meita purnamasari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
HASBIE
menjenguklah ke dalam jiwaku, kami ada di hatimu..

HASBIE

Ruang UKS terbuka lebar, semua tergopoh gopoh menyiapkan blangkar, tempat tidur, dan tentu saja oksigen! Bahkan dua anak PMR tanpa kuperintahkan sudah siap membantu. Salah satunya, Firas setengah berbisik menggapai tanganku, " bun, kalau dia tetap pingsan bagaimana? "

Aku tak segera menjawab. Hanya memandang wajah mungil Firas, memberi kode agar dia tenang. Pelan, ku dekati sesosok tubuh yang terbaring. Blangkar sudah di lipat. Jemariku meraba dahinya, " Hasbie...., sadar nak.. " ujarku lirih.

Sudah tiga puluh menit berlalu, dia masih menutup mata. Hanya nafas lemahnya turun naik yang menandakan dia masih hidup. Detak nadinya masih lemah, tapi tidak serendah tadi siang saat Hasbie di gotong oleh teman-temannya ke ruang UKS ini.

Aku menengok ke arah Firas. Mata bulat itu masih juga bertanya tanya meminta kepastian kapan temannya ini di bawa ke UGD. Bukannya aku tak percaya dengan UGD Rumah Sakit Daerah, tetapi aku ingin memastikan jika aku masih bisa menangani siswa yang sakit ini dengan caraku sendiri. Apalagi Hasbie setiap minggu dua atau tiga kali pasti melewatkan waktunya di ruang UKS, entah karena pingsan ataupun sesak nafas di kelas.

"Sepuluh menit lagi ya Firas. Jika bunda sudah tak sanggup kita bawa dia ke Cibabat" ujarku menenangkan Firas. Dia membalas dengan anggukan cepat. Aku tersenyum. Tapi nampaknya senyumku terlalu dipaksakan. Firas, ketua PMR terlihat masih gugup. Mungkin terlalu hawatir melihat kondisi Hasbie.

Selang oksigen masih tersambung ke hidung Hasbie. Fauzan, teman sekelas Hasbie setia mengoleskan minyak kayu putih ke setengah punggung Hasbie. Sementara aku berfikir keras bagaimana agar Hasbie dapat bernafas normal.

" Zan, bunda mau cari no hp ibunya Hasbie ya di Tata Usaha. Kau tunggui disini dengan kak Firas " seruku agak keras. Sengaja aku bicara begitu agar Hasbie mendengar ucapanku. Aku tahu persis beberapa bulan, Hasbie menjadi siswa kls X di sekolahku, sering sakit, dia tak mau di hubungi orang tuanya.

Trikku berhasil. Tangan Hasbie bergerak. Matanya terbuka, menatapku sayu " buuun... " panggilnya pelan.

Senyummku mengembang. Alhamdulillah ujarku dalam hati tentunya.

" Hasbie, belajar mengatur nafas ya. Selang oksigennya bunda buka. Kamu harus coba atur nafas, hirup pelan pelan.....atur nafas.. sampai dadamu lega "

Dia mengangguk.

Firas membuka selang oksigen dari hidung Hasbie. Sekilas aku melihat Firas mengendikkan bahunya. Pasti dia nanti menggerutu dan menyerangku " bunda tuh ya banyak akalnya" pastinya Firas akan geleng geleng kepala.

Aku belum mengerti Hasbie kerap menghindar jika aku ingin bertemu orang tuanya. Entah ibu atau ayahnya. Dia selalu beralasan " bun, ibuku sibuk. Pasti dia takkan sempat untuk mengurus aku ke sekolah. Please bun, biar aku istirahat di ruang UKS"

Suatu waktu aku katakan ," ya sudah bunda ketemu ayahmu. Kamu kan harus ke dokter untuk di medical check up kamu tuh sakit apa sih sampai sering pingsan begini"

" Ayahku di luar kota, bun. Baru pulang sabtu malam ", selalu ada alasan Hasbie untuk menghindari orang tuanya di hubungi sekolah.

Hasbie sudah terlihat nyaman. Dia bisa tidur, dan aku bisa menarik nafas lega. Firas sudah masuk lagi ke kelasnya untuk belajar. Tinggal Fauzan yang masih menunggui Hasbie. Mungkin Fauzan tak tega meninggalkan aku sendirian mengurus temannya.

Fauzan pernah bercerita tentang keluarga Hasbie. Anak kedua dan sering dibanding-bandingkan ayah ibunya dengan kakaknya yang sulung. Kakaknya Hasbie sudah kuliah, di perguruan tinggi favorit di kota Bandung. Menurut versi Hasbie, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya.

Lantas, sakitnya ini kenapa? Toh orang tuanya sama sekali tidak tahu kalau Hasbie sering sakit di sekolah.

Aku harus memecahkan masalah ini. Sebagai staf kesiswaan masalah ini adalah hanya satu kasus yang menjadi tantangan untuk kuselesaikan.

Hasbie, apa yang harus kulakukan?

Ceritakan padaku, nak.

Itupun jika kau percaya pada gurumu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren lho mbak.Ikut tantangan menulis sa

06 Feb
Balas

Wuich.. Top Markotop.

28 Mar
Balas

Suwun Pak Amir

28 Mar



search

New Post