Dipandangan kita sebagai orang yang kategori menengah ke bawah ketika mendifinisikan nyaman pasti berkorelasi dengan memiliki fasilitas yang serba mewah, rumah mewah, handphone mewah, baju harganya wah, mobil mewah dan serba wah-wah-wah pokoknya.

Mari berandai-andai dan kita cermati sekarang, ketika kita melihat ada orang kaya mengendarai mobil yang super mewah maka orang pasti dibenak orang ini memandang mobil tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya, akan selalu merawat, membersihkan dari noda dan goresan, menyimpannya dengan system pengamanan yang super canggih kalo perlu menyewa orang khusus untuk “ngurusi” si mobil ini. Setiap kali keluar mengendarainya, dalam benak orang ini pasti was-was, jangan-jangan di srempet, jangan-jangan kena lontara batu dll. Jika terjadi kecelakaan pun, pasti sunpah serapahpun akan keluar dari mulutnya menyalahkan orang lain, padahal belum tentu orang lain yang bersalah salah. Nah apakah itu yang disebut nyaman.

Mari kita bandingkan dengan orang yang memiliki kendaraan sesuai dengan kebutuhannya, ada oang memiliki sepeda motor kemudian orang ini sangat bersyukur karena dia bisa menghadiri kegiatan dengan tepat waktu, lancar dan efisien. Memperlakukan kendaraan tersebut juga biasa-biasa saja selayaknya alat transportasi biasanya, kotor yang dibersihkan, rusak dibenahi, diamankan dengan sederhana sudah cukup. Orang ini merasa nyaman sekali, tidur nyenyak tak berfikir kendaraannya hilang dsb.

Dari dua cerita di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kenyamanan itu terletak pada hati yang bersyukur, mensyukuri atas apa yang telah dimiliki saat ini dengan tetap menjaga dan merawatnya. Mari semuanya senantiasa bersyukur atas anugerah yang diberikan oleh Allah kepada kita semuanya dengan berusaha menjalankan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Aamiin…………………