Tipe Guru Menjatuhkan
Tipe Guru Menjatuhkan
#HGN2020#
"Kamu, jika tidak mau sekolah ya keluar saja. Bagus jadi gelandangan jika tidak mau dibilang yang baik," kata-kata di atas tentu saja kata yang tidak pantas keluar dari mulut siapa saja. Baik berprofesikan guru mau pun tidak. Namun, jika kata-kata itu sempat terlontar, maka sebaiknya jangan pernah terulang kembali. Kenapa? Jika dilihat dari kalimatnya, kata-kata itu lebih banyak mengandung nilai tidak baik dari pada baik.
Beranjak dari tulisan di atas, saya teringat akan seorang guru TK ketika saya menjadi murid TK. Itu lah waktu-waktu terindah, penuh cinta, kedamaian, bermanja-manja, berkreativitas dengan hati senang, bernyanyi tanpa beban, berdoa dengan tulus, berlari, bermain dan semua dilakukan dengan bahagia tanpa ada rasa takut atau juga suara yang menyentakkan kalbu.
"Sebelum belajar, ayo duduk yang rapi!" Terlihat senyumnya yang memesona dan gerakan tangannya melipat ke meja yang kami ikuti secara bersama-sama.
Begitu pun setelah bermain, guru akan menirukan cara duduk yang rapi dengan diiringi nyanyian, lalu siswa mengikutinya dengan hati yang tulus dan perhatian yang khusu'.
Jika terjatuh, guru dengan cepat tanggap membantu. Meniup kaki dan tangan yang sempat kena sedikit goresan bantu, kalimat puji-pujian akan segera mendarat yang mampu menyihir siapa saja yang mendengarnya.
"Anak pintar, ayo bangkit!"
"Ini namanya sudah besar, walau jatuh tidak menangis." Itulah ucapan yang super keren. Menghilangkan semua rasa sakit, keajaiban kata itu mampu menyihir hingga menjadikan sesuatu lebih indah dan sungguh memotivasi bahwa apa yang dilalui adalah baik-baik saja.
Dialah guru TK-ku Bu Ita. Mengajarkan banyak hal. Melalui detik demi detik dengan cinta. Rasa-rasanya aku mau jadi anak TK terus, aku ingin ada kedamaian tanpa ada paksaan. Aku ingin belajar dengan senang bukan karena kejar target dan membuat kepala terasa mau melayang.
Aku senang dengan cara Bu Ita mendidik kami. Tulus ikhlas, menebar kebaikan dengan cinta, memberikan senyum terindah, dan memotivasi dengan kalimat yang baik dan seolah kata-kata itu mengalir ke seluruh tubuh dengan derasnya. Membawa ketenangan dan rasa rindu untuk selalu ingin bersama di sekolah. Aku suka cara Bu Ita mengajarkanku. Dialah guru inspiratifku dan jauh dari tipe guru menjatuhkan.
Selamat hari guru guruku
Pesisir Selatan, 25 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mudah2an kita menjadi guru yang bijaksana dlm mendidik dan membimbing siswa.
Nasihat nan elok, Bun.
Selama kita memiliki kenangan hari kemaren akan selalu ada. Begitu lah dengan semua guruku. Jasamu tetap kan ku kenang selamnya
Selamat hari guru Bu
Mantap salam sehat buat Guru Hebat Nusantara. Bu Ita salah satu contoh guru hebat.
Selamat Hari Guru Bu...semoga kita menjadi guru yang bijaksana
Selamat hari guru bu mer. Apik ceritanya
Tulisam yang penuh makna bun
Selamat HGN. Sukses selalu.
Selamat hari guru ibu
Keren. Ibu Ita sudah menawan hati anak didiknya berkat ucapan dan tauladan yang ia berikan. Bersyukur siswa-siswinya memiliki guru seperti Bu Ita.
semoga kita bisa menjadi guru yang menyenangkan bagi murid - murid kita...
Cerita yang menjatuhkan hati.. sukses selalu bu..
Bijak, semoga sukses
Selamat Hari Guru Ibu
Keren banget. Selamat hari guru juga guruku.moga kesusksesan dan keberkahan selalu menyertaimu
Selamat hari guru bunda, marilah kita menjadi guru yang dirindukan oleh anak didik kita
Sangat menginspirasi
Keren tulisannya, mami. Apakah mungkin kita masih bisa menemukan "guru TK yang tidak menjatuhkan" itu lagi sampai di Perguruan Tinggi dan dan di Pergurian Sepanjang Hayat?