Jangan Macam-macam (1)
Senja baru saja datang ketika Mukidi siap-siap akan keluar rumah. Rasa bosan yang melanda membuatnya ingin jalan-jalan. Tapi melihat ketika ia melirik jam tangannya, tampak jelas waktu salat Magrib pun tak lama akan datang. Hal ini membuat Mukidi ragu-ragu untuk keluar rumah. Dengan rasa kesal ia hempaskan dirinya di kursi depan. Tiba-tiba saja pandangan matanya tertuju pada sesosok tubuh yang sangat ia kenal.
“Mas! Mas Karyono!” teriak Mukidi sambil berlari mengejar Karyono yang berjalan terburu-buru.
“Eh, Mukidi! Ada apa teriak-teriak begitu?”
“Mas Karyono mau kemana?”
“Kamu ini bukannya jawab! Malah balik nanya!” keluh Karyono. “ Aku mau bezoek ke rumah sakit!”
“Saya boleh ikut nggak?” tanya Mukidi ragu-ragu
Karyono diam sejenak. Keningnya berkerut membayangkan apa yang bakal terjadi. Ia ingat betul siapa Mukidi.
“Please, boleh ya, mas? Aku bete di rumah sendirian...”
“Hmmm, tapi syaratnya kamu jangan macma-macam ya?”
Mendengar jawaban Karyono, mendadak Mukidi loncat kegirangan. Setelah mengunci pintu rumah dan pintu pagar, Ia berlari mengejar Karyono. Sepanjang jalan menuju rumah sakit, ia bersenandung bahagia. Lima belas menit kemudian mereka bedua sampai di depan kamar nomor 5 ruang Flamboyan.
“Mas, yang sakit siapa?” bisik Mukidi ketika Karyono membuka pintu kamar
“Ingat, kamu jangan macam-macam!” hardik Karyono mengingatkan.
Mukidi langsung menciut. Ia mengekor di belakang Karyono. Tampak terbaring seorang lelaki di atas ranjang rumah sakit. Karyono mengucapkan salam lalu mencium tangan lelaki tersebut.
“Bagaimana kondisinya, Pak? Oh iya ini rekan saya, Pak. Namanya Mukidi” Karyono menarik tangan Mukidi lalu memperkenalkannya kepada lelaki tersebut. “Ini Pak Taufik, kepala Dinas Pendidikan.”
“Oh iya. Alhamdulillah Pak Kar, kondisi saya sudah mendingan,” sahut lakilaki Bernama Taufik tersebut.
“Diagnosa dokter saki tapa katanya, Pak?” tanya Karyono hati-hati
“DBD, Pak!” sahut Pak Taufik.
“Demam berdarah perantaranya nyamuk. Lha Bapak ini kelihatanyya tinggi besar. Kira-kira nyamuknya segede apa ya sampai beliau kalah?” gumam Mukidi yang langsung disikut oleh Karyono.
“Saya bilang apa! Jangan macam-macam!” hardik Karyono marah
“Hahaha jangan marah, Pak Karyono. Mukidi memang betul, saya juga bingung kok bisa ya saya digigit nyamuk. Segede apa nyamuk ya?” kelakar Pak Taufik membuat ruangan rumah sakit itu jadi sedikit mencair.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar