Manisnya susu yang menetes ke lantai, meja atau dimanapun, adalah rizki semut.

Namun semut tak puas menikmati yang sedikit, merasa kurang dan ingin mereguk lebih banyak, lalu masuk kedalam segelas atau secawan susu yang melenakan dan akhirnya membinasakan.

Kita bukan semut, kita bukan binatang, ketika semut masuk kedalam gelas ia tidak berpikir akan tenggelam, yang ia tahu hanya didalam sana manis, yang dia pikirkan hanya nafsu karena binatang tidak berpikir sebelum bertindak.

Sebagai mahluq yang diberikan kelebihan aku berusaha mensyukuri nikmat yang diberiNYA, bukankah dari sedikit itu akan bertambah jika tak serakah ?

Manusia itu zoon politicon, mahluq sosial, hidup kita tidak lepas dari orang lain, akan banyak interaksi maupun intervensi sikap dari orang lain, namun hendaknya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan logis dalam diri, bukan karena ikut-ikutan saja, kalaupun harus membebek ikutlah yang benar bukan, yang banyak.

Bahwa sesuatu yang kita kerjakan diatas dunia ini pasti akan diminta pertanggungjawaban kelak, semoga menjadi pengingat diri.

Bismillah ....