Suami saya suka misuh-misuh kalau sudah bertemu siswa yang tamat belasan tahun lalu. Karena pertanyaannya rata-rata sama, "Bapak sudah pensiun?" Tentu dijawab suami, "Belum." Biasanya akan ditanya lagi, "Masih lama dinasnya Pak? lalu dijawab suami dua tahun lagi. Lalu bila bertemu alumni lagi, maka pertanyaan yang sama akan berulang. Sebetulnya saya juga menerima pertanyaan yang sama,karena saya dan suami seumur dan mengajar pada SMA yang sama.

Saya dan suami mulai menjadi guru pada usia 24 tahun, lalu kami menikah dua tahun berikutnya. Pada tahun 90-an awal itu siswa yang melanjutkanke perguruan tinggi tidak sebanyak saat ini, umumnya karena keterbatasan ekonomi serta pola pikir masyarakat yang belum berkembang, sehingga tidak tertarik untuk membiayai anaknya ke perguruan tinggi, sehingga setamat SMA terutama yang perempuan lalu menikah.

Pada tahun 2000-an anak-anak mereka masuk ke SMA dan kami menjadi guru anak-anak mereka, saat penerimaan rapor atau rapat wali murid, maka kami akan bertemu dengan orang tua yang dulunya adalah murid kami, pada saat itulah mereka berbasa-basi menanyakan hal itu.

Jadi saya katakan pada suami saya, "Itu hanya pertanyaan basa-basi pembuka kata." Suami saya membenarkan, tapi kok sepertinya mereka sudah bosan melihat kita masih di SMA ini juga belum juga pensiun. Saya berkata lagi, "Mungkin mereka merasa sudah tua, anak mereka sudah ada yang wisuda, ini adiknya lagi yang di SMA, eh bapak dan ibu masih mengajar."

Insya Allah kami akan pensiun tahun 2026, setelah 36 tahun masa dinas. Menjelang itu, suami saya harus sabar mendengar pertanyaan berulang, "Belum pensiun Pak?"