Mimi Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kata Hati Malam Tadi

Menjadi guru sepenuh hati memang membanggakan sekaligus membahagiakan hati. Walaupun tak jarang harus menahan hati atau bahkan malah sakit hati juga makan hati. Tapi ketika keadaan stabil sakit itu menjadi hal yang biasa dan tidak berasa apa-apa.

Setiap guru pasti menginginkan anak didiknya menjadi pribadi yang cerdas, terampil dan berkarakter baik. Tak terkecuali diriku. Begitu besar keinginan agak anak didikku kelak sukses kadang membuatku tersiksa. Bagaimana tidak kenyataan sering bertentangan dengan harapan. Tapi disitulah justru letaknya sebuah tantangan. Ketika tantangan itu bisa dikalahkan, jangan ditanya berjuta kebahagian yang hinggap di dada. Pokoknya berbunga-bunga deh...!

Dalam hal membuang sampah kedalam tong sampah saja, masya Allah susahnya! . Setiap saat setiap waktu kuberikan contoh nyata memungut sampah mulai dari bungkus permen, tusuk bakso, plastik sampai sedotan. Anehnya sampah itu tak pernah habis. Memang sih, di rumah kadang tidak ada tong sampah dan acara buang sampah pada tong sampah.

Contoh lain setiap anak laki-laki yanh ku ajar sudah tak wanti-wanti agar kelak tidak menjadi perokok. Ku paparkan segala alasan dan resiko yang harus ditanggung oleh perokok dan orang-orang disekitarnya. La tapi di rumah ada kakek, Bapak, dan kakak laki-laki yang semuanya merokok. Setelah beberapa tahun kemudian merekapun telah menjadi generasi penerus rokok. Ada rasa Sedih ketika melihat mereka menjadi perokok. Tapi... Apalah dayaku.

Yang jelas aku akan senantiasa berusaha memberikan yang terbaik. Masalah pilihan itu hak mereka. Kayak pemilu aja, he he he....

Ngantri... Salah satu hal yang super sulit diterapkan. Banyak kegiatan yang sengaja dilakukan demi membiasakan antri mulai dari bersalaman sesudah shalat berjamaah. Antri bersalaman ketika masuk dan keluar kelas. Tapi budaya antri tetap masih jauh dari jangkauan. Bukan berarti nihil, ada sih.. Beberapa yang mulai terbiasa. Harapanku adanya satu dua orang yang sudah terbiasa itu menjadi virus, terus menyebar dan menular ke semuanya. So.. Semua jadi berbudaya antri.

Seperti malam tadi ketika berbelanja pada sebuah toko obat. Aku berusaha untuk ngantri menunggu pembeli sebelumku menyelesaikan hajatnya dengan si pemilik toko. Tapi apa yang terjadi? Datang para pembeli berikutnya dengan santai saja menyerobot lalu beruhasa mendapat layanan lebih dulu. Sampai dua kali aku meminta pada penjual dan tak mendapat tanggapan. Kalah keras dengan yang baru datang. Total sudah empat orang yang menggiling antrianku. Si pemilik toko kayaknya juga tak paham antri. Aku hanya diam berusaha sabar dan mengerti. Beginilah kenyataan dalam masyarakat, siapa cepat dia dapat. Lalu di mana letaknya budaya antri yang kutanam di setiap siswaku?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Dalam tugas guru, fungsi mendidik adalah justru yang utama dalam pembentukan sikap dan perilaku anak. Dan hasilnyapun tentu saja tidak secepat mi instant. Sabarlah, semua guru juga merasakan. Semangat!

23 Apr
Balas

Sabar bunda, semoga Allah selalu beri kesabaran dan kekuatan yang lebih untuk bunda, barakallah fiik

23 Apr
Balas

Aamiin...... Terima kasih Pak..

23 Apr

Iya pak... Senantiasa sabar dan terus berusaha. Sampai tidak bisa apa2 lagi. Semangat juga selalu dijaga agar tidak pernah mati!

23 Apr
Balas



search

New Post