Milla Efendy

Milati Masruroh tapi dikenalnya Milla Efendy. Lahir di Brebes, 02 Mei 1979. 19 Juli 2004 - 31 September 2022 Mengajar di SMK N 1 Tonjong Kab. Brebes dan per 1 O...

Selengkapnya
Navigasi Web

Literasi Di Pelosok Negeri

Kuliah online di Grup Belajar Menulis Gelombang 12 pada pertemuan kelima masih bertema Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku dengan nara sumber bapak Agung Pardini yang biasa disapa Guru Agung. Saat ini, beliau bekerja di Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa dan sebagai Master Teacher Sekolah Guru Indonesia. Kuliah online dimulai pada pukul 19.00 dengan moderator ibu Fatimah S.Si. Pertemuan ini dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pemateri dan sesi tanya jawab.

Kuliah online pada pertemuan ini berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru Agung memberi perspektif berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di bidang pendidikan dan keguruan. Berdasarkan pengalaman bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa, beliau sudah terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana. Menurut beliau, guru yang baik harus memiliki kemampuan menulis. Meskipun tidak harus dalam bentuk buku, bisa dalam bentuk PTK atau Jurnal Penelitian, bisa cerpen atau Puisi, bisa juga modul, LKS, atau mungkin kumpulan bank soal. Guru wajib literat, bahkan multiliterat apapun bentuk tulisannya. Kalau menulis buku takut sendirian, maka bisa dibuat bareng-bareng.

Ada beberapa kendala yang biasa dihadapi beliau, seperti gaya bahasa, penggunaan komputer, listrik, dan ejaan yang (belum) disempurnakan. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif. Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. Bukanlah tugas yang mudah, karenamembutuhkan kesabaran dari para relawan. Setiap tahun lembaga ini mendapatkan donasi buku, walaupun jumlahnya terbatas, tapi selalu mencoba untuk disalurkan ke beberapa daerah pelosok.

Sebelum menceritakan pengalaman-pengalamannya, beliau menjabarkan dulu tentang lembaga kemanusiaan ini. Dompet Dhuafa dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga setiap program yang dikerjakan buat pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan. Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa diberikan kepada guru-guru di pelosok. Dimana outputnya tidak harus buku, tapi ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya. Seperti contoh salah satu buku yang berjudul “ Temani Aku Meniup Mimpi”. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode ataupun media. Ini murni diangkat dari pengalaman-pengalaman mereka.

Hampir semua buku-buku yang diterbitkan adalah buku antologi dari hasil menulis bareng-bareng. Biaya untuk percetakan ditanggung oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Buku-buku ini tidak diperjual belikan, namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan. Harapannya buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di daerah lain.

Ada beberapa buku dengan genre yang beda. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok. Buku tersebut berjudul “Kelana Guru 2 Musim” dan “Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku”. Dua buku tersebut bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri. Ada yang di kepulauan, ada yang di hutan dan pegunungan, dan ada yang di pelosok kampung. Pernah ada salah satu dari guru tersebut meninggal dalam tugas di penempatan. Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku salah satu buku yang berjudul Batu Daun Cinta Teman Setia Belajarku. Untuk mengenang beliau, akhirnya nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI, yaitu Jamilah Sampara Award.

Cara mengajarkan guru-guru untuk menulis dengan cara menulis "Jurnal Perjalanan Guru". Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Dan setiap malam harus menulis pengalaman mereka saat siang hari. Modelnya bisa macam-macam, ada yang curhat, dan ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan, aAda yang rindu keluarga, ada yang sakit hati, macam-macam ceritanya. Saat pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi, menjadi semacam refleksi dan evaluasi. Melalui jurnal ini, para pengelola dan dosen jadi mengetahui tentang perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka. Jika ada perasaan hati yang negatif, bisa langsung coaching atau konseling.

Dari kebiasaan menulis jurnal harian ini, guru menjadi terlatih buat menulis. Di samping itu, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca. Kalau tidak banyak membaca, tidak mungkin banyak yang bakal menulis. Hal ini melatih kepekaan literasi mereka. Makanya sering mengadakan acara bedah buku secara rutin. Acara bedah buku ini ada yang harian, dan ada yang pekanan atau mingguan. Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi diadakan apel, dan yang bertugas sebagai pembina apel adalah yang akan memberi kajian bedah buku. Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi". Yakni memberi motivasi secara bergantian, untuk meningkatkan kepekaan literasi buat para guru. Menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri. Buku berikutnya adalah buku yang ditulis beliau bersama Tim Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa. Buku yang berjudul “Bagaimana Ini Itu”, merupakan kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien. Dengan rencana awalnya disusun menjadi semacam kamus atau ensiklopedi pengelolaan sekolah.

Dalam berbisnis jualan buku inspirasi guru ini masih minim peminat, kecuali dalam bentuk semifiksi alias novel. Beliau menyarankan untuk para guru yang senang menulis buku seperti ini, sebaiknya model marketingnya lewat jaringan komunitas. Ini akan memudahkan penjualan. Di SGI, penjualan buku-buku para member difasilitasi untuk ditawarkan kepada sesama member. Dengan menawarkan pakai pre-order dulu, bukan ready stock. Sehingga pencetakan disesuaikan dengan pesanan. Untuk buku-buku yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa sendiri biasanya dibagikan secara gratis untuk para guru-guru lain. Sehingga gampang laku karena gratis.

Pada akhir pertemuan kelima kulian online, beliau menyimpulkan bahwa :

1. Merangkai kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah, makanya mesti bersabar. Dan kalau mau lancar menulis maka harus banyak membaca.

2. Mencoba menulis apa yang sering dipikirkan, dilakukan, dan yang sering dikatakan. Untuk mencari idenya membutuhkan teman diskusi, temen nongkrong setia, dan sebuah komunitas.

3. Untuk melatih ketajaman pikiran dan memperhalus budi pekerti maka menulislah, Sehingga engkau "ada".

Demikian resume kuliah online pertemuan kelima di WAG Belajar Menulis Gelombang 12, yang berakhir pada pukul 21.12 WIB, dengan nara sumber bapak Agung Pardini dan moderator Ibu Fatimah, S. Si.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post