Maryam

Maryam, guru SDN 215 inpres Taipa Jika kau bukan anak raja dan anak ulama besar maka menulislah ( Imam Al Gazali )...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menikahi Om-Om bagian 4 ( Dasar Bocah )

Menikahi Om-Om bagian 4 ( Dasar Bocah )

 Usai acara pernikahan, aku langsung ke kamar melepas gaun pengantinku. Rasanya sangat gerah mengenakan gaun itu seharian. Sementara Raka masih di luar bercakap dengan keluarga dan teman-teman dekatnya yang datang.

Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, aku masih dalam kamarku yang berukuran 2x3 meter merenungi nasib pernikahanku. Akan sampai di mana perjalanannya dan bagaimana akhirnya aku tak tahu. Aku akhirnya memutuskan untuk sholat isya dulu sebelum tidur. Usai sholat aku berusaha memejamkan mataku, namun pikiranku melayang kemana-mana.

“krekk” suara daun pintu membuyarkan aku dari lamunan. Mataku beradu dengan mata sosok laki-laki yang sejak tadi jadi bahan lamunanku. Karena ruangan kamar yang terbatas, otomatis ia langsung duduk di tepi ranjang. Tak mungkin berdiri terus di depan pintu kayak patung pahlawan.

“Maaf jadi gimana nih, kamarmu sempit sekali?” ucapnya sambil melepas kopiahnya. Ia kelihatan kegerahan karena masih memakai pakaian pengantin tadi siang.

“yah, bagaimana lagi, keadaannya memang seperti ini” sahutku ketus. “emangnya rumahmu, lengkap dengan AC!” gumamku dalam hati.

“aku mau ganti baju dulu, gerah” ucapnya setelah berpikir  beberapa lama.

“Di kamar mandi sana, kalau mau ganti baju” ucapku sambil menunjuk keluar.

“Maksud kamu, kamar mandinya ada di luar rumah?” matanya melotot seolah tak percaya.

“iya! Dimana lagi, emangnya kamu liat ada kamar mandi di sini?” kataku sambil menarik selimut merah jambu milikku kemudian berbaring. Aku benar-benar lelah. Aku ingin tidur dengan nyenyak kemudian esok bangun dan semua ini hanya mimpi.

Tak ada pergerakan yang aku rasakan, ia  masih duduk di tempatnya semula. Karena hanya tersisa ruangan sekitar limapuluh sentimeter di depan ranjang jadi ia hanya duduk termangu di tepi ranjang.

“kok belum keluar, ganti baju sana!” sahutku lagi karena merasa risih kalau dia duduk mematung di situ.

“Emmm...bisa tolong antar aku” pintanya kayak bocah lima tahun minta permen.

“hahaha, kamu takut?” sahutku tak bisa menahan tawa.

“Tidak!” jawabnya cepat.

“terus, apa namanya coba?” tanyaku masih tergelitik melihat tingkahnya yang pura-pura berani.

“Cuma tak tahu letak kamar mandinya di mana” ucapnya terlihat bersungguh-sungguh.

“hei, pekarangan belakang itu sempit, hanya ada kamar mandi di sana, tidak akan tersesat kok. Palingan juga ketemu nenek lampir yang nemplok di tembok kamar mandi, hihihihi” ucapku menggodanya. Karena aku yakin ia pasti takut.

“ihh kamu, awas yah...” jawabnya sambil melompat ke arahku.

“he ! ingat perjanjian kita, tak boleh saling menyentuh!” kataku sambil menunjuk hidungnya yang hampir saja sampai ke wajahku.

“Iya, maaf, habisnya kamu sih, dasar bocah!” ucapnya kesal kemudian kembali ke posisi semula.

“heh, saya bukan bocah om!” sahutku membalasnya.

“Iya maaf, tolongin deh, temani aku yah ke kamar mandi, please” ucapnya memelas. Karena sudah lelah betengkar dengannya, akhirnya aku mengalah juga. Aku menemaninya menuju kamar mandi. Ia mengekor di belakangku seperti anak kecil. “sebenarnya yang bocah itu siapa? Aku atau dia, minta ditemani segala!” ocehku berbisik, kalau kedengaran, lain lagi urusannya.

Aku mengantarkannya hingga pintu kamar mandi. Keadaan memang cukup gelap, apalagi ini sudah lewat dari jam sepuluh malam, aku sendiri begidik berdiri sendirian di luar.

Usai ganti baju, kami menuju kamar. Kali ini kami berjalan beriringan karena aku juga ikut takut karena suasana yang mulai sepi dan legang.

Sampai di kamar ia kembali bingung “ Aku tidur di mana?” tanyanya menatapaku yang siap tidur dengan selimut menutupi tubuhku. “oh iya ya, hahaha, mau tidur juga rupanya” jawabku tertawa, baru ingat, kalau ada penghuni baru di kamarku. “Mmm..di sana yah” aku mengambil guling dan membatasi jarak antara kami. Kebetulan ranjangku memang cukup luas. Ayah sengaja membuatkan ranjang besar untukku karena dari kecil aku sering jatuh dari ranjang akibat menjelajah saat tidur.

Aku terlelap lebih dulu walau kurasakan berulang kali ia membolak-balikkan badannya gelisah. Mungkin karena kegerahan. “bodo amat” batinku.

“Aduuuh!!” aku terbangun mendengar suara megaduh dari  bawah ranjang. Aku melirik weker yang tertengger di rak dinding kamarku. Jarum jam menunjukkan pukul empat dini hari.

“Astaghfirullah, kak! Kok ada di bawah sih” teriakku kaget melihat Raka tergeletak di depan ranjang dengan wajah meringis.

“auh agh gelap” jawabnya ngambang.

“kenapa sih?” tanyaku lagi.

“eh, bocah sialan...sudah bersalah nanya lagi” rutuknya  meraih lenganku dan mencengkrammnya erat, dia kelihatan sangat kesal.

“Aduh, aduh sakiiit!” aku meringis menahan sakit karena cengkramannya sangat kuat. Air mataku menetes karena sakit yang kurasakan pada lenganku.

“Maaf, habis kamu sih, tidur sambil menjelajah, menendang, memangnya aku bola apa?” jawabnya masih meringis memegang kepalanya yang mungkin terbentur akibat tendanganku.

Ia kemudian meraih lenganku yang memerah “Maaf, aku tak sengaja” ucapnya dengan nada menyesal.

Aku diam tak menjawab. Entah kenapa hatiku terasa sakit mendapatkan perlakuan seperti itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya, sangat menghibur

26 Jan
Balas

Maksih bunda

26 Jan

Ditunggu lanjutannya Bu.

26 Jan
Balas

Siap bun

26 Jan

keren banget bunda--salam sukses selalu

26 Jan
Balas

Makasih bunda

26 Jan

Lucu juga lanjut bu....

26 Jan
Balas

Siap bun

26 Jan

ha3x luuuuucu bener. mantap ceritanya. hiburan pagi ini.

26 Jan
Balas

Maksih Bunda

26 Jan

Keren bun

26 Jan
Balas

Maksih bunda

26 Jan



search

New Post