Germis pagi mulai turun, kutoleh jam dinding di kamarku, ah.. Ternyata jam 7 dah lewat sedikit. Semakin bergegas aku mengenakan kaus jaki dan siap berkelebat. Tak kuhiraukan gerimis semakin deras, batinku aku harus sampai sebelum 7.15, hari ini aku piket.

Tepat 7.16 saat jempol ini kutempelkan di mesin penunggu di ruang guru. Segera ku pukul lonceng, karena sirine kami agak serak-serak suaranya. Lalu kuraih mic untuk memberikan pengumuman pada seluruh siswa untuk masuk kelas. Karena hujan semakin deras tak mungkin kami berbaris dulu di lapangan seperti biasa.

Tanpa menunggu aku langsung masuk ke kelasku yang letaknya paling ujung barat, aku senang karena siswa-siswiku sudah berbaris rapi di depan kelas siap memasuki kelasnya. Setelah masuk dan duduk semua, celingak-celinguk kuperhatikan ada 5 siswaku belum datang, mungkin karena hujan, tapi ah.... Memang yang ini mereka sudah langganan selalu datang terlambat.

Kecewa pasti, tapi aku tetap bersyukur meski terlambat mereka masih datang. Timbul pertanyaaan dalam diri, bagaimana lagi caraku membuat mereka tidak telat lagi.

Kadang ada debat sengit di hati sendiri antara keinginan untuk memperbaiki semua dimulai dari disiplin diri dengan perasaan ingin mengerti dengan apa yang mereka alami.

Ku hanya ingin karakter mereka terbentuk dengan baik. Dan itu pasti sama dengan guru2 di seluruh dunia, hanya komitmen saja yang kadang berbeda..