#Pentigraf memenuhi tantangan CEO Mohammad Ihsan

Oleh

Meria Fitriwati

Sebagai gadis remaja yatim piatu, aku menghabiskan hidupku menjadi buruh kasar di kampungku. Apa saja aku lakukan demi sesuap nasi dan beberapa uang bukti aku telah bekerja. Semua uang yang kudapat akan kupergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan lebihnya akan kugunakan sebagai simpanan. Suatu hari nanti kau akan menggunakannya untuk biaya pendidikanku. Guru adalah cita-cita yang harus aku gapai. Tidak masalah, kerja keras, membanting tulang, bahkan ditemani panas terik dan hujan lebat. Semua akan kujalani lillahi ta'la.

Tidak sia-sia usahaku untuk meraih impian tercapai juga. Kini sebutan guru telah melekat kepadaku. Aku bangga menyandangnya. Teringat perjuangan panjang untuk meraih posisi ini. Kusisihkan beberapa uang dari gajiku. Anak yatim piatu adalah sasaran utama untuk mendapatkannya. Kumulai dari anak yatim yang ada di sekolah dan juga tetanggaku. Sudah menjadi niatku untuk membagi sebagian gajiku untuk mereka. Aku bangga bisa selalu berdekatan dengan mereka. Semoga kekuatan dan rahmat Allah SWT selalu bersamanya.

Sore ini ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, aku pulang sore hari. Tepat pukul 17.30 WIB aku baru saja sampai di rumah. Capek dan sedikit lelah terobati ketika Si black kucing kesayanganku, menunggu, mengejar dan mengeong dengan manja dari depan rumah. Inilah yang terkadang membuat aku tidak sampai hati berlama-lama di luar. Karena ingat Si black yang senantiasa cemas, jika aku pulang terlambat. Kugendong dia. Kurasa ada yang aneh padanya. Benar saja, Si black hamil di luar nikah. Hmmm aku akan kedatangan bayi baru dari Si black. "Terima kasih telah membuat dunia ini terasa ramai," batinku.

Pesisir Selatan, 09 Juni 2020