Mega Hermawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cacat yang Sempurna

Cacat yang Sempurna

Cacat yang Sempurna

Suasana madrasah begitu riuh ramai bak sudah hari raya Lebaran Idul Fitri. Padahal masih beberapa hari lagi, tapi kebahagiaan kami seolah melebihi hari. Hari itu bagaimana tidak luapan kegembiraan, setelah satu minggu menjalani ujian kenaikan kelas akhirnya kami mendapatkan pengumuman kenaikan kelas. “Hore…hore… tak henti-henti murid-murid di kelas bersorak-sorai merayakan kebahagiaan itu” Meski tidak semua mendapatkan nilai yang memuaskan tapi seluruh siswa di kelas kami naik kelas. Tapi si Bagas tumben lesu. Ada apa dengan Bagas teman sekelas Jelita. Bagas tidak cerita pengalaman naik kelas seperti pengalaman Jelita yang naik kelas. Jingkrak-jingkrak mengapresiasi tubuhnya di siang hari yang cerah. “Aku naik kelas IX dengan prestasi akademik peringkat I juara umum” Lantang gelora hatinya saat itu.

Sebut saja anak perempuan lain, bernama Rejeki. Di mana saat pertama kali dia dilahirkan oleh seorang rahim Bunda yang bernama Lestari. Selaku bunda dari Rejeki dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, Ia melahirkan Rejeki ke dunia. Walaupun pada saat bayi itu keluar dari rahimnya dalam kondisi tidak sempurna atau bisa dikatakan cacat. Banyak yang tidak menyangka mulai dari saudara-saudara maupun orang-orang ada disekitar lingkungan termasuk Bapak dan Ibunda dari Rejeki melahirkan putri pertamanya dalam kondisi cacat. Saat itulah Bunda mulai merasa sedih gelisah tidak menyangka bahkan kecewa terhadap Sang Pencipta atas musibah yang telah menimpanya.

Sambil merebahkan badanku di kursi yang sudah sejak tadi kereta api melesat kilat menuju Wonogiri kota tempat lahirku. “Berderetan permasalahan-permasalahan di sekitar kehidupanku di perantauan masih tampak jelas di penglihatanku.

Menikah 13 tahun tapi belum juga diberi momongan hal seperti ini tentu banyak terjadi di sekitar kita, jangankan 13 tahun, pasangan Surya dan lestari bahkan harus menunggu 18 tahun untuk akhirnya menimang bayi kembar mereka. Jangan bertanya bagaimana perasaannya, karena kebahagiaan itu tentu tidak bisa ditukar dengan apapun. Kembali ke kisah pasangan yang sudah menikah 13 tahun tapi belum juga mendapatkan anak kebetulan sang suami adalah salah satu sahabatku yang mencurahkan kisah tentang istrinya sebut saja dia Dwi Rita wanita kuat yang selalu sabar menghadapi pertanyaan dari keluarga dan orang-orang sekitarnya tentang anak, tentu saja dia sudah ingin sekali bisa menggendong bayi dan tentu saja dia sudah berusaha melakukan berbagai cara untuk bisa mendapatkan anak.

“Tut…tuuut…tuuut…jes….jes….” Begitulah suara khas kereta api Argo Dwipangga melewati stasiun demi stasiun kota dan daerah. Argo Dwipangga kereta api yang setia menemani perjalanan dengan kelas Luxury terus melaju. Seperti melajunya uraian kisah-kisah yang terlintas terus di pelupuk mataku.

Wanita berhati mulia ini tak banyak yang memberi saran untuk meninggalkan suaminya alias tidak sedikit pula orang yang menyuruhnya untuk menceraikan sang suami karena kondisi suami begitu memprihatinkan. Bagi beberapa orang meninggalkan suaminya adalah pilihan yang tepat mengingat kini sang suami sudah tak segagah dulu lagi. Namun tidak untuk wanita bernama Hidayah dalam beberapa waktu terakhir kesetiaannya pada suami menjadi sebuah kisah yang yang cukup menguras air mata. Ia mengalami musibah yang cukup memilukan suaminya terserang penyakit langka yaitu seluruh kulit di tubuhnya mengelupas Masya Allah Tabarakallah. Sesaat Aku mengedipkan sebelah kanan mata ku, karena sebuah debu mengenai mataku. “Waduh ada obat tetes mata tidak Pah,mataku perih nih?” Sapa Aku kepada suamiku yang menemani perjalananku untuk pulang ke kampung halaman. “ Ya… itu ada di dalam tas yang warna orenge Mah, ambil saja ada di sana kok. “ Sela suamiku sambil menunjuk arah tas orange yang ada di depan mataku. Tetesan-tetesan insto ku rasakan sedikit pedih namun membuat lega pandangan mata. Selega mendengarkan suamiku memberi wejangan. “ Sambil ku masukkan merk tetes mata yang selalu terbawa-bawa di tas cangkinganku tiap hari.

“Begini Mamahku termanis” Kebiasaan suami kalau istrinya sedang memandang kaca luar kereta api menerawang jauh ke mana-mana.

“ Tuturnya” Quran surat al-mulk : 3 - 4 “ Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Tuhan Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang sesuatu yang cacat. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Tidak melihat pada ciptaan Allah yang tidak seimbang semuanya seimbang, sempurna, sangat detail, perfect, perisai suli dan sempurna ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala yang ada di langit dan di tujuh langit ini. Allah tangtang, adakah yang kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang, lalu Allah bilang lagi kemudian ulangi pandangmu sekali lagi dan sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatan itupun dalam keadaan letih. Allah menantang terus kepada kita. “ Apakah ada cacat di muka bumi ini “ “Apakah ada cacat di langit , di muka bumi ini dan seluruh ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. "Apakah ada yang cacat ?” Jawabannya adalah nggak ada semuanya sudah sempurna termasuk kehidupan kita semua ini. Suami berkobar memberi sebuah keyakinan bathin kepada istrinya sambil memegang jari lentikku ini.

Aku masih belum mau mengerti tentang kisah demi kisah yang terurai bagai burainya perut yang terbelah pisau.

“Mah.. Parjo adalah manusia sempurna yang dikirimkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala yang dititipkan kepada kedua orang tunya,orang yang kakinya nggak ada tapi itu tetap sempurna, murid yang tidak naik kelas juga sempurna, orang yang belum dikaruaniai buah hatipun juga orang sempurna, Istri yang menderita karena sang suami yang sakit berkepanjangan tak tahu akhir tahunpun juga merupakan orang yang sempurna, seorang ibu yang melahirkan anak ke dunia dengan keadaan cacat sekalipun juga sempurna. Orang yang kehilangan uang ratusan juta,milyar juga sempurna. “ Lagi-lagi suamiku sambil memeluk erat menyeka air mataku terus berbicara tentang kehidupan fana. Serta masih banyak lagi Mah kehidupan ini yang cacat tapi sempurna. ” Wejangan demi wejangan terus mengucur bagi keringat suamiku menetes di bibirku.

Kini Aku menjadi tersadar apabila kita fokus ketidak kesempurnaan kita disitulah rezeki Allah tidak pernah kita sadari bahkan akan hilang dari diri kita. Yang menjadi tidak sempurna karena kita sering memandang keadaan, memandang zaman itu sesuai dengan apa yang ada dalam alam pikiran kita dengan sebuah kacamata hawa nafsu. Tidak sedikitpun membuat pengaruh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk mengangkat derajat seseorang untuk mulia di dunia. Maka dari cerita atau kisah apapun cacat kehidupan seseorang tidak akan pernah mengubah pandangan Allah subhanahu wa ta'ala untuk memberi kesempurnaan pada setiap makhlukNya-hamba-Nya yaitu manusia siapapun itu yang terlahir ke kehidupan alam nyata ini.

“ Istriku yang gagah,sindir suami karena hampir setiap hari tangan ini memegang Pacul di kebun”. Usahakan pikiran dan mata kita itu terbatas untuk menilai segala sesuatu dengan hati yang legowo tapi harus ada satu hal yang ada dalam kacamata,. “Kacamata apa itu kacamata kesempurnaan bahwa hidup sudah sempurna apapun yang terjadi dalam kehidupan kita”. Tetaplah harus disyukuri.

“Lalu Pah bagaimana cacat sebagi kesempurnaan itu kita nikmati?” Terusik dengan bombartir kata-kata suamiku.

“ya…ya…bentar “. Katanya masih membuka catatan buku saku rupanya. “ “Begini …Mamah, cara menikmati kesempurnaan hidup ada tiga hal mah”. Bersyukur terhadap apa yang sudah dimiliki dan yang ada pada diri kita saat ini artinya kita tidak pernah mengeluh terhadap apa yang dialami pada kehidupan saat ini, kedua jangan fokus pada kekuranganmu, tapi fokuslah apa yang akan menjadikan diri lebih baik, apa yang akan kita lakukan untuk lebih baik, isilah aktivitas-aktivitas yang bermanfaat dengan kebaikan-kebaikan, hauslah akan dengan yang baik-baik, petunjuk kebaikan kita kejar, tinggalkan kehidupan masa lalu, dan yang terakhir adalah berkaryalah yang sebaik-baiknya, misalnya berbuat baik kepada kedua orang tua. “Sambil mencubit mesra dia bilang…nih…contohnya kita dalam perjalanan mau menemui orang tua kita di Jawa.” Senyumku kecut. Namun mempercayai kalimat-kalimatnya sambil mengangguk menyetujui kesan-kesan hidup ini.

“Jadi Aku akan selalu berhati-hati terhadap apa yang akan terjadi untuk terus belajar dan belajar.” Sambil sesekali aku masih meratapi bahwa Akupun di lahirkan dari Rahim ibuku dengan kelebihan jumlah jari tak umumnya manusia. Begitu pula anak keturunankupun masih bergen sama,memiliki kelebihan fisik pada jari tangan melebihi jumlah pada wajarnya manusia. Sempurna…sempurna begitu hati ini melempengkan tentrem dan gawe adem ati Untuk tidak menganggap cacat. Namun sudah saatnya sama-sama menikmati kesempurnaan hidup di alam semesta ini. Aku merubah pandangan bahwa di muka bumi ini tidak ada cacat adanya kesempurnaanlah di muka bumi ini. Inilah kehidupan kita yang nggak ada beban. Cacat yang sempurna.

“Bapak…ibu saudara penumpang kereta api Argo Dwipangga, mohon segera persiapkan barang-barang bawaan Anda. Lihat kembali sekitar tempat duduk Anda, Jangan sampai barang- barang berharga Anda ada yang tertinggal dalam jok bagasi atas maupun kursi penumpang, kita sudah tepat pukul 20:00 tiba di stasiun Solo Balapan dari keberangkatan pagi pukul 09:00 dari Stasiun Jakarta Gambir. Sampai berjumpa di perjalanan luxury berikutnya. Terima kasih atas saran kenyamanan dari pelayanan selama perjalanan dengan kami. Begitu kira-kira suara wanita sangat lembut tapi tegas mengakhiri perjalanan beberapa jam menuju Kota Solo. Kamipun turun dari kereta api Argo Dwipangga dengan selamat serta melangkah optimis ingin segera bertemu raut wajah ibuku di kampung. Dengan membawa hati yang sudah tidak sabar ibuku menanti-nanti kedatangan kami dari tanah rantau.

Mega Hermawati, S.Pd

Cilegon,19 September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post