Medina Siti Almunawaroh, M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

WASPADA !!! KIAT JITU MENGHINDARI SINDROM HOME SERVICE ' PADA ANAK

Berawal dari situasi pagi hari di rumah bu Delima, menarik untuk di simak :

“ Bunda !!, dimana seragam ku?, sarapannya udah siap belum ?, ini hari senin , aku takut telat ke sekolah’ teriak seorang remaja belia sebut saja Edelweis, kepada ibunya.

“ Bisa gak sih kaka, kamu siapkan keperluanmu sendiri!, kamu sudah besar!, sudah kelas 1 SMA, sudah gak pantes dilayanin terus, teriak bu Delima tak kalah sengitnya, Bunda sedang ngurus ade mu yang kelas 1 SD. Bunda sendiri harus berangkat kerja pagi. Aduh anak sekarang ya, kok gak bisa dewasa dan mandiri”, Gerutu Bu Delima “.

“Celana dan baju olahraga ku di mana ma” ? sepatu dah di cuci belum ? Tasku juga udah rusak nih ma, Kaos kaki juga kotor dan bau , !” kenapa bibi Inah pulang kampungnya lama ?, “bisa gak dia di telpon suruh cepet-cepet balik’ ? kita repot nih kalo gak ada pembantu, lain lagi ini cerita dari rumah Rangga.

“Mana ini? Mana itu”?, Ambilin ini, ambilin itu , carikan anu, belikan itu, kalimat perintah seperti itu mungkin sudah umum keluar dari mulut para remaja belia. Mungkin bukan hanya Edelweis dan Rangga , Banyak remaja serupa yang dikeluhkan oleh para orang tua seperti ibu delima dan Mama Rangga. Banyak orang tua mengeluhkan sikap dan perilaku putra/putrinya. Mereka sudah usia Remaja berseragam abu-abu, tapi belum bersikap dewasa dan mandiri karena terbiasa dilayani oleh orang lain. Edelweis dan rangga mungkin bukan hanya mereka tapi hampir semua remaja SMP dan SMA sekarang mengalami gejala yang sama , Secara fisik badannya sudah besar , tetapi minta dilayani, dan belum mampu mandiri.

Kini ada istilah generasi Home service. Apa artinya, Generasi “Home Service”, demikian istilah untuk mereka. Generasi Home service adalah generasi yang selalu minta “DILAYANI”. Dalam istilah Al Quran, mereka termasuk “dzurriyatan dhi’afa ‘ (generasi lemah). Lemah dalam kemandirian, lemah dalam menghadapi tantangan kehidupan. Keadaan ini bisa menyebabkan generasi muda yang tidak produktif , jika dibiarkan akan muncul suatu kondisi yang disebut Sindrom Home Service” dan ini akan menyebabkan penurunan kwalitas sumber Daya Manusia Generasi muda Indonesia.

Apa saja penyebabnya dan bagaimana agar anak Remaja terhindar dari “Sindrom Home Service ?

Penyebab Anak Jadi Generasi Home Service

Mengapa anak menjadi generasi home service? Setidaknya ada delapan sebab secara umum, sebagai berikut:

1. Pola asuh oleh Asisten Rumah tangga

Sejak kecil dilayani, apalagi oleh pembantu, bisa membuat anak terpola untuk selalu minta dilayani. Ke mana-mana diikuti baby sitter

Di zaman sekarang, kadang ada anak-anak yang ke mana-mana diikuti baby Sitter. Ketika ada sesuatu, dengan cekatan baby sitter melakukan aksinya. Beberapa kali pemandangan ini bisa kita lihat di plaza dan mall.

Seharusnya, anak bisa mulai bermain sendiri bersama teman. Kadang berselisih, kadang ada yang menangis, tidak masalah. Itu melatih kemandirian dan emosi mereka. Orangtua tidak perlu turun tangan yang justru bisa menghambat kemandirian anak dan membuat anak tergantung. Bahkan bisa timbul pertengkaran antar tetangga jika orangtua turun tangan.

2. Selalu terpenuhinya Keperluan tanpa dilatih berusaha sendiri

Jika keperluan anak selalu dipenuhi tanpa dilatih berusaha sendiri, anak bisa tumbuh menjadi generasi home service. Anak mau mainan, diambilkan. Anak mencari kaos kaki, dicarikan. Anak habis makan, orangtua yang merapikan.

3. Gaya hidup Instan dan pola asuh Praktis

Adanya pola asuh sebagian pasangan orang tua muda, misal terlalu lama pakai popok bayi dan disuapi. Umumnya, bagi orangtua yang ingin praktis dan tidak mau repot, mereka memilih anak-anaknya pakai popok bayi saja.

“Daripada nanti ngompol, repot membersihkan lantai dan cucian menumpuk,” demikian pertimbangannya. Karena tak ingin anaknya lapar, anak disuapi. Jika terbawa sampai besar, ini akan berbahaya. Apalagi anak minta disuapi sambil mainan gadget. Faktanya, ada anak usia SD masih disuapi kalau makan.

4. Kurang dilatihnya kemandirian yaitu erbiasa dicarikan sesuatu tanpa diberikan kesempatan berusaha mencari sendiri. Misalnya Usia tiga tahun: “Ma, mana mainanku yang kemarin?

Saat Usia SD: “Ma, ambilkan tasku”’ Saat Usia SMP: “Ma, mana buku pelajaranku?”

Kalau selalu dicarikan tanpa ia berusaha mencari sendiri, wajar jika sampai dewasa pun akan terbiasa begitu. Menjadi generasi Home Service.

5. Terbiasa dibantu.

Pakai baju dibantu, pakai sepatu dibantu, mengancingkan baju dibantu. Terus begitu. Akhirnya ia selalu membutuhkan bantuan dan sulit mandiri.

6. Terlalu banyak main gadget yang serba instan

Dengan google, anak bisa mencari apa pun secara cepat. Di playstore, anak bisa mendapatkan aplikasi apa pun yang diinginkannya secara instan. Apalagi jika ia selalu main game, otaknya bisa terpola untuk mengharap sesuatu secara instan tanpa proses yang semestinya.

7. Keinginan selalu dipenuhi orangtua

Saya sering mendapati anak-anak SD bahkan TK sudah punya smartphone sendiri. Ini salah satu indikasi keinginan anak yang selalu dipenuhi orangtua dan itu berbahaya. Dealer resmi iPhone dan iPad hanya mau menjual gadget itu pada usia minimal 17 tahun.

Kunci Agar Anak Tidak Menjadi Generasi Home Service

Berikut Kiat dan cara ampuh yang bisa ditempuh oleh orang tua agar terhindar dari sindrom Home Service Ada delapan kunci agar anak tidak menjadi generasi home service. Yuk kita bahas dan kita amalkan.

1. Melatih Kemandirian Anak Sejak Dini

Melatih anak dengan Metode toilet training, yaitu Membimbing dan melatih anak untuk dapat mandi sendiri, pakai baju sendiri dan pakai sepatu sendiri akan membuat anak lebih mandiri. Toilet training bisa dilakukan pada usia 2-3 tahun. Anak dibiasakan untuk buang air kecil secara teratur di kamar mandi. Kegiatan ini tentunya perlu pendampingan dari orang tua agar tidak membahayakan anak

2. Melatih Rasa Tanggung jawab anak.

Sejak dini, tanamkan dan tumbuhkan rasa tanggung jawab kepada anak. Misal pada anak usia 2-3 tahun,mereka perlu dilatih membereskan mainan dan merapikan bukunya.Di usia 4 tahun sudah mulai dibiasakan membereskan tempat tidur, meletakkan piring kotor di tempatnya, dan membuang sampah. Saat ia masuk sekolah, sejak saat ini harus dilatih untuk merapikan tasnya dan mempersiapkan peralatan sekolah. Saat memasuki fase SD, sebisa mungkin setiap ada tugas anak berusaha menyelesaikan sendiri. Kecuali hal yang memang benar-benar membutuhkan bantuan dan bimbingan orangtua.

3. Memberikan dan Membiasakan anak tumbuh dengan Tantangan

Biasakan anak-anak tumbuh dengan tantangan. Bukan menuruti semua keinginannya. Misalnya anak ingin mainan. Ajak ia menabung terlebih dahulu. Kebayakan orang tua dengan alasan sayang terhadap anak, menjadi salah kaprah. Sekalipun kurang bermanfaat, ketika anak meminta sesuatu , diberikan dan dikabulkan.

Seperti di kutif dari “Carol Dweck”, Psikolog dari Stanford University, mengatakan, “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan.”

4. Libatkan Peran Ayah mengurus pekerjaan Rumah

Bagaikan spons yang menyerap banyak air dengan cepat, begitulah kira-kira gambaran otak anak. Apa yang dilakukan ayah dan ibu akan segera ia tiru. Ketika anak melihat seluruh anggota keluarga terlibat dalam mengurus pekerjaan rumah, maka ia pun menyerap nilai tanggungjawab dan terbiasa melakukannya. Jangan sampai anak memiliki pemahaman keliru bahwa seluruh pekerjaan rumah adalah tanggung jawab ibu atau pembantu.

Dan meskipun memiliki pembantu, harus ada pekerjaan tertentu yang dikerjakan oleh ayah. Misalnya menyiram tanaman dan mencuci mobil. Jangan sampai anak terbiasa tidak mengerjakan apa pun dan akhirnya saat dewasa tidak bisa melakukan apa pun.

Jika kita keluarga Muslim , Bisa Menanankan pembiasaan baik dengan menceritakan Kisah Teladan Para Nabi terutama Nabi Besar Muhammad SAW. Dikisahkan ”Rasulullah mencontohkan, meskipun Beliau adalah kepala Negara dan manusia Paling Mulia akhlaknya , Beliau menjahit sendiri bajunya yang sobek dan memperbaiki sendiri sandalnya.

5. Melatih Kedisiplinan

Latih kedisiplinan anak sejak dini. Dimulai dari hal-hal sederhana, terkait waktu dan tempat, misalnya. Jam berapa waktunya main, jam berapa harus pulang. Tas diletakkan di mana, sepatu diletakkan di mana, dan sebagainya.

Bagi ayah bunda dan keluarga Muslim , Salah satu kunci menanamkan kedisiplinan adalah dengan Mendirikan shalat di awal waktu. Rasulullah bersabda, “Perintahkan anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun” (HR. Abu Daud).

Yang kadang dilewatkan oleh para remaja belia adalah bangun pagi dan Sholat subuh. Ayo Ayah bunda, Dirikanlah sholat Shubuh Berjama’ah minimal di dalam rumah bila belum mampu ke mesjid. Ini Pembiasaan yang sangat efektif dari disiplin.

6. Jadilah teladan dengan ketaqwaan

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan tentang generasi yang lemah dalam Al Quran, Ada solusinya. Pertama, agar orangtua bertaqwa. Dengan taqwa itu orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An Nisa: 9)

Tanamkan kepada Mind Set kepada anak bahwa :Orang yang bertaqwa, dia tidak akan menyikapi sesuatu kecuali dengan dua hal yakni sabar dan syukur. Sebagaimana Firman Alloh SWT : “Jadikanlah Sholat dan Sabar Sebagai Penolong

7. Tanamkan Kejujuran

Solusi kedua, masih dalam ayat yang sama, hendaklah orangtua hanya berbicara kepada anak dengan perkataan yang benar (qaulun syadiid). Menanamkan kejujuran kepada anak-anak sejak dini hingga selamanya.

Menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir,” qaulan sadida” adalah perkataan yang benar dan lurus. Kontennya benar, cara menyampaikannya juga harus benar. Contoh : ketika anak jatuh, jangan katakan: “Mejanya salah ya Nak, bikin kamu jatuh.” Itu nggak benar, anak akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang suka menyalahkan orang lain, Tidak bertanggung jawab.

Atau, “Jangan menangis, gitu aja kok. Nggak sakit kok.” Akhirnya anak tumbuh menjadi pribadi yang mengabaikan perasaannya ( Tidak memiliki Empati atau bisa memposisikan sebagaimana dia orang lain) . Atau anak ditinggal pergi dengan cara di bohongi (ditilap), akhirnya anak belajar, “O, boleh menipu ya.”

Ingatlah Ungkapan seorang Psikolog dunia “ Bahwa anak Belajar dari Kehidupannya”Jika anak dibesarkan dengan Hinaan dan makian berarti Dia belajar Membenci dan Menyakiti, Jika ia dibesarkan dengan Kasih sayang Dia belajar untuk mencintai dan menyangi sesamanya.”

8. Doakan Orang Tua

Kunci yang paling utama agar anak terhindar dari generasi Home Service adalah doa. Mengapa? Karena pada hakikatnya, hati anak itu dalam genggaman Allah. Allah yang Menguasai dan bisa membolak-balikkan hati manusia.

Senjata yang paling ampuh adalah Doa Orang Tua yang Soleh. “Nah Ayah Bunda sudahkan ada mendoakan yang terbaik buat Anak-anak tercinta ?” Doa Orang Tua dikabulkan Alloh SWT, Tuhan yang Maha Esa.

(Diadaptasi dari berbagai berbagai sumber )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Trima ksih P Nono suyono, atas komen nya, mungkin Bpk puny oengakaman menarik jg tentang Dunia Remaja !?

26 Feb
Balas

Sangat luar biasa... Mengispirasi

26 Feb
Balas



search

New Post