Marni Hartati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Peringatan: Guru Jangan
http://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrwE98Fpd5Y7VwAB0N.HYpQ;_ylu=X3oDMTBtdXBkbHJyBHNlYwNmcC1hdHRyaWIEc2xrA3J1cmw-/RV=2/RE=1491015045/RO=11/RU=http%3a%2f%2fssilverly.blogspot.com%2f2012%2f12%2ffungsi-pendidikan-secara-luas.html/RK=0/RS=0FAKWoFp8L8aqb5PkmsANzClWFo-

Peringatan: Guru Jangan "Baper"

“Guru juga manusia”

Jadi….., kalau ada pertanyaan “Bolehkah guru marah?Kecewa?Kesal?Cemberut?Ngamuk-ngamuk?Guling-guling? Jungkir balik? Koprol dan sebagainya??? (Lebaaaaay)

Well…..yang pasti, selama guru wujudnya masih manusia saya yakin jawabannya pasti BOLEH,

tapi...................

###############

Menurut falsafah jawa, guru adalah sosok manusia tauladan yang di gugu dan ditiru yang mengemban tugas mulia untuk tidak saja mengajar namun juga mendidik. Mengajar berarti memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik, sedangkan mendidik berasal dari kata educate yang berarti memberikan pemahaman dalam memberikan perubahan tingkah laku yang menuju kearah lebih baik. Mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian yang lebih menggunakan keteladan dan pembiasaan.

Menjadi guru adalah sebuah profesi yang makin menjanjikan dengan sejumlah konsekuensi. Guru diyakini sebagai salah satu unsur utama bagi terciptanya generasi bangsa yang berkualitas tidak saja dalam pola pikir namun juga dalam berperilaku. Tanggung jawab besar guru adalah kemudian memastikan bahwa tingkah laku, gerak-gerik dan segala apa yang terlontar dari lisannya dapat didengar, dipahami dan dijadikan tauladan bagi peserta didik khususnya dan bagi masyarakat umumnya.

Itulah sebabnya dua kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru menurut Undang –Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen selain kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional adalah kompetensi pribadi dan sosial. Kompetensi pribadi adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, sementara kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Guru sebagaimana fitrahnya manusia memiliki sisi psikologis yang ritmenya naik dan turun. Ketika kondisi emosi sedang stabil, maka akan sangat lumrah jika tingkah laku, gerak-gerik dan ucapan yang terlontar baik lisan maupun tulis akan baik-baik saja dan pastinya akan ideal untuk dijadikan contoh yang baik bagi peserta didik.

Tapi bagaimana jika karena suatu keadaan tertentu guru dilanda masalah karena beban kerja yang makin hari kian berat, tuntutan kenaikan pangkat dengan sejumlah persyaratan, adanya masalah dengan peserta didik di sekolah dan bahkan mungkin masalah yang berasal dari rumah tangga atau kehidupan sosial lainnya. Bolehkah guru kemudian menjadi Baper?

“Baper” adalah singkatan dari kata BAwa PERasaan yaitu istilah yang sering dipakai oleh generasi sekarang yang bermakna menggunakan atau membawa perasaan yang tidak semestinya. Ketika guru “baper” maknanya guru membawa perasaan yang tidak semestinya ke dalam lingkungan sekolah sebagai indikasi dari guru yang kurang pandai mengolah emosi sehingga gagal menampilkan sosok kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa yang kemudian dilampiaskan dengan gagalnya komunikasi antara guru dengan peserta didik. Hal ini beberapa kali ditengarai sebagai pemantik munculnya ketidaknyamanan bukan saja bagi guru itu sendiri namun juga berimbas terhadap peserta didik. Munculnya sejumlah kasus kekerasan baik fisik maupun verbal yang beberapa kali kita dapati di dunia pendidikan Indonesia ditengarai sebagai bukti bahwa ada sejumlah oknum guru yang “baper”.

Sebagai manusia normal, guru dipersilahkan untuk memiliki dan menyalurkan emosi apapun yang dimilikinya. Namun, merujuk kembali ke UU tentang guru dan dosen, memiliki dan menyalurkan emosi haruslah pada tempat yang semestinya. Seandainya guru memiliki masalah pribadi, masalah keluarga atau masalah lain yang berasal bukan dari peserta didik maka dibutuhkan kecerdasan emosional guru untuk mengidentifikasi masalah, mengisolasi masalah sehingga tidak merembet ke yang lain dan kemudian menyelesaikan masalah tersebut sehingga peristiwa “baper” bisa dihindari demi menjaga agar peserta didik tidak mendapatkan letupan sisa emosi yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. Peserta didik berhak mendapatkan rasa nyaman, aman dan contoh baik dari gurunya dalam menghadapi masalah.

Umpama seorang pemain peran, maka guru adalah artis hebat yang mampu memerankan sejumlah peran sekaligus. Seberat apapun masalah dihadapi, maka guru yang hebat adalah guru yang mampu menanggalkan seluruh emosi negatifnya tepat sebelum mereka masuk kedalam lingkungan sekolah.

Guru Jangan “Baper”

Sebab kalau guru “baper”, itu sama sekali tidak keren.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

saya baper deh baca tulisan mbak Marni Hartati. bagus mbak. sudah ketemu sama mas Eko Prasetyo? kan dicari terus tuh dalam puisi-puisi beliau... hehehe

01 Apr
Balas

Terima kasih mbak Hernawati, saya salah satu penggemar tulisan mbak Herna, kereeeen. Sepertinya yang dicari oleh Mas Eko Prasetyo adalah marni yang lain, ha...ha...ha

01 Apr

Terima kasih mbak Hernawati, saya salah satu penggemar tulisan mbak Herna, kereeeen. Sepertinya yang dicari oleh Mas Eko Prasetyo adalah marni yang lain, ha...ha...ha

01 Apr

Terima kasih mbak Hernawati, saya salah satu penggemar tulisan mbak Herna, kereeeen. Sepertinya yang dicari oleh Mas Eko Prasetyo adalah marni yang lain, ha...ha...ha

01 Apr



search

New Post