Zonasi... Profesi Amanah Dalam Jabatan

Sehubungan dengan zonasi yang diterapkan di indonesia ada banyak cerita pengalaman, sehingga cerita itu menjadi pengalaman tersendiri bagi orangtua ketika mendaftarkan anak dan puterinya untuk bersekolah didaerah zonasinya masing masing

Alhamdulillah... pendaftaran sudah selesai, seragam telah dipesan diukur seapik mungkin seragam sekolahpun sudah selalu dipakai dicocokkan didepan kaca besar, sambil bersiul-siul bernyanyi merayakan pakaian baru, sekolah baru, nuansa baru indah tak terbayangkan.

Profesi Dalam Jabatan

Tugas guru sebagai pedidik, dimana saja berada fokus dengan amanah tersebut, mau sekolah sistem zonasi, PDB Mandiri , online apalah namanya yang terpenting ingat dengan tugas dan amanah yang diberikan sebagai pendidik, sebaiknya kita tidak usah gusar risih dengan sistem zonasi, kalau menurut saya mendidik anak-anak yang berkemampuan rendah/sedang, dan berperilaku kurang berkarakter akan lebih besar pahala dan tantangannya, dibanding mendidik anak unggul.

Selama ini sekolah yang dikategorikan favorit itu lebih karena input yang bagus, kadang bagusnya karena les dan latar belakang kalangan yang ekonominya menengah keatas, bahkan orang kaya yang serba berkecukupan jujur kita sebagai guru kadang nyaman dan tenang dengan situasi itu termasuk saya.

Sebagai orang tua wajar saja banyak yang menentang sistem zonasi, alasan takutnya anaknya tidak dilayani dengan baik, kurangnya kepedulian guru dalam melayani anak kesayangannya terkait pasilitas sekolah didaerahnya kurang memadai kekhawatiran itu terkadang membuat orangtua gusar, terlebih orangtua berharap generasi penerusnya tidak lagi sepertinya berharap anaknya dapat menimba ilmu agar pola pikirnya berubah dan cerdas, selanjutnya, adanya heteregonitas siswa dalam suatu sekolah, siswa yg pintar akan bergaul dengan siswa yg kurang pintar, siswa yg berlatarbelakang ekonomi baik akan bergaul dengan siswa yg berlatar ekonomi kurang, karena biasanya siswa dengan latarbelakang ekonomi baik akan berkumpul di sekolah favorit, sehingga menimbulkan eksklusitas suatu sekolah yang akibatnya terkadang praktek praktek kecurangan terjadi oleh sekolah dan wali murid agar anaknya dapat diterima di sekolah

Sebuah sekolah yang diikuti dengan cara bergaul anak-anak seusianya otomatis berpengaruh kepada perilaku, 80 persen anak berkembang dari lingkungan sosial yang berkembang disekitarnya

Selanjutnya, sistem zonasi ini secara bertahap akan membuat sekolah sekolah memperbaiki kualitas baik dari segi guru juga fasilitas, fasilitas yang memadai akan mampu bersaing dengan sekolah favorit tentu saja pemerintah harus konsisten dan cepat, mengawasi perbaikan dan peningkatan kualitas sekolah.

Kalau semua kita melihat ini sebagai kemauan "melakukan terobosan" maka sesungguhnya kebijakan ini sebagai langkah tepat sebagai "terobosan besar" dan bahkan reformasi pendidikan. Tentunya masing-masing kita punya alibi atau argumentasi yang berbeda dalam meneropong kebijakan karena sekali lagi setiap kebijakan itu selalu menuai pro dan kontra karena adanya kepentingan fihak-fihak tertentu.

Kesimpulannya saya sekarang harus mengganti kata bijak saya bahwa " Emas itu walau dipelimbahan pun tetap emas" Artinya anak yang istimewa akan tetap istimewa dimanapun iya berada"....Meskipun sebenarnya semua anak istimewa karena memiliki bakat dan potensi tersendiri...

Secara pribadi saya juga akan memilih sekolah sesuai zonasi dekat rumah, alasannya saya berpikir terkait sistem zonasi itu penuh dilema dilihat dari banyak sisi.

**************

Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ini, belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Hal ini karena masyarakat masih mengharap anak-anaknya masuk ke sekolah yang dinilai sebagai sekolah favorit, di luar zona dari tempat tinggalnya. Padahal sebenarnya tujuan zonasi itu sendiri adalah untuk mengatasi ketimpangan di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai, kebijakan zonasi dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018 beserta perubahannya itu merupakan bentuk implementasi Pancasila sila ke-5 yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan ini, kata dia, bukan dikhususkan untuk siswa saja, namun juga bagi guru-guru karena ke depan akan ada rotasi guru. Tentu ini merupakan tantangan bagi guru-guru. “Guru-guru yang selama ini mengajar anak-anak pintar bahkan di tinggal tidur pun sudah pintar, sekarang dia mendapat anak-anak yang tidak pintar sampai yang pintar dan harus di akomodasi, itulah baru guru profesional,” jelas Mendikbud Muhadjir Effendy saat menjadi pembicara pada acara diskusi yang bertajuk Menakar Sisi Positif dan Negatif Zonasi Sekolah di Gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta.

#kabulsiagian