Marni Hartati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

"SUDUT BACA KELAS" ALTERNATIF CERDAS MENANGGULANGI KETERBATASAN BUKU BACAAN

Evaluasi yang dilakukan oleh Programme for Internatioal Student assessment (PISA) yang diadakan oleh organisasi untuk kerja sama dan pembangunan Ekonomi (OECD: Organization for Economic Cooperation and Development) menggambarkan bahwa dalam dua periode penilaian yang diadakan pada tahun 2009 dan 2012 peserta didik Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 peserta dalam Matematika, Sains dan Membaca. Singapura,Hongkong, Korea Selatan , Jepang dan Taiwan adalah 5 negara di ASIA yang menempati posisi 5 teratas.

Berdasarkan hasil kajian dan pengalaman empiris diketahui bahwa membaca merupakan salah satu rahasia sukses dari siswa negera-negara maju tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Realitanya, harus kita akui bahwa kesadaran membaca siswa Indonesaa belum sepenuhnya tumbuh menjadi budaya sehingga tidak mencengangkan jika hasil evaluasi yang dilakukan berbanding lurus dengan realita.

Atas kondisi tersebut kemendikbud lewat permendikbud no 23 tahun 2015 mengagas program penumbuhan budi pekerti yang salah satu diantaranya adalah Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah program gerakan untuk mendorong tumbuhnya budaya literasi membaca dan menulis bagi siswa di sekolah. Saat ini gerakan ini telah dijadikan sebagai program utama dari Kemdikbud di bawah Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah yang akan dijalankan dengan secara masif, terstruktur dan berkelanjutan pada semua sekolah di Indonesia.

Salah satu implementasi nyata dari Gerakan Literasi Sekolah adalah melakukan kegiatan membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Tantangan besar pertama yang dihadapi adalah bagaimana sekolah-sekolah yang memiliki jumlah siswa yang banyak mampu memfasilitasi ratusan buku yang harus disediakan dalam gerakan ini karena ketersediaan buku-buku non pelajaran nampaknya tidak akan mampu dipenuhi oleh sekolah melalui perpustakaan sekolah karena satu atau dua hal. Tantangan kedua yang ditemukan di lapangan adalah siswa mengeluhkan waktu yang kurang memadai untuk mereka melakukan kujungan ke perpustakaan untuk sekedar membaca atau meminjam buku ditengah padatnya jadwal keseharian siswa.

Berangkat dari tantangan tersebut maka disarankan kepada sekolah untuk mewajibkan setiap kelas membentuk perpustakaan kelas atau yang lebih umum dikenal sebagai “Sudut Baca Kelas”. Mekanisme sudut baca kelas adalah di setiap satu sudut kelas disediakan 1 atau 2 meja sebagai tempat diletakannya buku bacaan dimana pengadaan buku bacaan di maksimalkan dari kewajiban siswa untuk membawa minimal 1 karya sastra yang harus disimpan di sudut baca. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana bagi siswa untuk saling berbagi dan bertukar buku dengan sesama rekan siswa. Jika satu siswa telah membaca satu buku maka dia memiliki pilihan untuk bertukar buku dengan sekitar 30 siswa lainnya dalam kelas.

Pada pelaksaannya program sudut baca ini terbukti berhasil dalam menanggulangi kurangnya buku bermutu yang dibaca siswa. Selain itu, tantangan kedua tentang kurang memadainya waktu bisa teratasi karena siswa tidak butuh waktu lama untuk bisa mengakses buku bacaan karena mereka telah memiliki perpustakaan kelas sendiri yaitu sudut baca kelas. Hal yang mengejutkan sekaligus menggembirakan adalah bagaimana kemudian buku-buku di sudut baca kelas nampak lebih variatif dan lebih menarik minat siswa untuk lebih gemar membaca karena buku yang mereka bawa adalah buku-buku kesukaan yang tentu saja sesuai dengan minat, kegemaran dan trend yang berlaku saat ini di usia remaja siswa.

Dalam perkembangannya nampak program “Sudut Baca Kelas” signifikan mendongkrak semangat dan kemampuan membaca siswa. Dalam kurun waktu satu atau 2 minggu siswa ditengah padatnya kesibukan belajar dan mengerjakan tugas mampu membaca minimal satu buku non pelajaran dengan jumlah minimal 100 halaman. Hal tersebut nampak terukur dari laporan yang siswa buat berupa review buku atau peta konsep tentang buku yang telah mereka baca.

Kedepan, sambil terus kegiatan membaca bersama digiatkan, diharapkan kemudian kemampuan siswa menulis juga bertumbuh, sehingga bukan hal mustahil jika kemudian buku-buku yang tersedia di setiap sudut baca kelas adalah hasil karya siswa itu sendiri. Gerakan Literasi Sekolah dengan sudut baca kelas optimis akan meningkatkan budaya literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

sangat inspiratirf dan up-to-date. Terima kasih ya

11 Apr
Balas



search

New Post