Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA MARIA (40)

CINTA MARIA (40)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-345

Kamis , 7 Januari 2021

Setelah sekian lama kusimpan deritaku ini, akhirnya Ibu Murti Kepala Panti werdha Priskilla mengetahui masalah penyakitku. Karena beliau melihat ada beberapa perubahan drastis dari diriku dan sikapku.

“Bu Maria, sepertinya akhir-akhir ini pucat dan kurang semangat,” sahutnya suatu hari.

“Ah, tidak ada apa-apa Bu mungkin ini hanya kecapean saja,” sahutku sambil tersenyum.

“Harus banyak istirahat ya, “ ucapnya singkat.

Aku hanya menganggukkan kepala ketika beliau mengajakku berbincang. Namun, beliau tidak bisa dibohongi dan akhirnya aku berterus terang memberitahu masalah penyakitku ini. Hanya Bu Murti, dokter Pram dan dokter Sri yang mengetahui rahasiaku ini karena aku tak ingin merepotkan orang lain.

Memang benar, semenjak aku divonis oleh dokter menderita penyakit mematikan ini semangat hidupku mulai menurun. Rasanya tak ada lagi tenaga yang tersisa, sekadar mengangkat kepala saja rasanya aku tak mampu. Aku sering melamun membayangkan hal-hal yang akan terjadi pada diriku. Inilah salah satu penyebab produktivitasku dalam bekerja kurang maksimal. Aku tidak ceria seperti dulu, meski kadang aku memaksakan diri untuk tersenyum atau bahkan tertawa ketika ada hal yang lucu dan membuatku bahagia. Jika melihat para oma dan opa di panti senang dan terhibur, seketika itu rasaku membuncah bak bunga musim semi yang merekah indah. Namun, setelah itu aku kembali terpuruk mengingat penyakitku ini, napasku jadi tersengal lalu pelupuk mataku mulai basah dengan bulir bening yang menggenang.

Dokter Sri kerap menasihatiku agar tetap semangat dan jangan sering melamun. Saat ini aku menjalani hari dengan mengkonsumsi aneka obat. Hampir seluruh biaya pengobatanku ditanggung oleh pihak panti. Aku juga terus berupaya untuk tetap semangat, setidaknya ini kulakukan untuk bisa bertahan hidup lebih lama sebelum ajal menjemputku. Aku mulai konsentrasi memikirkan kesembuhanku. Meski semakin hari kurasakan penurunan yang sangat drastic pada berat badanku. Tubuhku yang dulu beratnya ideal bertahan di 60kg sekarang telah turun ke angka 55kg. Rambutku yang dulu lebat dan panjang sepinggang hingga aku selalu menyanggulnya, sekarang tinggal sebahu dan sangat tipis. Rupanya virus kanker itu telah menyerang kekuatan rambutku. Tak bisa kupungkiri mungkin dalam beberapa minggu ke depan kepalaku akan jadi botak plontos tanpa sehelai rambutpun. Belum lagi sekarang ini aku sering mimisan dan batuk yang mengeluarkan darah, menambah lemas badan ini.

Dokter Pram selalu menawarkan solusi agar aku bersedia untuk pengobatan kemoterapi di Jakarta. Namun, hati kecilku mempertimbangkan kesempatan untuk sembuh yang sangat tipis. Aku membayangkan efek yang ditimbulkannya akan begitu berat terasa. Akhirnya dokter Pram menyerah tak bisa berkata apa-apa. Ini adalah hidupku dan aku punya hak untuk menentukan apa yang boleh mereka lakukan terhadapku, meski ini menyangkut kelangsungan hidupku di dunia ini.

Kini sepertiga malam-malamku hanya terisi dengan doa yang senantiasa kupanjatkan pada Tuhan agar Dia selalu menopangku. Memohon kesembuhan pada-Nya dan mengharap mujizat itu nyata dalam hidupku dari Sang Khalik pencipta alam semesta. Malam yang sesungguhnya terasa sangat dingin mencekam untukku dengan kondisi tulangku yang semakin rapuh dan lemah. Bahkan hanya untuk berjalan saja rasanya aku tak sanggup.

Dua minggu sudah sejak pertemuan terakhirku dengan dokter Pram dan sampai hari ini aku belum menemukan jawaban yang paling tepat untuk solusi pengobatan yang disarankannya padaku. Karena sampai detik ini lidahku selalu kelu setiap kali ingin kucoba mengutarakan perasaanku ini.

Selesai.

Para Pembaca yang budiman, terima kasih sudah setia mengikuti tulisan cerita Cinta Maria sampai dengan episode 40. Bagaimana kisah Maria selanjutnya ? Apakah ia bisa bertahan hidup dengan penyakitnya atau haruskah ia menyerah kalah ? Lalu bagaimana sikap Mirna ketika mengetahui suaminya yakni dokter Pram yang ternyata menangani pengobatan Maria ?

Ikuti kisah selanjutnya di buku yang akan diterbitkan sesuai dengan judul ini.

Jangan lupa pesan bukunya ya.

Salam,

Min Hermina

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Miss. Lahir buku lg nih.

08 Jan
Balas

Wahh penasaran nihh

08 Jan
Balas



search

New Post