Fiosofi Jawa tentang hidup :

Urip Iku Sawang Sinawang, Sing Ketokke Luweh Kepenak Durung Mesti Kepenak, Sing Ketokke Rekoso Durung Mesti Rekoso

Hidup itu adalah melihat terhadap orang lain, orang yang terlihat bahagia belum tentu bahagia, namun orang yang terlihat susah belum tentu susah.

Sebuah persoalan “melihat orang lain” dan “dilihat orang lain” sudah sering kita jumpai bahkan sedang saya alami juga sekarang.

Ungkapan yang memiliki nilai positif, tidak baik kita cepat-cepat menilai dan menghakimi orang lain hanya berdasar kesan dan penglihatan atau hanya berdasar kata orang, berprasangkan baik lebih didahulukan dan diutamakan ketimbang prasangka buruk.

dan jangan pula mudah silau atau iri melihat orang lain yang kelihatannya mewah dan gemerlapan hidupnya, hidup sejatinya hanya saling memandang dan menduga-duga, di balik kemegahan hidup seseorang, pasti menyimpan problem yang disembunyikan, karena tak ada kehidupan tanpa ada masalah.

Sering kali orang terkecoh dengan penampilan seseorang yang kelihatannya miskin atau sederhana, ternyata memiliki kekayaan yang berlimpah atau meski hidupnya nampak sederhana namun memiliki kebahagiaan hidup yang tidak kita punyai.

Karena itu, ojo gumunan jangan mudah kagum terhadap penampilan seseorang. Jangan mudah silau lalu minder atau berkecil hati Ojo kagetan, Jangan mudah kaget melihat dan bertemu seseorang yang penampilan awalnya memukau.

Filosofi sawang sinawang juga membuat kita banyak bersyukur dan menikmati hidup rumput tetangga memang sering nampak lebih hijau