“Kita Guru”

Saya adalah guru. Saya pernah belajar ilmu mendidik saat di perkuliahan dulu. Saya pernah berhadapan dengan Dosen dan teman-teman saya dalam sebuah diskusi di kelas. Saat itu saya berpendapat tentang siswa bagaikan kertas putih ataupun gelas kosong dalam menerima pembelajaran. Seketika Dosen saya langsung menyanggah saya saat itu. Di depan mahasiswa lainnya, beliau berpesan agar kami semua tidak menganggap siswa seperti kertas kosong ataupun gelas kosong.

Dosen saya menjelaskan, “Anda tidak akan bisa mengajarkan apapun kepada siswa yang tidak memiliki apa-apa dalam otaknya. Bagaimana dia akan memilah antara benar dan salah?, bagaimana dia akan menjadi siswa yang kritis dan mampu bertanya pada hal-hal yang belum dia pahami?, bagaimana dia mampu menyampaikan pendapatnya tentang suatu hal kalau dalam otaknya tidak ada apa-apa kecuali hanya ilmu yang anda ajarkan?”.

Seorang guru bukanlah orang yang tau segalanya. Dia juga manusia yang kadang juga dapat melakukan kesalahan. Apalagi terhadap ilmu-ilmu praktis yang di-create oleh manusia. Kecuali ilmu agama yang jelas baku dan tak terbantahkan sesuai yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadist.

Dan ketahuilah, tentang belajar dan mengajar, kita semua adalah pelaku. Kita bisa belajar dari orang yang usianya lebih kecil dari kita. Misalnya belajar tentang kejujuran dari anak-anak. Kita bisa belajar dari orang yang punya pengalaman walaupun dia tidak pernah sekolah dalam hidupnya. Karena pengalaman adalah guru terbaik. Dan kita bisa belajar dari orang miskin tentang cara bersyukur dan kesabaran. Intinya, semua orang adalah siswa dan sekaligus guru dalam kehidupan. Saling belajar dan mengajarkan.

Dan mengertilah, tidak ada kata “manut-manut” saja dalam hidup ini. Anda pun adalah pengajar. Anda dapat mengajarkan orang yang terlanjur merasa dirinya lebih tahu dari anda. Anda harus yakin, tidak hanya dia yang punya ilmu, anda pun punya. “Bangkitkan percaya diri dan selamat mengajar !”

(Mayang)