Miniarti

Miniarti, S.Pd.I Mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan Banggai di Ibu Kota Kabupaten Banggai Laut, sebuah pulau yang terletak di kepulauan Banggai, Provinsi S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Maaf ... Aku Memilih Setia (Bagian 12)

Maaf ... Aku Memilih Setia (Bagian 12)

Pucuk dicinta ulampun tiba, sudah beberapa hari Lasmi tidak enak badan dan mual-mual. Setelah minum wedang jahe kesukaannya, sudah agak mendingan, namun semalam badannya demam sampai menggigil. Dan pagi ini Arman membawa istrinya ke puskesmas. Wajah Lasmi terlihat pucat, Arman memapahnya hingga ke ruang tunggu pengunjung. Setelah membawa Lasmi duduk, Ia mendaftar pada loket.

Sambil menunggu giliran nomor antrian Lasmi, Arman memainkan gawainya melepas kejenuhan, sambil memijat-mijat tengkuk istrinya yang terkulai lemas di pangkuannya. Ia paling tidak suka duduk berlama-lama seperti ini, lebih baik Ia aktif bekerja mondar-mandir di bengkelnya daripada harus duduk diam begini. Tapi apa boleh buat, Ia terpaksa mengantar Lasmi karena Ibunya sedang mencuci sambil menjaga putrinya. Sudah lima hari pakaian menumpuk selama Lasmi tidak enak badan.

Waktu terasa sangat lambat bergerak, Lasmi telah terlelap di pangkuannya. Sesekali Arman mendongakkan kepala, melepas pandangan dari gawainya untuk bertanya sekarang ini sudah antrian keberapa. Tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang sangat dikenalnya. Seorang laki-laki tua bertubuh tidak terlalu tinggi dan sekarang terlihat lebih gemuk, berdiri di depan loket pendaftaran membelakangi dirinya. Arman memandang di sekeliling lelaki tua itu.

"Siapa yang sakit ya?" Tanya Arman dalam hati.

Matanya mengikuti langkah lelaki itu yang menuju kursi pengunjung di pojok dekat pintu masuk. Seketika adrenalin Arman bergerak sangat cepat, Ia memperjelas penglihatannya. Seorang wanita lebih tua sedikit dari istrinya memakai blus warna abu-abu dan celana jins biru, rambutnya diikat dan mengenakan kacamata hitam. Di sampingnya duduk seorang anak lelaki berumur sekitar sembilan tahunan. Pada pelipis sebelah kiri anak itu terdapat perban luka yang berlumuran betadin.

"Astaghfirullah, bukankah itu Rani dan ayahnya?, mungkin itulah anak sulung Rani yang katanya cedera karena melerai Rani dan suaminya?" Arman mencoba menyimpulkan sendiri identitas orang-orang yang baru dilihatnya tadi.

Degup jantung Arman berdebar lebih kencang, setelah hampir sepuluh tahun baru Ia melìhat Rani kembali. Terakhir dilihatnya ketika mereka bertemu di taman pinggir kota, mereka bertengkar hebat karena Arman memaksanya untuk lari dari desanya bersama-sama. Tapi Rani lebih memilih mengikuti pilihan orang tuanya. Arman menarik napas panjang, Ia merasa ada luka yang menganga dan kembali basah di dalam hatinya.

Walau begitu ada rasa lain yang lebih dahsyat memaksa keluar dan membuat Arman lupa pada sakitnya. Rasa rindu yang beberapa hari ini melandannya membuat matanya tetap memandang kearah wanita itu sembunyi-sembunyi. Dari jauh Arman memperhatikan Rani, rambutnya lebih pendek dari pertama dilihatnya terakhir kali. Tubuhnya sedikit lebih kurus, namun kulitnya lebih bersih dan terlihat lebih terawat. Ia.mengusap-usap kepala anak.lelaki yang duduk disampingnya itu sambil berbicara pada lelaki tua yang ada di depannya.

"Raniii ... itukah dirimu sekarang?. Engkau masih sama seperti dulu. Masih tetap ada di tempat teristimewa di dalam hatiku. Kenangan tentangmu masih tetap mendominasi setiap jengkal memori di dalam kepalaku. Aku rindu padamu Rani". Arman bergumam menghela napas panjang.

"Nyonya Lasmiii", teriak seorang petugas yang berdiri pada salah satu pintu polik.

Lamunan Arman buyar setelah seorang tetangga jauh menyentuh pundaknya. Ia memapah tubuh lemah Lasmi yang masih belum sepenuhnya sadar terbangun dari tidurnya. Cukup lama mereka ada di ruangan itu karena harus menunggu hasil tes urine Lasmi.

"Selamat ya, istri bapak sedang mengandung", ujar dokter yang duduk di belakang meja di hadapan mereka

"Alhamdulillah, pantas beberapa hari ini saya tidak fit Dok. Tolong diberi obat biar aku tidak lemas ya". Jawab Lasmi terlihat bersemangat.

"Mas ... Anggun akan punya adik", pasti dia akan senang sekali," kata Lasmi dengan bahagia sambil memandang wajah suaminya.

"Alhamdulillah," ujar Arman singkat, mengusap lembut lengan Lasmi.

Merekapun kembali berjalan keluar dari ruang polik itu menuju apotik untuk menebus obat.

Di sana tanpa sengaja matanya bersirobok dengan mata Rani, yang duduk dibangku paling depan. Arman berusaha mengalihkan pandangannya menghindar, namun keburu disapa duluan oleh Rani.

Bersambung .....

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe56Tgl8Agustus2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutin bun.. Penasaran.jadinya..salam literasi bun

08 Aug
Balas

Insya Allah lanjut hingga tamat. Semangat membaca dan menulis Bun.

09 Aug

Waah...bikin penasaran aja...Keren sekali Bunda... ditunggu ya lanjutannnya

09 Aug
Balas

Ikutin terus Bun. Alhamdulillah, mkasih sudah mampir.

09 Aug

Wah..wah.. makin menarik .. penasaran lanjutannya bun... salam sukses selalu

08 Aug
Balas

Hmmm ... next ikuti terus. Mkasih apresiasinya Bun.

09 Aug



search

New Post