MIMIN YULISTIYOWATI

Guru IPA SMPN 3 Balung Jember Jawa Timur , masih belajar menulis, mohon kritik dan saran "MELOMPAT LEBIH TINGGI"...

Selengkapnya
Navigasi Web

Jerami

Judul : Jerami

“Ayo balapan, Si!” tantang Wiwi tetangga sekaligus teman sekolahnya.

Dua bocah itu baru lancar belajar sepeda. Sepeda adalah barang mewah bagi mereka.

Sebenarnya bukan hal susah bagi kakek Ribi ataupun Pak Sony membelikan sepeda buat Sisi, tapi karena khawatir Sisi terluka saat mengendarai sepeda, maka kakek Ribi memilih membiarkan Sisi tak bisa naik sepeda sampai kelas 5.

Seminggu lalu Sisi belajar sepeda besar milik kakek Ribi. Saat kakek dan neneknya sibuk mengolah gula merah, diam-diam Sisi mengambil sepeda kakek Ribi dibuat belajar.

Walau awalnya agak kesulitan saat mengayuh tapi setelah jatuh bangun akhirnya berhasil juga.

Tingkahnya terlihat sangat lucu, karena masih terlihat tidak seimbang sesekali masih terlihat dia berjalan zig zaq, atau dia harus melompat saat mau turun karena sadel yang terlampau tinggi atau saat harus tiba-tiba mengerem sepedanya, padahal hasil genjotannya sangat kuat,lajunya sangat cepat

“Ayo, Si! Kayuh yang kuat.” teriak Wiwi

“Ayo, kamu pasti kalah sama aku.” tantang Sisi.

Saking asyiknya mereka balapan sampai tak melihat kalau ada orang lain melintas di jalan yang mereka lalui. Akibatnya terjadi senggolan tak sengaja antara orang itu dengan sepeda Sisi. Arah sepeda Sisi jadi tak terarah dan…

“Braak…”

Sepeda Sisi menabrak pagar rumah mbah Kaji, dan Sisi terjatuh. Dia hanya meringis kesakitan tapi tak menangis.

Mendengar benturan yang lumayan keras dan teriakan Wiwi, nenek Mua berlari tergopoh menghampiri Sisi.

“Haduh-haduh, lha kok sudah bisa naik sepeda ini?” tanya nenek Mua pada Sisi yang masih meringis menahan sakit.

“Kamu ngak luka, Nduk?”

Sisi menggeleng yakin, tapi gerakan kepalanya yang cepat mengakibatkan darah dari luka didagunya menetes.

Nenek Mua panik melihat darah yang dari luka kecil di dagu Sisi. Melihat darah dan neneknya panik, Sisi ketakutan kemudian matanya mulai mengembun.

“Makanya jangan balapan! Nakal , sih.” Suara bu Yuri mengagetkan Sisi.

Sisi semakin takut, sebenarnya dia ingin dipeluk tapi takut malah dicubit sama ibu.

Dia memilih lari tapi malang sebuah batu membuatnya terjatuh lagi.

Nenek Mua yang datang membawa obat merah dan plester menghampirinya lagi.

“Wes, gak usah nangis, mengko gek ndang iso numpak sepedahe.(sudah, jangan menangis, biar nanti cepat bisa naik sepedanya.” Nasehat nenek Mua mencoba menghibur Sisi yang matanya mulai mbrebes mili (mulai berlinang airmata) karena ingin menangis menahan sakit tapi kalau menangis ia takut ibu malah semakin marah.

Sisi mencoba menahan rasa perih saat nenek Mua mengoleskan obat merah setelah membersihkan lukanya dan menempel plester warna coklat ke dagunya.

“Perih.” Rintih Sisi kesakitan

“Gak apa-apa, sebentar lagi sakitnya hilang.” bisik nenek sambil terus memeluk Sisi dan mengusap rambutnya yang ikal dan sudah bau matahari.

Sisi berjalan perlahan, sepeda kakek sudah dibawa pulang oleh Pak Rais yang membantu kakek Ribi membersihkan kendang sapi.

Pak Sony tergesa menghampiri Sisi yang agak terpincang saat berjalan, rupanya selain melukai dagunya, batu itu juga telah melukai betisnya.

“Kenapa?”

Selain kakek Ribi dan kakek Mua, Pak Sony adalah orang ketiga yang Sisi percaya menyayanginya.

Perasaanya selalu begitu, dia selalu merasa tak disayang oleh ibu Yuri, mungkin itu cuma perasaan Sisi saja. Mana mungkin ada seorang ibu tak sayang pada anaknya.

“Sisi sudah bisa naik sepeda, tapi sepedanya kebesaran. Jadi gak seimbang, terus jatuh.”

Nenek Mua menjelaskan kejadian tadi, tapi ibu Yuri menyela, “Sisi tadi balapan sama Wiwi.”

“Benar begitu, Si?” Pak Sony mencari jawaban dan bertanya pada Sisi, tapi Sisi telanjur takut, dia diam saja.

Kemudian Pak Sony beralih tanya ke Wiwi, dia berharap Wiwi jujur. Wiwi mengangguk mengiyakan pertanyaan Pak Sony.

“Tuh kan, Sisi yang nakal.” sela bu Yuri sambil terus memeluk Ima.

“Tapi Sisi gak nakal, Ayah. Sisi Cuma belajar naik sepeda.” Sisi membela diri

“Iya, Sisi gak nakal, tapi gak boleh naik sepeda Kung tanpa ijin, Ya.” Nasihat Pak Sony

Sisi dan Wiwi mengangguk setuju, sementara nenek Mua masih bicara dengan Pak Sony sambil berbisik, seolah ada rahasia yang sedang mereka bicarakan.

Rahasia apakah, bersambung ke day6 ya

Dan semua kk dan adik keren di sini. Terima kasih

❤❤❤❤

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post