MARNIATI, S.Sos, M.Pd

Hamba Allah yang diamanahkan sebagai Pendidik pada MTsN 1 kota Pekanbaru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dia Sahabat Ku - 3

Dia Sahabat Ku - 3

Tantangan H14

Andi Yuniswita, dari namanya saja orang sudah tau kalau si empunya nama berdarah bangsawan Bugis.

Yuni, kami memanggilnya. Dia seperti bayanganku. Aku tau dia dan sebaliknya dia tau aku.

Kebersamaan dengan nya bagai cerita drama kehidupan di layar kaca. Penuh liku, sedih dan bahagia. Masa-masa sulit sebagai mahsiswi dan perantau, Yuni kost dan jauh dari keluarga. Masa dimana kami sama-sama berjuang, mencari identitas dalam mencapai cita-cita.

Dewasa, mandiri, supel dan ramah. Sosok seorang kakak dan saudara. Itulah yang ku suka darinya.

Tahun 1991 - 1997, kami bersama dalam jalinan persahabatan. Awal pertemanan, ketika kami mengikuti program penataran P4 pola 100 jam yang di taja oleh pihak kampus untuk mahasiswa baru.

Aku dan Yuni adalah mahasiswa fak. Fisipol jurusan IP, sebagai pendatang baru setiap mahasiswa berusaha mencari dan menjadi teman.

Pertemanan kami pun di mulai dari berbagai rangkaian kegiatan kampus. Selaian Penataran P4, fakultas juga melaksanakan Orientasi Pendidikan (Ordik), Kemah Kerja Mahasiswa (KKM), dan Malam Keakraban Mahasiswa (Makema). Kegiatan yang bernilai positif karena dari sini kami saling mengenal lintas jurusan dan angkatan. Untuk jurusan IP sendiri adalah jurusan yang cukup kompak saat itu.

Seiring waktu perkuliahan berjalan, kamipun semakin dekat. Dimana ada yuni, di situ ada aku. Nilai IPK kamipun tidak jauh berbeda, sehingga aku dan Yuni bisa mendapatkan bea-siswa. Bea-siswa yang kami terima juga dari sumber yang sama.

Aku juga sering numpang di kos-an Yuni, karena jadwal kuliah kami sehari terkadang ada 3 MK yang tersajikan dan diambil. Sehingga aku tidak bisa pulang. Itulah penyebab aku sering terdampar di kos-kosannya. Kalau yuni makan, aku juga makan, he..he.. Kalau ingat itu, aku jadi malu.

Kesesuaian dan kedekatan diantara kami berdua tidak menghalangi untuk berakrab dengan kawan lain. Jika sudah berkumpul bersama kawan lain, ya sudah kami adalah bagian dari mereka.

Yuni dan aku sama-sama berkacamata. Bedanya kalau aku, sekarang masih bisa di lepas sedangkan Yuni tidak.

Pernah kami berpenampilan dengan pakaian yang sama. Kemeja kotak-kotak berwarna merah, celana jeans hitam dan map buku. Sensani yang luar biasa, sehingga mendapat respon yang lumayan dari kawan-kawan dan beberapa dosen. Ha..ha..ha... Lucu kalau ingat itu Yun ... Dan kita tidak akan pernah lupa.

Yuni lembut dan cantik, tak heran banyak cowok yang suka padanya. Tapi dia bisa menempatkan diri sebagai teman bagi mereka. Sehingga para cowok di fakultas harus gigit jari karena Yuni lebih memilih nyeberang ke fakultas lain.

Kedekatan Yuni dengan pilihannya tidak mengurangi persahabatan kami. Hanya saja sebagai akibatnya, Yuni tidak pernah bisa ikut kegiatan fakultas, seperti Studi Banding ke pulau Jawa - Bali, yang menjadi agenda tahunan di jurusan kami.

Apakah ini alasannya Yun .., aku rasa iya ...

Satu hal lagi yang paling berkesan dan mungkin sempat jadi sesalan kami waktu itu adalah ketika di semester akhir, aku dan Yuni di panggil oleh kepala biro. Kami diminta mengajukan surat permohonan Tunjangan Ikatan Dinas (TID), kami saling berpandangan dan sepakat menyatakan tidak mau. Rasanya kami lelah dengan buku-buku dan mau istirahat sejenak dari rutinitas belajar.

Beberapa waktu kemudian, penolakan kami terhadap TID ini, kami ceritakan kepada kawan-kawan. Kami kira mereka akan mendukung sikap yang kami ambil, ternyata malah sebaliknya. Berbagai argumen mereka sampaikan, bahkan menganggap kami bodoh telah menolaknya. Kami diminta meralat dengan menemui kembali kepala biro.

Keesokannya, aku dan Yuni menemui kepala biro dan menyampaikan maksud dan tujuan. Sayang sekali kata kepala biro, kami terlambat, karena tawaran yang di tolak sebelumnya adalah tawaran terakhir dan memang hanya untuk dua orang. Setelah itu program TID dihapuskan.

Kami dapat wejangan, bahwa kesempatan yang ada itu hanya sekali, gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya.

Perjumpaan aku dan Yuni mulai berkurang setelah menyelesaikan studi. Selanjutnya masing-masing sibuk dengan dunianya yang baru, dunia pencari kerja.

Yuni tidak langsung pulang ke daerah asalnya di Tanjung pinang. Ia memilih untuk mencari pekerjaan di Pekanbaru, sampai kemudian ia menjadi karyawan swasta dan berumah tangga. Hanya beberapa tahun saja di Pekanbaru, merasa kurang cocok rasanya hidup di ibukota propinsi ini, sahabatku itu kemudian memutuskan untuk kembali ke Tanjung Pinang.

Sekarang kami sudah tidak bisa seperti dulu lagi. Masing-masing memiliki dan menjalani hidup dan dunianya. Tapi kedekatan hati dan tali persahabatan tetap terjalin.

Muuaachhh ... Salam sayang buat mu sahabatku.

Pekanbaru, Sabtu 18 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post