauh berubah. Orang-orang sekitar menamainya Bukit Wangi. Entah mengapa dinamai seperti itu. Apa karena sepanjang jalan menuju ke bukit kita banyak menemui bunga-bunga yang wangi, atau hal lain belum diketahui. Sepanjang perjalanan yang kami lewati sawah terhampar begitu luas dan menyejukkan dengan angin yang sepoi-sepoi.

Bukit ini memang tak jauh dari tempat kami bekerja dan bercocok tanam ( mengajar ), sehingga tak heran banyak siswa-siswa kami yang berasal dari daerah itu. Setelah naik motor sekitar 10 menit sampailah kami di sebuah perkampungan yang belum begitu padat penduduk. Jalan agak menanjak dan berliku, tapi tak mengapa. Sesekali berhenti hanya untuk melihat pemandangan dari atas. Tak perlu lama sampailah di tempat parkir. Ternyata perjalanan kita belum sampai.

Kami masih harus mendaki jalan setapak untuk sampai ke puncak bukit. Sungguh menguras tenaga , apalagi di teriknya mentari yang agak garang siang ini. Rasa lelah rasanya terbayarkan begitu sampai di atas bukit. Betapa tidak. Hamparan sawah menghijau di antara perkampungan terlihat begitu indah dan menyejukkan. Hati menjadi tenteram, paling tidak stok pangan masih ada ( panen beras hehehe).

Tak sah rasanya kala perjalanan yang berat menuju puncak tak diabadikan. Biasa, cekrak cekrek gratis dengan kamera andalan, gawai kesayangan. Tak usah menggunakan filter pun tetap kelihatan indah , karena memang pelukisnya sungguh tiada tara. Siapa lagi kalau bukan Sang Pencipta. Gambaran secuil lukisan semesta yang begitu indahnya. Langit begitu cerah, dengan awan putih bak kapas beterbangan. Wooooow, sungguh bagaikan negeri di atas awan.

Tak lupa tetap berhati-hati ketika berada di puncak, hanya sebuah pagar kayu tipis yang membatasi. Tak boleh meleng ( terlena ) sedikit saja dengan pesona keindahan, agar tak tergelincir. Batu-batu terjal di kanan kiri pun harus diperhatikan. Begitu pula dengan hidup ini. Keindahan dan kenyamanan hati tak bisa kita raih begitu saja. Selalu ada upaya dan perjuangan. Ikhtiar dan kesabaran. Benar adanya semua kan indah pada waktunya. Tak ada yang kebetulan, semua harus diupayakan, dan Tuhan yang takdirkan.

Perjalanan mendaki bukit dengan sabar dan semangat, tapi semua akan terbayarkan ketika kita mencapai puncaknya. Pun demikian kita tak boleh lupa, berhati-hati dan selalu waspada, karena semakin tinggi bukit yang kita daki, maka angin semakin kencang, jalan semakin terjal. Janganlah terlena agar tak jatuh ke jurang. Tetaplah ikuti aturan. Setinggi apapun kita mendaki, tetaplah berpijak di bumi. Terima kasih Bukit Wangi yang telah begitu indah memberi pelajaran pada kami.

Selamat Hari Olah raga Nasional. Kita sehat, kita kuat, Indonesia maju.

#sehatlahnegeriku#edisihaornas#mednakibukitwangi

Banguntapan,10092020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap dik.. .mendaki membuat kita lebih sehat sabar bahagia sehat sll.. . Kita ambil hal yg baik dalam hidup ya dik salam sehat semangat sll

10 Sep
Balas

Your trip your adventure, keren ibu

10 Sep
Balas

Keren bu, petualangan berkesan...sukses bu

10 Sep
Balas



search

New Post