Mandi di Pancuran Bambu (Flash Fiction)
Mandi di Pancuran Bambu
(Flash Fiction/FF)
Tantangan Hari Ke-25
#TantanganGurusiana
Seperti biasa, subuh itu Siti berjalan menuju pancuran dengan mata yang masih mengantuk. Ia sengaja tidak membangunkan Dewi, sepupunya karena ingin mandi paling duluan. Siti menyusuri jalan bebatuan. Ia bergegas menuruni anak tangga agar segera sampai di pemandian itu. Suasana desa masih lengang dan gelap. Bermodalkan senter, akhirnya Siti tiba di pancuran yang cukup jauh dari pemukiman. Hanya inilah satu-satunya sumber air di pedesaan itu. Pancuran bambu dengan mata air yang mengalir dari rengkahan batu di bawah pohon besar. Persis berada di pinggir batang air.
Byuuurrrr …. Siti langsung mandi di bawah air pancuran yang mengalir dingin. Ia merasakan airnya lebih dingin dari biasanya. Tubuhnya terasa segar. Mandi sebelum subuh sangat dianjurkan, karena baik untuk kesehatan. Tiada rasa takut dan cemas yang dirasakannya. Desa itu damai dengan penduduknya yang rukun. Siti mengakhiri mandinya dengan berwudhu untuk shalat subuh.
Selesai shalat, Siti duduk-duduk menunggu Dewi dan warga lainnya yang akan mandi. Bunyi jangkrik ditingkahi suara air mengalir di batang air memecah kesunyian. Karena lama menunggu, akhirnya Siti pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan ia terus bertanya-tanya dalam hati.
“Mengapa belum ada orang yang muncul, ya. Mungkin orang-orang ketiduran,” bisiknya sambil terus menaiki anak tangga.
Tak lama ia berpapasan dengan wanita sebaya dengannya. Siti merasa senang, rupanya ia tidak sendirian lagi. “Baru bangun, Neng. Aku sudah siap mandi, airnya dingin sekali, “ sapa Siti terus melangkah. Gadis yang ia ajak bicara diam saja. Gadis itu terus menuruni anak tangga.
“Sepertinya baru kali ini aku bertemu gadis itu. Siapa dia, ya?”
“Dia juga tidak menjawab pertanyaan ku. Ah, mungkin dia kebelet mau buang air, jadi harus cepat-cepat sampai di pancuran,” pikir Siti dalam hati.
Pintu kayu itu berderit. Siti membuka pintu yang masih tertutup rapat. Belum ada tanda-tanda orang dalam rumah bangun tidur. Mereka tinggal bertiga malam itu, kedua orang tuanya melihat neneknya sakit. Dilongokkan kepalanya ke kamar, Dewi masih tidur mendengkur. Ia beranjak ke kamar sebelah. Badu, adiknya juga belum bangun. Ia langsung mengambil segelas air dan menyiramkan pada mereka berdua.
“Kalian mau bangun pukul berapa ini, matahari sudah mau terbit. Ayo bangun. Sana mandi dan shalat. Nanti rezeki dipatok ayam”, gerutu Siti sambil berlalu ke dapur.
Dinyalakannya api tungku untuk memasak air. Siti membuat segelas teh manis. Ditemani sebongkah ubi rebus sisa kemarin sore, ia meneguk teh hangatnya.
Praaakkk … gelas itu jatuh di lantai. Belingnya berserakan. Suara gaduh dan jeritan Siti membangunkan kedua saudaranya. Dilihatnya Siti tak sadarkan diri.
“Siti … Siti…, bangun Siti,” ucap Dewi dan Badu berusaha membangunkan Siti.
Siti terbangun, matanya terbelalak. Tangannya menunjuk jam dinding. Dewi dan Badu saling berpandangan. Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 WIB. Siti pingsan lagi.
Kota Solok, 01 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hahaha,,,,,, pantasan sepi pincurannya ya bu????
Hehehe ... trm ksh sdh mampir
Mandi tengah malam.... lalu siapakah gadis yang ditegur Siti tadi ?
Bu Desi mungkin ya ...
Trm ksh sdh mampir Bu Desi
hehee.. mantaap bun... dapat twisnya...
Trm ksh ananda
Trm ksh Pak sdh mampir.
Mantap buk, keren ceritanya...