Mayang Sari

Lahir di Padang tahun 1982, dan menghabiskan masa kecil di kota Medan. Pendidikan terakhir penulis adalah strata 1 jurusan pendidikan Matematika di Universitas ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Lakban

"Lakban"

Oleh : Mayang Sari

Suatu hari ketika menjemput si sulung Fathi, pulang dari sekolahnya. Seperti biasa saya dan Fathi selalu ngobrol santai selama perjalanan menuju rumah.

Obrolan saya dan Fathi dimulai dari pertanyaan rutin seperti, "bagaimana sekolahnya hari ini?, senang tidak? atau belajar apa saja?". Dan itu selalu dijawab Fathi dengan antusias walaupun kadang ceritanya tidak selalu menyenangkan pada akhirnya. Karena dia anak yang cukup pendiam di sekolah, dan juga sedikit kurang berinteraksi dengan teman-temannya.

Saya cukup maklum, karena Fathi anak saya ini adalah anak pindahan yang baru saja belajar mengenal lingkungan barunya. Dengan bahasa daerah yang cukup kental di gunakan anak-anak lokal dalam bergaul, sudah pasti akan membuat Fathi cukup sulit memahami apa saja yg dikatakan temannya. Selagi dia mau saja datang ke sekolah dan bisa mengikuti kegiatan belajar di kelasnya, saya sudah sangat bersyukur.

Setelah panjang lebar menjawab pertanyaan rutin saya tadi, Fathi melanjutkan cerita yang lainnya.

"Ibu, tadi dikelas, tas fathi nyangkut di paku yang nancep ke kursi bu. Tasnya sedikit robek", jelas Fathi pada saya.

"Besar robeknya bang?"

"Enggak sih bu, cuma buku-bukunya jadi kelihatan sedikit"

"Oh, ok nanti ibu lihat ya", jawab saya yang harus tetap fokus nyetir di jalanan lintas Sumatera.

Ternyata Fathi masih ingin ngobrol masalah yang sama. Dia menyampaikan bahwa dia punya solusi tentang tasnya yang robek itu.

"Ibu, Athi rasa athi tahu cara supaya tas athi bisa baik lagi", jelas Fathi.

Saya tersenyum dan penasaran dengan rencananya yang kadang idenya tidak saya sangka dan diluar pikiran saya.

"Oya, apa bang?", tanya saya lagi.

"Athi lihat bapak kemaren beli banyak lakban, gimana kalau tasnya di lakban aja"

Saya kaget plus geli dengan idenya. Ternyata benar di luar pikiran saya. Tapi saya tetap menyimak dan menghargai ide gemilang dari si sulung ini.

"Emangnya kalau di lakban bisa kuat bang?", tanya saya yang mungkin buat dia berpikir ulang.

"Bisa bu, lakban dari dalam, trus banyakin aja nempel lakbannya. Pasti kuatlah bu", jelasnya lagi.

"Emangnya abang ga malu tasnya di kasih lakban?, trus emang ga pengen dibeliin tas baru bang?", tanya saya lagi sambil menguji kesungguhannya.

"Enggak, kan tas nya masih bisa dipakai bu, lagian kata bapak beli tasnya nanti kalau athi udah naik kelas aja", jawab fathi tanpa beban.

Saya tersenyum lagi. Luar biasa...saya merasa bangga jawaban diplomatis yang bijaksana ini keluar dari mulut anak saya sendiri. Saya yakin ini hasil didikan yang nancep dihatinya. Mudah-mudahan pola pikir sederhana ini terus awet sampai dia besar nanti.

Cerita ini cukup berkesan bagi saya dan sempat saya sampaikan ke beberapa kerabat dan saudara. Dan singkat cerita, mak tuo Fathi yang juga tergugah dengan cerita ini malah memberi dia hadiah. Dan tahukah hadiah apa itu? Yap, sebuah tas baru. Yang pastinya buat Fathi jadi sumringah. Alhamdulillah...rezeki anak sholeh katanya.

Mak tuonya terkesan, disaat orang-orang sibuk bergaya menyempurnakan penampilannya agar terlihat wah, tapi Fathi lebih memilih bersikap sederhana dan lebih mementingkan masalah manfaat.

Saya memang kerap mengingatkannya tentang "butuh" dan "ingin". Kalau butuh maka diusahakan mendapatkannya. Tapi kalau hanya ingin ya...bisa ditahan dulu kan. Yang penting manfaatnya dulu.

Jika masih ada yang bisa digunakan maka pakai dulu yang ada. Jangan sampai royal hanya karena tampilan yang terlihat orang lain.

Semoga cerita tadi dapat diambil manfaatnya. Dan jika ada senyuman diakhir tulisan ini karena ada ketulusan dari kisahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post