
SEBELUM BERTEMU PUN RASA SAYANG ITU SUDAH BERSEMI
SEBELUM BERTEMU PUN RASA SAYANG ITU SUDAH BERSEMI
Maryam Damayanti Payapo
Tak terasa, tahun depan, genap 30 tahun sudah aku menjadi dosen di jurusan S1 PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya. Masa yang tidak sebentar, seusia putraku yang pertama yang kini sudah menikah dan mempunyai dua yunior. Hemmm, sungguh proses panjang yang kunikmati sepenuh hati dan sepenuh kecintaan pada profesi yang satu ini.
Beberapa kali aku merasakan sensasi dimabuk kepayang oleh rindu pada mahasiswaku dan suasana kebersamaan dalam perkuliahan. Kapan itu? Ha ha ha, jelasnya, saat aku menjalani masa cuti melahirkan yang sekitar 3 bulanan itu. Rindu belajar bersama mereka. Rindu kebersamaan dalam ruang belajar di kelas- kelas yang ada. Rindu berdiri di hadapan mereka, di awal pembelajaran, sambil menebarkan senyum tulus dari hati dan pandangan penuh kasih dan persahabatan ... menyeluruh dari sisi kanan, tengah, hingga sisi kiri ruangan. Lalu, rindu ucapkan salam, menyapa mereka, dan menanyakan kabar mereka. Ahh, memang kebersamaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata rasa happy-nya itu.
Rasanya, ada yang aneh dalam diriku. Selalu saja, ada perasaan sayang yang terbuhul dalam hatiku pada semua mahasiswa, bahkan sebelum kehadiran mereka di jurusan, sebelum kami bertemu muka. Jadi, begitu ketemuan di jurusan, lalu dalam ruang-ruang kelas, bawaannya itu ingin selalu membahagiakan mereka. Alhasil, begitu perkenalan di pertemuan pertama, tiba-tiba rasa akrab dan dekat itu sudah terjalin begitu saja. Seakan mereka datang dari masa laluku yang penuh cerita bahagia. Lalu bertemu kembali di masa kini. Masa mereka menjadi mahasiswaku dan masa aku menjadi dosen mereka.
Jika aku gambarkan dengan kalimat langkah-langkah pembelajaran yang biasa aku lakukan di kelas bersama mereka, selalu saja ada hal baru yang aku bawa di dalamnya. Semua seperti ilham yang tiba-tiba muncul di benakku lalu aku praktikkan bersama dalam kelas dan akhirnya mendapat respon positif dari mahasiswa. Jika aku bertemu mereka di semester berikutnya, pasti mereka akan request padaku untuk mengulang kembali langkah-langkah inovasiku itu.
Salam, sapa, kabar, presensi, doa bersama mengawali aktivitas, menyanyikan Lagu Kebangsaan atau Lagu Wajib Nasional, Tepuk PPK, pemotivasian melalui sumbang quotes (mahasiswa bergantian saling menyumbangkan quotes untuk motivasi diri), dilanjutkan dengan literasi quotes (mahasiswa bergantian menyampaikan pendapat atau pemahamannya terhadap makna quotes tersebut). Setelah itu, aku akan membawa mahasiswaku masuk ke zona Alfa, dengan melakukan ice breaking yang selalu sukses membuat mereka tertawa gembira dan menjadi bersemangat. Ice breaking yang paling populer di hati mahasiswa adalah ‘Aku pohon mangga yang besar’ juga permainan ‘Ular pendek cacing panjang’.
Dalam kegiatan inti, biasanya aku juga menayangkan film motivasi singkat, tayangan lainnya, atau membawa benda-benda konkret untuk bahan analisis, praktik, atau sebagai media pembelajaran. Rupanya, rasa sayang yang ada, yang membuat pikiranku selalu penuh ide segar dalam upaya ‘membahagiakan’ mahasiswaku dalam perkuliahan.
Hal paling membuatku bahagia adalah ketika mendapati mereka menikmati proses yang ada dan berusaha berjuang optimal dalam memenuhi tugas-tugas yang ada. Selalu yang kulakukan bukan sekadar transfer pengetahuan, melatih keterampilan, dan mengasah sikap mereka. Namun, juga mengawal hablumminallah wa hablumminannas-nya. Bibir dan hatiku pun tersenyum tatkala mendapati mereka layak beroleh nilai A atau A-. Selanjutnya, tatkala melihat mereka mempunyai perilaku yang baik dan menyenangkan saat berinteraksi dengan siapa pun, khususnya padaku dan teman-temanku sebagai dosen mereka di jurusan PGSD FIP UNESA.
Kini, bahagianya nambah lagi. Bukan sekadar bahagia mendapati mahasiswa lulus matakuliah dengan nilai yang bagus, mempraktikkan ilmu sebisanya, terlihat semangat dalam belajar, menunjukkan akhlak yang karimah, tetapi juga ... masih mengingati dosennya dan tetap menyapa dengan santun saat ‘berjumpa’ di medsos dan mengundang saat mereka melangkah ke pelaminan.
Ada satu perlakuan mereka yang selalu membuatku menitikkan air mata, betapa mereka dengan tulus menyampaikan secara tertulis, rasa sayang dan terima kasih atas bimbingan yang kulakukan saat mereka menyelesaikan skripsi mereka. Very unforgettable.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Hatur nuhun Abah Dede. Salam Literasi juga nggih.
Mantap ulasan yang keren
Matur nuwun bunda Risma. Salam Literasi, sehat, dan bahagia selalu.
waaaaahhh,, terimakasih bu, tulisan ibu menambah rasa ingin menjadi guru ini semakin bertambah hehehe