Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Bodoh itu adalah...

Bodoh adalah...

Oleh : Mayang Sari

Terusik dengan kata pintar yang selalu melekat pada seseorang yang berprestasi. Saya cukup sering berpikir dan bertanya-tanya, sesempit itukah makna pintar bagi semua orang?

Saat kata itu lebih sering digunakan dan diidentikkan dengan pencapaian terhadap sesuatu dan dibatasi pada hal-hal sejenis seperti, ranking kelas, juara lomba, nilai tertinggi, yang paling cepat, dll, maka generasi berikutnya akan terdoktrin pada hal-hal demikian.

Padahal pintar juga dapat disematkan pada perbuatan/perilaku yang bernilai moral. Seperti, jujur, santun, ramah, simpati, empati, derma, kerja keras, bertanggung jawab, amanah, tauladan, sabar, religius, kooperatif, hemat, sederhana, dll.

Konsep yang dibiasakan tersebut akan tertanam pada diri generasi muda dan memaksa mereka untuk melakukan usaha-usaha yang mendukung pencapaian tertentu tersebut. Jika mereka tidak ingin dikatakan bodoh maka haruslah pintar. Begitulah cara hemat mereka menyikapinya.

Saya cukup tidak setuju dengan pembatasan makna pintar yang hanya terfokus pada masalah keilmuan. Karena nilai-nilai moral juga merupakan pencapaian tertinggi dari pembelajaran seseorang untuk mencapai value nya sebagai manusia/insan. Dan karena adab sebelum ilmu itu adalah benar adanya.

Layiknya seseorang dikatakan pintar jika menguasai dua nilai penting kehidupan tersebut, yaitu adab dan ilmu. Namun mendahulukan adab adalah mutlak. Sebab dengan beradab seseorang akan berilmu. Namun sebaliknya orang berilmu belum tentu beradab. Karena ilmu adalah objek yang tidak mengandung perilaku didalamnya.

Saya prihatin dengan gejala-gejala yang ditunjukkan anak-anak yang teryakini bahwa dirinya seorang yang pintar. Segala piagam, piala, dan medali cukup sebagai bukti bahwa kepintarannya memang benar adanya. Tidak ada yang menyadarkannya bahwa valuenya sebagai manusia tidak sempurna tanpa adanya adab yang baik. Apakah ini masih bisa dianggap pintar?

Jika bukan pintar maka ini jelas kekurangan yang disebut dengan bodoh. Manusia akan bodoh saat tidak memiliki adab. Perilakunya tidak akan terarah dan terkendali.

Seorang koruptor tahu bagaimana caranya mengambil uang yang bukan haknya dengan ilmu yang dimilikinya. Apa yang terjadi padanya karena tidak ada adab dalam dirinya. Inilah orang bodoh yang sesungguhnya.

Ini hanya sebuah opini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sejatinya nilai anak di rapor pun sudah tertera pengetahuan, sikap dan praktik. Jadi bukan hanya pengetahuan saja. Sukses selalu dan barakallahu fiik

29 Jun
Balas

Menyenangkan sekali jika anak dan siswa kita itu pintar dan cerdas. Paket komplet. Barakallah.

29 Jun
Balas



search

New Post