Mimi Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ku langgar Janji Itu

Aku masih ingat sebelum menikah aku dan suamiku punya MOU nyleneh. Diantaranya tak boleh memasak sayur asem. Aku boleh masak apa saja asal jangan sayur asem. Pernah ku tanyakan apa sebabnya hingga dia begitu antipati terhadap sayur asem. Jawabnya tidak suka dengan isinya yang bermacam-macam. Repot mengunyahnya rasanya jadi campur bawur, ketika mengunyah labu yang empuk ada pula kacang tanah yang kriyuk, masih juga ikut lembaran daun melinjo. Bahkan buah melinjo yang bercangkang. Pokoknya "nyedehke" jawabnya.

"Tapi kalau cuma kacang panjang isinya masih mending" imbuhnya.

Sangat bertentangan sekali dengan seleraku. Batinku saat itu. Tapi demi kebersamaan aku iyakan saja. Padahal aku sangat menyukai sayur asem. Rasanya yang asem manis sedikit pedas sangat menyegarkan dan menggugah selera. Bagiku semakin banyak jenis sayuran yang masuk sebagai ampasnya semakin uenak, variatif dari segi rasa maupun gizinya. Ah... ! Tapi sudahlah, bukannya yang mau diladeni tidak menyukainya. Dari segi selera aku lebih mengutamakan apa yang menjadi kegemarannya. Aku sih, manut saja. Toh! Tidak ada makanan yang menjadi pantangan bagiku. Kecuali ikan tak bersisik termasuk belut. Bergidik sekali bila ketemu makanan ini. Meskipun begitu aku masih mau memasaknya untuk suami dan anak-anakku.

Setelah delapan belas tahun menikah aku mencoba melanggar MOU tersebut dengan memanfaatkan "sela" yang pernah beliau katakan. Entah mengapa aku kuangen banget dengan si sayur asem. Pagi tadi aku nekat mencoba memasak sayur asem kacang panjang untuk menu makan sahur. Anget-anget asem manis pasti menyegarkan dan menggugah selera, pikirku. Setelah semua bahan masuk tampaklah dua buah terong ungu yang sudah kucuci sore kemarin. Semula aku ingin memasukkan kedalam sambel telur dan ikan asin. Tapi tidak jadi. Terdorong rasa " eman-eman " aku menambah jenis pelanggaran MOU delapan belas tahun yang silam. Segera ku mutilasi buah terong itu dan memasukkannya ke dalam wajan berisi sayur asem kacang panjang yang sedang menggelegak. Sebentar saja, lalu kumatikan kompor segera.

Kusajikan sayur itu ke dalam empat mangkuk. Satu untuk suamiku, satu untukku, untuk Mamakku dan semangkuk lagi untuk anak-anak. Aku tak yakin anak-anakku akan menyukainya. Kerana selama ini memang tidak pernah bertemu dengan jenis sayur ini.

Begitu duduk ku perhatikan reaksi suamiku terhadap semangkuk sayur asemnya. Menyendok sedikit kuahnya lalu menyripit. Bertambah sungguh-sungguh aku melihat ekspresi wajahnya. Antara perasaan takut dan berharap. Setengah terpejam matanya menyipit sebelah sambil agak nyengir, tanda merasakan sensasi rasa asem. Setelah itu aku biarkan beliau untuk menikmati atau tidak menyentuhnya lagi. Di luar dugaan beliau melanjutkan sendokan sayur asem berkali-kali. Aku pura-pura tidak melihat padahal jelas ku ingat dua kali beliau menambahkan nasi ke dalam piringnya. Kayaknya semangat makan sahurnya, segeeer...! Batinku.

Tapi lain halnya dengan anak-anakku, setelah mencicipi sekali mengernyit dan " Moh buk, sayur apa ini! Kok rasanya aneh" katanya.

" yo ngono kui rasane sayur asem! " jawabku. Aku maklum karena selama hidupnya belum pernah ketemu sayur itu. Biar saja, toh Bapaknya ternyata mau kok!

Lalu kenapa aku harus menunggu delapan belas tahun hanya untuk memasak sayur asem ya..? Kalau saja sudah dari dulu aku melanggar mungkin anak-anakku akan menyukainya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post