PERJALANAN MERAIH MIMPI (Part 6)
Edisi: Souvenir membuatku berdesir
#TantanganGurusiana
#Hari ke-87
24 April 2020
Setelah puas berjalan-jalan di Sydney Opera House dan makan siang di rumah makan masakan Indonesia, kami melanjutkan perjalanan menuju Paddy’s Market. Tempat ini merupakan sebuah pusat pertokoan yang menjual berbagai macam cinderamata khas Australia, namun ada juga barang-barang lainnya selain souvenir. Kami diberi waktu hanya 1 jam untuk berbelanja di sini. Mulailah naluri belanjaku timbul ketika memasuki kawasan yang terletak di lantai dasar gedung Market City China Town di antara Hay Street dan Thomas Street. Kulayangkan pandangan ke seantero toko yang penuh dengan pernak-pernik berlabelkan “Australia”. Kuambil gantungan kunci, tempelan kulkas, goody bag, kaos, stiker, boneka kangguru dan segala macam pokoknya yang ada tulisan Australia pasti kubeli. Begitupula dengan teman-temanku, mereka sibuk dengan belanjaannya. Ada yang menawar harga dan tidak jadi beli, ada yang hanya melihat-lihat saja, ada yang mengantre kupon undian belanja, wahh pokoknya ramai sekali. Sepertinya pelayan toko sudah maklum dengan kebiasaan orang Indonesia yang doyan belanja. Dia hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat keadaan ini. Terlihat temanku ada yang membawa keranjang belanja penuh dengan berbagai souvenir. Bagaimana dengan belanjaanku ? Kutengok sendiri, eh…. ternyata sama saja.
Tak terasa waktu yang diberikan rasanya sangat singkat sehingga meski kami masih betah di sini tetapi waktu jualah yang membatasinya sehingga kami harus segera kembali ke bus. Kami mengemasi semua barang belanjaan, sementara aku memasukkan sekantung gantungan kunci logam ke dalam tasku. Setelah itu kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Bandara Internasional Sydney. Kami harus mengejar jadwal keberangkatan pesawat yang akan membawa kami menuju Adelaide Australia Selatan. Pesawat domestik yang akan kami tumpangi dijadwalkan akan berangkat pada pukul 16.25 waktu setempat.
Kami memasuki area bandara, karena ini penerbangan domestik maka pemeriksaan di sini tidak seketat waktu awal kedatangan. Namun demikian pemeriksaan scan X-ray tetap dilakukan. Antrian cukup panjang, apalagi ketika terdengar alat pendeteksi logam berbunyi. Kami sangat kaget mendengar hal itu, karena ini mengindikasikan ada sesuatu yang mungkin berbahaya terdeteksi. Petugas kemudian memanggil milik siapa tas ini, wajahku pucat pasi setelah mengetahui ada yang berbunyi dalam tasku. Aku sangat takut sekali jika ada sanksi atau denda atas pelanggaran ini. Petugas membuka tas itu dan mengeluarkan isinya serta bertanya mengapa membawa gantungan kunci logam yang sangat banyak. Aku dengan jujur menjelaskan bahwa itu buat oleh-oleh keluarga dan teman sejawat di tanah air. Setelah mendengarkan penjelasanku yang sedikit terbata, akhirnya pemeriksaan selesai. Hatiku berdesir, gara-gara souvenir aku jadi berpikir hampir saja diriku tergelincir oleh perbuatanku berbelanja tanpa ingat batas akhir. Setelah semua menjalani pemeriksaan dokumen dan lain-lain barulah kami bersiap untuk naik ke pesawat.
Pesawat yang akan membawa kami terbang ke Adelaide tentulah tidak sebesar waktu kami berangkat dari Jakarta. Karena ini adalah penerbangan domestik yang melayani rute antar negara bagian di Australia. Demikian pula dengan jumlah penumpang terlihat lebih sedikit dan kursi yang kududuki terasa lebih kecil dan jaraknya dengan penumpang lain tidak terlalu luas. Beruntung aku mendapat tempat duduk di samping jendela pesawat sehingga dapat menikmati pemandangan dari atas pesawat, karena cuaca cerah dan langit masih terlihat terang benderang.
Setelah semuanya dalam keadaan siap, sang pilot mengumumkan bahwa pesawat akan segera tinggal landas dan semua penumpang harus mengencangkan sabuk pengamannya. Rasa takut tetap menghinggapiku ketika berada di dalam pesawat, namun kali ini tidak sebesar waktu perjalanan di awal. Aku malah bisa menikmati pemandangan awan putih berarak-arak di langit seolah menyambut kami, guru-guru dari Jawa Barat yang akan menimba ilmu di negeri kangguru.
Tak terasa perjalanan udara yang memakan waktu 2 jam akan segera berakhir seiring dengan pengumuman dari sang pilot agar kami mengencangkan sabuk pengaman karena pesawat akan mendarat. Kini posisi pesawat semakin rendah sehingga aku dapat melihat dengan jelas pemandangan udara yang sangat indah. Dari jendela pesawat terlihat dengan jelas susunan bangunan dan rumah-rumah yang tertata rapi dihiasi barisan pepohonan dengan bunga berwarna ungu yang sangat mendominasi.
Akhirnya kami tiba di bandara Adelaide South Australia dengan selamat. Kami disambut oleh Ibu Rini Budiyanti dari Learning Potential International (LPI). Setelah acara seremonial singkat selesai, kami dipertemukan sekaligus dijemput oleh Host Family masing-masing untuk kemudian langsung menuju rumah kediamannya.
Bagaimana kisahku selanjutnya ketika memulai hari-hari bersama Host Family serta apa saja kegiatanku selama di Adelaide ? Ikuti dalam tulisanku berikutnya.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, menarik. Jadi tambah ilmu. Serasa ikut di dlm kegiatan
Mksh bu Yuli, terus baca kisahku ya
Aku tidak dijemout dan kami naik taxi ke rumah houae family..rasanya nano2..ha ha ha
Tapi happy ending kan ?
berasa ikut terbang
Ayo bu CRA ikuti terus ya
Keren, bu...
Mksh sdh mampir di sini
Tapi happy ending, lha aku yg dijemput malah malah ha..ha
Serasa ikut nih, dideskripsikan dengan jelas sih... Kereeen
Ayo bu Susi ikut terbang