Masriani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak Perlu Sekejam Itu

Tak Perlu Sekejam Itu

Seminggu telah berlalu setelah pertemuan yang tak disangka itu terjadi tetapi hati ini diselimuti kegelisahan dan penyesalan. Kesadaran akan hakikat manusia kini hadir di sukma. Pertanyaan beruntun hadir dalam benak. Mengapa aku memperlakukannya sebegitu benci. Mengapa di hati ini tak ikhlas menerima takdir dari Ilahi. Ku tepis kegalauan ini dengan harapan bisa bertemu lagi di lain waktu.

Pagi itu ku lebih awal berangkat ke kantor. Hari itu aku tak sempat membuat sarapan Sehingga harus mampir membeli makanan di warung. Ku berhenti di depan warung makan tempat biasa membeli nasi campur namun hari itu warung tersebut tidak dibuka. Ku lanjutkan perjalananku. "Aduh gimana ini, aku tak sempat membuat sarapan pagi dan warung langganan ku juga ikut tutup, aku khawatir jangan sampai magh ku kambuh lagi," gumam ku dalam hati. Dengan terpaksa aku berhenti di warung makan yang tidak begitu jauh dari kantor ku. Memang dulu aku langganan tetap di warung ini namun karena sesuatu hal aku memutuskan untuk tidak lagi mampir ke situ, bukan berarti menunya tidak enak akan tetapi ku tak mau mengenang penghianatan itu lagi.

Ku parkir motorku di depan warung tersebut tiba-tiba dari dalam seseorang menyapaku" hai ...pa kabar, lama tak jumpa. Mimpi apa aku semalam tempatku kini di datangi wanita jomblo yang cantik ?. Sapa Rita anak mbak Wi' pemilik warung makan. Semenjak aku putus dari Andi aku sama sekali tak mau mampir disitu. Rita pun sudah memahami apa yang terjadi padaku, dia mengerti apa yang ku rasakan. "Ternyata panjang ya hayalannya hingga aku tak digubris". Tambahnya lagi."Maaf ya Neng...biasa, sepertinya belum bisa move on". Jawabku sambil merangkulnya dari belakang. Kami berdua tertawa. "Lama juga ya baru mampir disini, kirain udah lupa". Godanya lagi. "Aku biasanya beli nasi disini hanya saja ku menggunakan jasa kurir sehingga dirimu tak pernah tau kalau aku masih setia mencicipi masakan mu"kataku. Obrolan kami makin asyik, maklum aku dan Rita saat SMA sekelas. Setelah tamat SMA, Rita mengambil alih pekerjaan ibunya. " Kemarin aku kedatangan pelanggan lama dari jauh, dia mampir disini katanya lagi rindu dengan menu andalannya". Rita memulai pembicaraan lagi. Aku yakin pasti yang dimaksudnya itu Andi. Aku pura-pura tidak memperhatikan ucapannya."katanya dia sempat bertemu kamu di jalan saat motor mu mogok"jelasnya. Aku tersenyum simpul merasa lucu mengingat semuanya. "Iya, aku sempat bertemu dengannya tapi tak lama". Jawab ku sambil mengambil nasi yang sudah selesai dibungkus oleh Rita. "Maaf ya Rit, aku belum bisa lama ya. Soalnya waktu sudah menunjukkan pukul 8. Nanti kapan-kapan kita bisa ngobrol sepuasnya lagi, permisi ya say".pamitku sambil berlalu.

Parigi Moutong, 15 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post