Mastina Dewi, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Bahagia pertama kali

Di dalam kamarnya sambal terbaring, Bima mengingat masa kecilnya. Lahir 17 Juni 1971. Masa kecil yang penuh dengan keceriaan anak bebas dengan kehidupan keras sering di ajak ayahnya mandi matahari ke kebun mereka. Jangan heran kulit Bima tahan panas dan agak coklat menawan.

Bima teringat masa kecil sambal senyum-senyum sendiri sambal membuka album lamanya.

Sekarang Bima sudah dewasa. Bima sudah mendapat gelar S1 denga nilai terbaik. Waktu cepat berlalu dan Bima dua bulan akan melanjutkan kuliahnya ke negeri orang. Perjalanan yang tidak pernah terpikirkan. Masa kecil biasa ke kebun dan akan datang ke kota metropolitan Australia.

University of New South Wales, merupakan kampus terbaik untuk kuliah jurusan Teknik sipil.

Betapa bangganya Bima. Namun yang belum terpikirkan Bima ada pujaan hatinya. Kenapa sampai sekarang belum terbersit. Bima malah lebih suka sama bu dosen cantiknya. Tapi hal itu tidak mungkin terjadi karena Bu Dessy sepertinya lebih suka tidak menjalin hubungan dengan mahasiswanya.

Bima pergi bersama ayahnya ke suatu tempat. Ayahnya berkata, jarak sekitar 25 KM keluar kota , Pak Prakoso . Bima yang menyetir dan ayahnya duduk di sampingnya. Pak Prakoso berkata, “ Bim, kamu itu anak kebanggaan ayah, ayah mau memberi kamu sesuatu, anggaplah ini sebagai tanda terimakasih ayah padamu sebab kamu setia menemani ayah dari sejak SMA sampai selesai kuliahmu. Suatu hari nanti kamu bisa mengolahnya dan mengembangkan menjadi pengingat Bima bahwa ayah sangat saying dan bangga pada Bima.

Akhirnya mereka sampai di sebuah desa dan ada gubuk kecil persis tempat mereka singgah.

Jadi Bima, “ Ini rumah dan tanah luas sebanyak 100 hektar dan kolam dibelakang rumah ini adalah milikmu. Ayah sudah beli dari penduduk di des aini. Kelak ini semua milik Bima . Sementara ini surat-suratnya sedang di urus ke kantor pertanahan untuk balik nama ken ama Bima. Minggu depan sudah selesai. Ayah percaya jika Bima bisa mengolah tanah ini menjadi tempat usaha penduduk di des aini dan Bima yang mengaturnya. Bimapun merespon dan berkata, Baik ayah. Trimakasih sudah memberi ini semua pada Bima.

Singkat cerita, Bima siap-siap untuk berangkat ke Australia. Semua dokumen-dokumen sudah siap. Semua lancar saja sebab ayah Bima termasuk orang yang berpengaruh di kantor pemerintahan juga karena teman-teman pak Prakoso juga banyak sebagai pejabat daerah.

Bahkan sebelum berangkat ke Australiapun, Bima dan ayahnya sempat mengurus agar Bunga kakaknya di terima bekerja di salah satu Bank Sulsel melalui jalan koneksi orang dalam bank. Tujuan Pak Prakoso adalah agar anak putri satun-satunya itu bisa lebih serius dalam bekerja dan memiliki tanggung jawab dan bekerja di bawah tekanan untuk melatih disiplin karakter Bunga.

Bungapun di terima kerja di salah satu bank di Makasar dan Bunga setiap pagi pergi ke kantornya dengan disiplin.

Adik-adik Bima sudah bisa membantu ayahnya di usaha keluarga.

Bima berangkat Ke Australia dengan percaya diri dan Bima dengan mudah bergabung dengan para mahasiswa di kedutaan Australia , di situ wadah Bima berkenalan dengan banyak mahasiswa lain yang berasala dari Indonesia. Berbagi pengalaman dan bercerita tentang latar belakang budaya dan lainnya. Bimapun sudah terampil berbahasa Inggris dengan baik.

Pak Prakoso sudah bisa melepas Bima kuliah selama 8 bulan di negeri orang. Betapa rasa rindu kampung halaman tapi studi adalah hal utama untuk laksanakan. Biarlah asa rindu keluarga di abaikan. Bima selalu menelpon kedua orang tuanya setiap weekend untuk mendengar kabar mereka semua. Bersyukur kedua orang tua Bima selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan Yang Kuasa.

Bagi Bima, kehidupan di Australia tidak berpengaruh besar buat karakater Bima yang selalu terima apa adanya dan Bima bisa terbiasa dengan segala sulitnya kehidupan.

Bima juga mudah berteman dengan siapapun sebab Bima sudah di ajarkan ayahnya harus selalu ramah dan menghargai semua orang apapun latar belakang mereka.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Bima tetap tekun di negeri orang. Wajah dewasa Bima menggambarkan keberhasilannya. Senyum manis Bimapun tak luput dari kekaguman sampai Bima lupa waktu untuk masalah hati dan perasaannya terhadap lawan jenis.

Entah kenapa Bima masih cuek saja dalam hal ini. Padahal banyak gadis-gadis berusaha untuk mendekati Bima tetapi Bima tetap mengganggap sebagai teman-teman biasa. Tidak ada yang istimewa. Bima itu punya kekuranga fisik yaitu badannya cenderung montok dan berisi.

Jika Bima tidak mengatur pola makannya dia akan obesitas. Tetapi Bima suka berenang agar berat badannya tetap stabil dan sehat. Bima sangat terampil semua gaya renang. Stamina yang luar biasa. Bimapun memanfaatkan waktu kosongnya berenang di Murray Rose Pool adalah kolam renang tempat Bima menghabiskan waktu kosongnya di sore hari.

Seperti biasa selesai renang maka Bima akan memesan kopi dan makanan cepat saji di restoran Kolam itu. Saat sedang menikmati kopinya Bima teringat dengan Ayahnya. Bima menelpon ayahnya dan berbicara bahwa dia baik-baik saja dan ingin cepat Kembali ke Indonesia . Waktu tinggal satu bulan lagi Bima akan menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia.

Betapa senangnya Pak Prakoso sebab Bima setiap minggu pasti menelpon ayahnya untuk memeberi sekedar kabarnya.

Bima meminta Ayah Ibunya untuk datang pada hari Wisudanya bulan depan. Tetapi ayah Bima berkata, “ Bima , sepertinya ayah dan ibumu tidak bisa hadir di hari wisudamu nanti, kami sudah tua dan belum pernah keluar negeri apalagi ayah dan ibu tidak memiliki paspor.

Bima merespon,” tidak apa-apa ayah jika memang itu kendalanya. Tetapi ayah Bima berkata jika Bu Dessy akan mewakili ayah ibu untuk datang ke Australia nanti. Betapa kagetnya Bima sebab sudah sangat lama hilang kontak bahkan lama tidak bertemu ibu dosen Dessy ini. Hati Bima berkecamuk dan sangat senang dengar kabar ini. Ternyata bu Dessy di utus kampus Bima untuk menghadiri wisuda Biman nanti. Dalam hati Bima, sambal melihat wajahnya di cermin. Apakah saya sudah cukup ganteng di depan bu Dessy. Kenapa hatiku gembira jika bertemu ibu dosen ini.

Bima terbawa halusinas,: Bima sedang berjalan-jalan di taman Bersama bu Dessy. Duduk berdua di taman kota sambal bercerita seru tentang kampus dan teman-teman juga cerita tentang pembelian pupuk yang terus dilakukan atas Kerjasama ayahnya dengan ayah Bima.

Ah Cuma mimpi, dalam hati Bima. Mana mungkin bu Dessy akan menaruh hati padaku.

Ah biarlah takdir membawa saya ke kehidupan yang lebih baik lagi dan Bahagia.

bersambung ....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

manap ulasanya

17 Nov
Balas



search

New Post