Mimi Susilowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tol Kutu

Dari dulu aku sangat menyukai pria berpenampilan rapi. Terutama potongan rambut yang pendek. Tak perlu potongan yang macem-macem. Atau gaya yang aneh-aneh.

Bagiku kesederhanaan sikap dan tingkah laku sebagian tercermin dari kerapian rambutnya. Bukan berarti yang gondrong tidak baik lho ya! . Atau yang botak tidak keren. Semua tentu harus ada kesesuaian yang pas.

Dalam dunia model dan keartisan potongan rambut yang nyleneh bisa dimaklumi atau malah dikatakan unik dan apik. Tapi dalam kondisi formal dan kehidupan sehari-hari potongan rambut nyleneh akan terlihat ganjil.

Di lingkungan Sekolah Dasar penampilan rambut siswa laki-laki memang wajib pendek dan rapi. Untuk menjaga itu setiap hari kepala siswa laki-laki tak luput dari perhatian. Hebatnya lagi karena pada umumnya mereka masih jujur dan polos, jika ada temannya yang tidak rapi dan gondrong selalu ada yang mengingatkan gurunya. Bukan apa-apa sebenarnya mereka hanya menginginkan kesamaan perlakuan. Adil dan tidak diskriminatif. Semua siswa punya kewajiban yang sama, pendek dan rapi.

Banyaknya model potongan rambut yang sering mereka lihat di televisi maupun internet, menginspirasi mereka untuk memotong rambut dengan model yang keren menurut mereka. Hm... Kalau mereka tidak di lingkungan sekolah sih tidak apa-apa.

Salah satu potongan yang sering dilakukan siswaku adalah mengeruk habis sebagian kecil atau membuat garis. Kadang di atas telinga, di kiri atau di kanan. Pokoknya sesuka mereka. Layaknya sebuah jalan lurus bebas hambatan saja. La terus yang mau melewati itu siapa? paling -paling cuma kutu. Ya, Anak-anak masih banyak yang punya kutu di rambutnya. Kusebut saja garis itu sebagai "tol kutu".

Bukan bermaksud membatasi daya kreatifitas dan ekspresi mereka. Tapi.. Kok ya terlihat janggal begitu. Dan biasanya hanya anak-anak yang berani yang melakukan. alias yang memerlukan lebih banyak bimbingan pembentukan karakter yang baik

Saat melihat ada siswaku dengan potongan rambut yang pethak-pethak itu sebenarnya ada rasa kurang sreg dan sedikit mangkel. Dengan segera kuingatkan untuk merapikan lagi potongan rambutnya. Tapi di lain waktu masih saja ada yang mengulanginya. Apa memang sudah zamannya ya?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Di Medan juga begitu, Bunda. Anak-anak kita sangat mudah meniru. Gaya rambut seperti itu dipopulerkan oleh Christiano Ronaldo pemain bola kelas dunia. Begitulah Bunda, remaja kita sangat rentan terpapar budaya luar yang belum tentu sesuai. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

24 Apr
Balas

Terima kasih Bunda Raihana Rasyid, semoga ibu juga senantiasa sehat. Aamiin...

25 Apr

Betul Bunda, anak itu gaya gayaan. Perlu perhatian khusus dan pendekatan tentunya. Sukses selalu dan barakallahu fiik

24 Apr
Balas

Begitulah Bunda.. Dan bibir ini tidak boleh capek mengingatkan. Di tinggal noleh sebentar ada lagi tu..! Yang pethak belong. Terima kasih Bunda.. Semoga sehat selalu

24 Apr

Di mana mana kok sama ya bu Mimi.... salam literasi

24 Apr
Balas

Walah...! Iya to Bun? La berarti zamanya kayak gini Bun. Salam literasi juga Bun..! Terima kasih..

24 Apr

perlu perhatian yang khusus ya bunda

24 Apr
Balas

Iya tampaknya Bun... Kalau dulu di ingatkan satu yang lain sudah tahu, tak akan mengulang. Kalau sekarang di intai-intainya kapan gurunya lupa dan lena. Terima kasih Bunda..

24 Apr



search

New Post