Maya Pransiska

Perkenalkan saya Maya Pransiska, M.Pd. Mengajar di SMPN 1 Bengkulu Selatan sebagai guru bahasa Indonesia. Saya lahir di Manna, 1 Januari 1980. Istri dari Imlan ...

Selengkapnya
Navigasi Web
LIBURAN BENING (Part 6 Makan Lemang Tapai di Pekan Masat)

LIBURAN BENING (Part 6 Makan Lemang Tapai di Pekan Masat)

Maya Pransiska

#Tantangan Menulis Hari Ke-15

#TantanganGuruSiana

Makan Lemang Tapai di Pekan Masat

Setelah salat magrib berjamaah, Bening bersama keluarga dan nenek datuknya makan malam. Kali ini lauknya bagar hiu. Sebenarnya Bening dan Kak Ali agak kurang suka. Tapi demi menghormati masakan nenek, mereka tetap makan walaupun sedikit.

Bening menyusul datuk dan neneknya yang sedang duduk di teras setelah makan malam. Mereka memandang rembulan yang tampak tersenyum manis malam ini ditemani gemintang yang cukup banyak.

“Eh, malam apa ini?” tanya ayah yang tiba-tiba sudah duduk di teras juga.

“Malam Kamis, Ayah. Masa Ayah sudah lupa?” Kak Ali terkekeh.

“Nah, gimana kalau kita ke Pekan Masat?” usul ayah.

“Apa itu Pekan Masat, Ayah?” tanya Bening.

Pekan Masat itu maksudnya adalah sebuah pasar khusus pada malam Kamis yang berjualan lemang tapai di daerah Masat.” Ayah menerangkan pada kedua anaknya.

“Ayo, kita ke sana!” ujar Bening dan Kak Ali hampir serempak. Disambut tawa riuh seisi rumah.

Bening dan keluarganya bersiap-siap berangkat ke Desa Masat. Tentu saja nenek dan datuk nggak mau ketinggalan. Hitung-hitung mengenang masa muda.

Jarak antara Desa Padang Pematang dengan Desa Masat tidak begitu jauh, hanya memerlukan waktu 30 menit untuk mencapainya. Untuk pergi ke Desa Masat, harus melalui Kota Manna menuju ke arah utara. Selepas Kota Manna, jalanan mulai sepi dan agak gelap.

Mobil ayah berhenti di sebuah tempat yang cukup ramai. Ya, tempat ini seperti sebuah pasar di malam hari. Pasar yang menjual aneka lemang tapai. Wajar saja kalau orang-orang mengatakan tempat ini pekan, Pekan Masat atau Pekan Malam Kamis.

“Ini Pekan Masat itu, Ayah?” tanya Kak Ali antara heran dan terpukau.

“Iya. Ramai kan?” tanya ayah balik. Ayah mengajak keluarganya masuk ke sebuah pondok jualan lemang dan tapai. Penjualnya sangat ramah. Ternyata di sana ada juga jualan lontong sayur, pecal, dan nasi gemuk.

“Ayah, ini apa?” tanya Bening penasaran menunjuk hidangan di atas meja warung tersebut.

Ayah menjelaskan, ”Inilah yang disebut dengan lemang dan tapai. Bahan dasarnya sama-sama dari ketan. Kalau lemang terbuat dari ketan putih dan dibakar. Sedangkan tapai terbuat dari ketan merah yang difermentasikan selama dua malam.”

Bening mengangguk-angguk. Ia memilih lemang dan tapai. Datuk dan nenek memilih makan pecal. Kak Ali makan lontong sayur.

“Ibu sama Ayah makan apa?” tanya Kak Ali.

“Ibu sama Ayah mau makan lemang pisang,” kata Ayah yang dibalas senyum oleh ibu.

“Apa lemang pisang itu, Yah?” tanya Bening.

“Lemang pisang itu bentuknya mirip dengan lemang ketan untuk teman makan tapai. Tetapi, lemang pisang ini ketannya diberi campuran pisang yang dihancurkan. Rasanya manis dan legit,” jelas Ayah.

Bening sangat terkesan melihat batangan lemang yang ada di atas meja warung lemang itu. Bening minta izin untuk memegangnya sebatang.

Bening dan Kak Ali tampak sangat menikmati lemang tapai itu. malam itu adalah pengalaman pertama mereka makan lemang tapai di Pekan Masat atau dikenal juga dengan Pekan Lemang Tapai Masat.

Pekan Lemang Tapai masat ini sekarang sudah menjadi salah satu objek wisata di Bengkulu Selatan ini,” jelas datuk di sela-sela mengunyah pecalnya.

“Wah, begitu ya, Tuk?” ujar Kak Ali.

“Bening juga suka suasana di Pekan Masat ini, Tuk.” Bening nggak mau ketinggalan berkomentar.

Datuk menjelaskan lagi bahwa banyak orang dari daerah lain yang berkunjung ke Desa Masat ini setiap malam Kamis. Rata-rata orang datang untuk merasakan sensasi makan lemang tapai di malam hari dalam suasana ramai. Datuk dan nenek juga masih makan lemang tapai, walaupun sudah makan pecal.

Setelah makan lemang tapai, lontong dan pecal. Bening bersama keluarganya pulang ke rumah nenek. Mereka pulang dengan hati riang. Terutama Bening. Malam ini Bening mendapatkan pengalaman baru lagi di masa liburannya. Malam ini bertambah lagi pengetahuannya tentang kue khas Bengkulu Selatan, yang disebut juada oleh nenek dan orang-orang tua lainnya.

Bening berjanji akan terus mempelajari kue khas Bengkulu Selatan. Semakin kuat di hatinya untuk bercita-cita menjadi chef terkenal. Bening ingin mengolah dan memperkenalkan kue khas Bengkulu Selatan sampai ke daerah lain, ke seluruh Indonesia, bahkan ke seluruh penjuru dunia. Itulah janji Bening sebagai baktinya pada negeri tercinta ini.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah unik ceritanya selalu mengangkat budaya. Bagus Bu

16 Jul
Balas



search

New Post