Mimi Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Gunung Jungkruk (Gunung longsor)

" Enam puluh tujuh ribu lima ratus semua mbk...! " ujarnya sumringah. " jujul kaleh ewu mawon" imbuhnya. (kembali dua ribu saja). Sambil menyodorkan uang tujuh puluh ribu kepadaku. Alhamdulillah.. Rezeki disore hari itu menghampiri.

" nggih mboten mas! Kersane susuk e tigangewu mawon" jawabku. (ya tidak begitu Mas, biar kembaliannya tiga ribu saja).

Aku tidak mau mencedrai semangat dan kerja kerasnya barang lima ratus perak. Dia pasti sangat capek. Dari tadi sudah bolak-balik manjat kelapa, memetik buah cempedak yang pohonnya sangat tinggi di pekarangan adikku. Sedang aku hanya duduk manis, pohon kelapa itupun aku hanya mendapatkan cuma-cuma dari Alm.Bapak. Aku tidak menanamnya.

Wajahnya si pemetik kelapa itu selalu sumringah. Bibirnya selalu menebar senyum di sela-sela obrolannya dengan adik iparku Hartono. Sama sekali tidak merasakan lelah dan payah dengan apa yang sudah dia kerjakan hari ini. Benar-benar orang yang gigih tapi selalu bersyukur, Batinku.

" Mas...! Mintak duitnya tiga ribu, buat kembalian Mas Ujang!". Teriakku pada suamiku yang berada di dalam rumah.

Beberapa saat kemudian suamiku keluar dan menyodorkan selembar dua ribuan dan sekeping logam seribuan. Langsung kuberikan pada Mas ujang. Dengan wajah berseri-seri Mas Ujang memasukkan uang tiga ribu itu kedalam dompetnya. Dengan gerakan otomatis memasukkan dompet itu ke dalam saku celana bagian kanan belakang.

"Nanti sebulan lagi bisa manen tiga janjang Mbk..! Buahnya lebat nanti mbk..! " katanya yakin.

"Nggih mas, Aamiin.....!" Jawabku.

Barusan dia memanjat pohon kelapa di belakang rumahku. Sebelum memanjat dia meminta sebungkus garam untuk diletakkan di atas pohon kelapa. Katanya itu memupuk, dijamin nanti buahnya berjubel. Aku mengiyakan saja. Pohon kelapa itu sudah tua. Sebaya umurku, 41 tahun. Aku dan suamiku berencana untuk menebangnya. Dan menggantinya dengan kelapa yang genjah dan berpohon rendah. Kami sudah puas memetik hasilnya. Karena terlalu tinggi kami tak bisa memetik buahnya, tanpa bantuan pemanjat kelapa atau beruk yang kebetulan lewat. Lagi pula aku jarang sekali memasak menggunakan santan. Suamiku punya hipertensi menjadi alasan aku menghindari masakan bersantan.

Ketika Mas ujang datang untuk memetik kelapa yang tua maupun yang muda dengan senang hati kami mengizinkannya. Yang tua akan dijual sebagai bumbu masak dan yang muda untuk disetor ke pedagang es kelapa Muda.

Ujang, demikian orang memanggilnya, sehari-hari selain sebagai petani, dia juga beternak sapi. Masih keliling kampung untuk memanjat kelapa. Semua hasil petikkannya terserah yang punya. Mau di beri upah dia mau, mau dijual padanya semua diapun bersedia membelinya. Memang menyenangkan berbisnis dengan Mas ujang.

"Niki tesih enem kengeng dibothok!" kata Mas Ujang lagi sambil menyerahkan kelapa belum terlalu tua yang sudah di minum airnya.

(Ini masih muda bisa untuk membuat bothok).

"O.. Enggih mas!" jawabku lagi.

Kumasukkan kelapa muda tanpa air itu ke dalam kulkas. Timbul ide dalam benakku untuk menu besok pagi. "Gunung jungkruk" bin oblok-oblok, alias botok tanpa bungkus daun pisang. Di sebut gunung jungkruk karena Material di dalamnya menyerupai longsoran dari sebuah gunung.

Dengan membawa wadah keranjang plastik kecil, kuajak gadis kecilku memetik pucuk legetang di tepi rumah. Di tritisan berbatu itu tumbuh liar tumbuhan legetang. Sejenis rumput berbunga kecil-kecil kuning seperti "ceplik" (subang). Sensasi mint pada rasanya membuat tak banyak yang menyukainya. Bahkan teman-teman di sekolahku berkomentar seperti makan tarason. Tapi aku suka karena tumbuhan ini berkhasiat obat. Aku pernah membaca bisa mengobati sakit perut.

Hi hi hi.... Bagiku fakta itu tak terbantahkan. Ya... benar sekali! mengobati sakit perut karena lapar.

Dengan sedikit ikan teri dan udang, juga buah cepokak, hm..... Nikmat sekali. Apalagi rawit dan semua bahan itu dari kebun sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

O..gunung jungkruk iku oblok-oblok to. Baru tau.

10 Apr
Balas

Iya pak...

10 Apr

Dibikin pelas juga maknyusss, Bunda. Seru ya namanya, gunung jungkruk. Kirain tadi cerita gunung meletus....hihihi. Selamat menikmati hasil kebun sendiri. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

10 Apr
Balas

Iya Bun? Saya belum pernah masak pelas Bun. Tapi Mak saya pasti bisa. Besok tanya apa saja bumbunya. Makasih idenya Bun... Sukses dan sehat selalu Bunda...

12 Apr
Balas



search

New Post