Marni Hartati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Kemendikbud lewat Permendikbud no 23 tahun 2015 menggagas program penumbuhan budi pekerti yang salah satu diantaranya adalah Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah program gerakan untuk mendorong tumbuhnya budaya literasi membaca dan menulis bagi siswa di sekolah. Materi baca yang disarankan digunakan hendaknya berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Diharapkan dari membaca materi bacaan yang berkualitas inilah maka akan muncul wawasan luas, budi pekerti yang mulia dan lahirnya tulisan karya yang bermutu sebagai curahan gagasan atau ide warga sekolah.

Saat ini gerakan ini telah dijadikan sebagai program utama dari Kemdikbud di bawah Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah yang akan dijalankan dengan secara masif, terstruktur dan berkelanjutan pada semua sekolah di Indonesia. Sekolah hendaknya menjadi lembaga formal yang menjadi garda terdepan dalam menumbuhkan budaya literasi yang berkesinambungan.

Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

1. Mengkondisikan lingkungan fisik sekolah ramah literasi

Sekolah selayaknya menjadi “taman” yang didalamnya, anak-anak Indonesia mendapatkan suasana belajar yang penuh tantangan dan menyenangkan, oleh karena itu maka diharapkan lingkungan fisik disekolah perlu terlihat ramah literasi dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya mendekatkan dan mempermudah akses warga sekolah terhadap buku dan bahan bacaan dengan mengoptimalkan fungsi perpustakaan sekolah, menyediakan sudut baca di masing-masing kelas dan di beberapa area lain di sekolah. Hasil karya siswa, guru maupun tenaga kependidikan disarankan agar diberi ruang yang lebih luas secara berkala, bergilir dan rutin agar dapat menjadi wadah pengembangan kemampuan literasi warga sekolah.

2. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memiliki komitmen bersama antar warga sekolah dalam menjalankan program literasi. Kepala sekolah sebagai figur pimpinan hendaknya memiliki wawasan dan visi yang literat yang mampu memfasilitasi keberagaman pemahaman demi tercapainya keberhasilan bersama dalam mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat.

Sekolah hendaknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi yang sebaiknya tercantum sebagai program wajib di sekolah salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati (sustained silent reading) atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung baik yang dapat dilaksanakan di masing-masing kelas ataupun kegiatan yang dikonsentrasikan dalam satu titik secara bersamaan.

Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan guru dan tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

3. Mengupayakan Keterlibatan Lingkungan Sosial dan Masyarakat dalam Gerakan Literasi Sekolah

Lingkungan sosial dan mayarakat hendaknya dilibatkan dalam program literasi yang dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah secara aktif. Penggalangan dana dalam upaya pemenuhan bahan bacaan dapat dilakukan melalui interaksi aktif orang tua siswa, alumni maupun kerjasama sejumlah pihak seperti Forum Komite Sekolah maupun badan usaha yang memiliki perhatian terhadap pendidikan khususnya literasi. Pemberian penghargaan terhadap warga sekolah yang literat maupun yang mendukung program literasi dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu atau secara berkala sebagai bagian dari bentuk apresiasi sekolah terhadap program literasi yang sedang berjalan. Selain itu, literasi diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, lomba karya cipta puisi atau essai, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Sekali lagi, peran orang tua siswa, alumni dan badan usaha disekitar lingkungan sekolah sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. Lanjutkan!

10 Apr
Balas

I like it ms. Marni. Bravo

10 Apr
Balas

Sangat menginspirasi. Baarokallah...Bunda. Salam Literasi dari Medan.

10 Mar
Balas

Mantab..semoga juara.sukses selalu bu

07 Oct
Balas



search

New Post