Meirita Dwi Syafitri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjilat Ludah Sendiri

Gak, aku gak bakalan ikut program ini. Bayangkan saja, kita sebagai anak perempuan pergi ke tempat jauh dan terpencil, entah dimana itu nantinya. Gak, aku gak bakalan sanggup.” Masih teringat jelas, itulah kata-kata yang kuucapkan kepada temanku Icha pada 2012 lalu, saat ia mempromosikan program ini kepadaku dan teman-teman yang lain.

Tapi, apa yang kulakukan saat ini? Di layar laptopku terpampang nyata website pendaftaran program pengabdian ke daerah terpencil itu. Ya, itu adalah program SM-3T yang dikatakan temanku empat tahun lalu. SM-3T atau Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal adalah program kementrian untuk menyamaratakan pendidikan di Indonesia. Mereka yang mendaftar di program ini adalah para relawan lulusan Strata-1 atau S1 bidang pendidikan untuk mengabdi mengajar di daerah 3T Indonesia. Aku seperti tak punya pilihan lain, selain mendaftar ikut program ini.

Setelah lulus September tahun lalu, aku telah mencoba melamar ke beberapa sekolah sebagai tenaga pengajar. Namun, sebanyak itu pula, aku harus tersenyum menerima penolakan. Alasannya, karena tenaga pengajar sudah penuh, ataupun sudah ada koneksi dari beberapa guru ataupun kepala sekolah yang mengisi kekosongan tersebut. Mau kesal, tapi ya bagaimana. Aku yang mulai menyerah, akhirnya pasrah dengan keadaan yang tanpa koneksi ini. Hingga akhirnya pada Maret 2016, salah seorang temanku mengirimkan informasi tentang pendaftaran peserta SM-3T di grup whatsap kelas. Saat itu aku berpikir, apakah harus kuikuti program ini sebagai pelarian agar tak dianggap pengangguran ataupun agar tak didesak untuk menikah di usiaku yang sudah bisa dikatakan cukup umur untuk menikah. Jujur saja, istilah “gadih gadang alun balaki” selalu menghantuiku sejak wisuda dan belum dapat pekerjaan. Jadi, apakah aku harus menjilat ludah sendiri?

Mataku masih terpaku ke layar laptop, tapi pikiranku seperti sudah meninggalkan raga. Jemariku masih melayang di atas papan keyboard laptop. Aku bingung. Hingga akhirnya kuingat kembali potongan berita yang pernah kubaca beberapa waktu lalu. Pemerintah akan membuka CPNS, dan untuk guru diutamakan yang sudah memiliki sertifikat pendidik. Begitulah kira-kira potongan berita yang kubaca. Mengingat biaya pendidikan profesi guru jalur mandiri yang mungkin sulit bagiku maupun keluargaku, dengan membaca bismillahirrahmanirrahim aku mantapkan hati untuk mendaftar program itu, demi beasiswa pendidikan profesi guru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post