Maya fasindah, M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ghania ( bagian 7 )

Rasa rindu ini memang telah lama terbelenggu. Sejak dokter menyuruh bi Sinah benar-benar istirahat, aku dan Andini memang tidak mengunjunginya ke rumah sakit. Padahal jika menuruti kata hati tiap harinya pun pastilah kami berkunjung, namun bu Ely melarangnya, katanya kasian Andini masih terlalu kecil bolak-balik rumah sakit, bi Sinah sudah pasti memahami.

Tiga bulan lamanya bi Sinah memulihkan diri dari segalanya. Selama itu pula Andini semakin menggemaskan, dan hal yang paling membahagiakan adalah Ayah mulai menyukai Andini. Hal itu terlihat dari Ayah menggendong sampai menyuapi Andini makan. Rasanya hatiku seperti sangat dahaga kemudian dialiri air yang menyejukkan.

Pemandangan saat Ayah bersenda gurau dengan Andini sama sekali tidak membuat bu Ely cemburu, raut wajahnya tulus seakan ikut larut dalam kebahagiaan, berbeda dengan anaknya yang seumuran denganku, Naura. Wajahnya cemberut, meremaskan tangan dan menghentakkan kaki, berlalu menuju kamar. Aku yang sedang menikmati kebahagiaan terpaksa meninggalkan Ayah dan Andini, lantas mengikuti Naura ke kamarnya.

"Naura, aku tahu kok kamu pasti cemburu kan melihat kedekatan Ayah dengan Andini, wajar saja, ketakutan mu itu menunjukkan bahwa kamu sangat menyayangi Ayahku. Aku sangat bersyukur Ayah berada diantara orang-orang yang sangat menyayanginya, tapi percayalah Naura, ini hanya sementara. Kami akan tinggal bersama bi Sinah nanti. Sebenarnya aku berat meninggalkan Ayah seperti ini, saat-saat Ia sudah menerima Andini dengan tulus, namun jika dilihat lagi, bi Sinah pun tidak jauh beda dengan Ayah, Ia juga menyayangi kami seperti anak kandungnya. Terlebih Ia baru kehilangan suami sekaligus anaknya, hanya kamilah satu-satunya pengusir kesepian hati dan fikirannya. Karena itu pulalah aku sepakat dengan Ayah bahwa kami akan tinggal dengan bi Sinah. Jadi, kamu gak perlu takut lagi ya Naura, Ayah milik kita bersama." Perlahan aku berkata untuk menenagkan hati Naura.

"Ya, Ghania. Aku juga minta maaf, karena sudah lama sekali aku tidak mendapatkan kasih sayang seorang Ayah sejak Bapak meninggalkan kami untuk selamanya. Aku pasti akan menjaga Ayah kita dengan baik kok, kamu tenang aja. Walaupun tubuhku kecil, aku mampu loh memasak masakan kesukaan Ayah, meski harus menarik kursi jika memasak." Jelas Naura.

Kami pun tertawa bersama dan saling berpelukan satu sama lainnya. Aku tidak hanya memiliki dua Ibu yang menyayangiku tetapi juga saudara tiri yang bisa mengerti bagaimana keadaanku.

********** "Besok bi Sinah akan menjemput kalian dan membawa kalian ke rumah lama. Jaga diri dan jaga Andini baik-baik ya. Jangan buat bi Sinah risau, karena bagaimanapun Ia pasti masih trauma dengan musibah yang telah menimpanya." Kata bu Ely sembari mengaduk secangkir teh untuk Ayah.

"Ya bu, aku pasti menjaga Andini dengan baik. Begitu juga dengan Ibu ya, jaga Ayah bu. Aku yakin pastilah Ibu menjaga Ayah dengan baik.

"Eh, eh, Ghania, itukan garam. Apa kamu minum teh asin, bukan teh manis ya? hahahahah..." tawa Naura.

" Astaghfirullahal adzim, aku salah mengambil, habisnya warna tempatnya sama."

Nang omah bae, lalang tanjung, 6 mei 2020 Tantangan hari ke-27 #tantangangurusiana30hari

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post