Aku ingat ketika hari pertama mengajar pada bulan November tahun 1989 di SMPN 2 Jatiwangi, agak kikuk menghadapi anak-anak sekolah. Maklum, selama sepuluh bulan aku tidak menyentuh buku pelajaran dikarenakan sebelum penempatan tugas ini, aku bekerja sebagai karyawan swasta. Materi kependidikan yang aku dapat di bangku kuliahpun sudah agak lupa karena memang tidak pernah kugunakan. Sehingga aku perlu belajar kembali dan banyak bertanya pada guru seniorku tentang cara mengajar itu bagaimana, mengelola kelas, menghadapi anak yang tak mau memperhatikan sampai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kutanyakan pada Bu Neni. Untungnya beliau sosok guru yang baik, mau berbagi ilmu pada guru baru seperti diriku. Ada tiga orang guru senior mata pelajaran Bahasa Inggris pada waktu itu yakni Ibu Neni, Bapak Jaffar dan Bapak Usman. Sebagai guru baru, untungnya aku bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Menulis RPP pada buku folio bergaris, itu sudah menjadi tugasku sehari-hari. Dan yang pasti, setiap minggu harus disetorkan pada Kepala Sekolah, beliau selalu memberi feedback pada RPP yang kutulis.

Karena guru mapel Bahasa Inggris yang paling muda adalah aku, maka setiap ada kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) pastilah aku yang berangkat untuk menghadiri. Di sinilah awal mula aku aktif berorganisasi keguruan, dulu MGMP guru SMP digabung dengan SMA. Pernah suatu waktu guru-guru yang tergabung dalam MGMP mengadakan study banding ke sebuah SMP di Sleman kemudian ke sebuah penerbit buku di Klaten untuk melihat proses bagaimana buku pelajaran diterbitkan. Dengan mengikuti kegiatan tersebut banyak ilmu dan manfaat yang kuperoleh. Selain menambah wawasan, juga melatih keterampilan berbicara Bahasa Inggris karena waktu itu kami mengunjungi candi Borobudur dan ditugaskan untuk menemukan turis serta harus bercakap-cakap dengannya.

Pada bulan Juni tahun 1996, aku memutuskan untuk menikah. Suamiku bekerja di luar kota, sehingga kami berkumpul seminggu sekali. Pada awalnya semua berjalan dengan baik dan lancar. Namun, seiring dengan berjalannya waktu setelah anak kami lahir, mulailah aku keteteran mengurus anak meski aku tinggal dengan ibuku dan ada asisten rumahtangga. Aku menyadari tidak baik sebuah keluarga tinggal saling berjauhan. Aku berpikir, jika kami tinggal bersama maka pekerjaanku tidak akan serepot ini. Dan satu hal yang lebih penting yakni anakku yang masih balita dapat selalu dekat dengan ayahnya. Awalnya ibuku agak keberatan jika aku berpisah dengannya untuk pindah keluar kota. Namun, setelah diberi pengertian barulah beliau menyadari dan mengizinkan kami untuk tinggal bersama di satu kota.

Aku mengajukan mutasi kepada Kepala Sekolah dengan alasan kepentingan keluarga dan dengan pertimbangan masa kerjaku sudah lebih dari 8 tahun serta guru Bahasa Inggris di sini sudah mencukupi. Namun, tetap saja Kepala Sekolah belum mengizinkan jika tidak ada penggantinya. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Tuhan mengabulkan doaku. Aku mendapat informasi bahwa ada yang mau masuk ke sekolahku untuk mutasi. Kepala Sekolah mengabariku perihal berita baik ini. Segera kuurus kembali semua administrasi yang diperlukan untuk proses ini. Biarpun hujan mengguyur, aku tetap jalani untuk sampai ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten . Cukup melelahkan memang, namun itulah jalan yang harus kutempuh demi keutuhan keluarga kecilku agar bisa berkumpul bersama.

Akhirnya perjuanganku untuk mutasi tercapai sudah. Surat Keputusan (SK) Mutasi sudah ditangan. Kini aku tinggal menyerahkan SK ini pada Kepala Sekolahku di tempat tugas yang baru. Sebelumnya aku sudah mencari sekolah tujuan yang sekiranya cocok dan masih kekurangan guru. Akhirnya di awal tahun ajaran baru 1998/1999 aku diterima dan mulai mengajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Bersambung