Tubuh saya kecil, kurang 3 cm dari 1,5 meter, dan saya juga bisa dikatakan kurus. Keuntungan fisik seperti ini adalah penampilan terlihat lebih muda dari umur sebenarnya, padahal anak tertua saya sudah kuliah semester tiga. Kekurangannya adalah sulit untuk terlihat berwibawa, awal-awal jadi guru bahkan sering sekali saya dianggap masih mahasiswa.

Siang itu saya di meja piket memeriksa kasus siswa yang tercatat selama sepekan terakhir. Saat itu seorang laki-laki menyapa Bu Mela yang duduk bersama saya. Dia mengatakan ingin bertemu kepala sekolah. Bu Mela menatap saya, lalu saya menanyakan identitas dan keperluannya. Saya mendengar nada arogan saat ia mengucapkan, “Nama saya Darmansyah, anggota DPR, ingin bertemu kepala sekolah.” Saya kemudian ingat panggilan untuk orang tua Doni Darmansyah. Kasus Doni adalah mengucapkan kata kasar dan mengancam Bu Yosi di kelas dua hari yang lalu.

Saya lalu mengatakan bila urusan siswa, bisa menghubungi Pak Yudi, wakil kepala bidang kesiswaan di ruang wakil kepsek. Dia memukul meja dan membentak bahwa dia mencari kepala sekolah. Dengan sabar saya mempersilakan dia memasuki ruang kepala sekolah. Saya duduk di belakang meja yang bertuliskan Rosita M.Pd, kepala sekolah. ”Sayalah kepala SMA ini yang ingin Bapak temui. Saya tidak heran lagi mengapa Doni tidak sopan dan sangat kasar pada guru bila contohnya seperti ini.”