Aku beranjak dari tempat dudukku sambil membawa piring bekas makananku. Kulirik mama, tangannya masih sibuk memegang setrikaan. Sudah hampir 4 jam dia berdiri di situ untuk menyetrika. Sambil sesekali matanya melihat ke layar televisi. Kulirik lagi keranjang cucian yang ada di samping kakinya.masih penuh, itu artinya mama masih lama berdiri di situ untuk menyelesaikan setrikaannya.

"Mana uangnya ma?"

"Ambil dalam laci. Tempat biasa mama nyimpan uang" katanya tanpa menoleh padaku.

Aku segera masuk kekamar untuk mengambil uang yang dimaksid mama. Satu persatu kubuka laci yang berada di meja rias mama. Ada selembaran uang seratus ribu. Ini hasil dari melaundry ambal.

"Beli pulsa limapuluh ribu saja ya Pan. Belikan mama susu sama kuku bima ya" pinta mama sebelum aku pergi.

Mama memang seperti itu. Kalau mendapat uang hasil bayaran laundryannya. Dia selalu membelikan kami cemilan. Kali ini dia minta dibelikan susu dan minuman sachet yang bersoda itu. Padahal sering kali beliau berpesan padaku agar tidaksering meminum minuman itu.

"Kalau sekali-sekali kan tidak apa-apa. asal jangan seringkali" begitu katanya kalau aku bertanya. Tentu saja aku senang kalau mama memintaku beli susu dan kukubima. Karena aku sangat suka minuman itu.

"Ingat. Bu dokter tidak membolehkan kamu mengkonsumsi minuman bersoda. Itu berpengaruh dengan masalah yang tumbuh di kulit punggungmu" kata mama suatu hari sewaktu kami baru saja keluar dari poli umum.

Ada bercak-bercak putih tumbuh dikulit punggungku. Mama sudah membelikan aku salep tapi tidak ada perubahan. Jadinya dia membawaku ke puskesmas untuk berobat.

Bersambung

12 Oktober 2020

#TantanganGurusiana hari ke-148