Megawati Purba

Saya seorang guru di tingkat SMP. Ribuaan siswa sudah berinteraksi dengan saya. Ribuan karakter juga yang sudah saya hadapi. Sebagai guru, banyak yang say...

Selengkapnya
Navigasi Web
Emosional

Emosional

Teriakan dari arah pos kamling itu sangat mengganggu. Teriak itu kadang diselingi kata-kata yang membuat telinga risih. Final piala AFF antara Indonesia dan Thailand, benar-benar menguras emosi sampai tingkat tertinggi. Bagaimana tidak? Hanya karena sepak bola, kata-kata tidak senonoh bisa terucap dari mulut seseorang yang sehari-hari perangainya sangat sopan dan alim.

Tiba-tiba penonton televisi itu mempertontonkan watak dan perangainya yang selama ini tersembunyi. Ketika ada momen yang pas, tanpa disadari keluar dengan sendirinya. Sehingga orang lain yang mendengar dan melihat terheran-heran. Kok begitu ya? Kok kata-katanya kasar ya? Dan pertanyaan lain yang muncul di benak.

Mereka yang berkumpul ada menjadi wasit. Ada yang menjadi komentator yang kemampuannya melebihi komentator berbayar itu. Ada yang tidak bisa diam. Kakinya ikut menendang- nendang apa saja yang berada di sekitarnya. Kadang berlari, berputar sambil mulutnya menghamburkan kata-kata soak.

Ada juga sejak awal babak pertama hingga permainan berakhir, terus menerus menghakimi pemain. Ia merasa apa yang dilakukan pemain selalu salah. Tidak jarang keluar kata-kata kutukan untuk pemain maupun wasit. Kira-kira bagaimana jika dia yang menjadi salah satu pemain dalam permainan itu? Bisakah membuat tim Indonesia menang?

Rupanya demikianlah yang nampak jika sekelompok orang sedang emosi. Emosinya lebih terbakar kala menonton bersama-sama. Entah berapa juta orang yang emosi tadi malam selama pertandingan. Tapi tidak perlu juga sampai kata-kata soak keluar dari mulut, atau sampai membanting televisi. Nah...kalau sudah begini apa jadinya?

Sebenarnya, semua orang pasti menyadari, memaklumi dan memahami mengapa jutaan orang menjadi emosional tadi malam. Itu satu dinamika yang memberikan warna tersendiri dalam kehidupan persepakbolaan. Tetapi ada yang penting dipahami penonton, bahwa bola yang menjadi rebutan dua tim tersebut bentuknya bulat. Dari sudut mana pun memandangnya sisinya sama, yaitu selalu bulat. Yang kalah maupun yang menang tetap saja memandang bola tidak bisa berubah. Lalu mengapa soak?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

bola dari berbagai sisi tetap bulat, jadi penonton juga harus niat bulat untuk tidak emosional

30 Dec
Balas



search

New Post