Mirdayanti

Guru Biologi di SMAN 1 Kinali, Pasaman Barat,Sumbar. Seorang istri, ibu dari 2 anak dan Uci dari seorang cucu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Umbut Kelapa
Sumber: pribadi

Umbut Kelapa

Di halaman rumah kami ada empat batang kelapa. Semua itu sudah ada sejak tanah ini kami beli tahun 1995. Empat batang kelapa ini tiga batang adalah tipe kelapa rendah, tetapi tipe kelapa rendahpun lama-lama tinggi juga. Apalagi yang satu batang memang tipe kelapa tinggi, saat ini dia sudah menjulang tinggi sekali.

Saya mengkhawatirkan pohon-pohon kelapa ini, seandainya mereka tumbang maka kerusakannya akan besar. Walau pada satu sisi juga merasa sayang, karena empat pohon kelapa ini selain bermanfaat untuk kami, mereka ,juga termasuk ladang amal bagi kami. Kami membagi buahnya pada tetangga untuk kebutuhan memasak.

Berbagi yang lebih banyak adalah dalam bentuk bibit kelapa. Jadi buah kelapa kami yang sudah tua dan berkecambah,itu banyak sekali kami bagi pada tetangga bahkan pada orang yang tak kami kenal. Di halaman tetangga sekitar rumah kami, bibit kelapa yang kami bagi sudah tumbuh dan sudah berbuah lebat. Senang rasanya melihat apa yang kami bagi bermanfaat bagi orang lain.

Kembali pada pohon kelapa yang ingin saya tebang, suami saya setuju untuk satu batang saja dulu, yaitu pohon kelapa tipe tinggi yang kami tanam di halaman samping dekat pagar. Hari Ahad tanggal 4 September 2022, orang yang menolong datang dengan gergaji listrik (chain saw) hanya butuh lima menit, tumbanglah pohon kelapa itu ke lahan kosong di belakang rumah kami.

Saya sudah berpesan pada suami agar meminta mereka mengambil umbut kelapanya. Saya pernah membaca umbut kelapa itu enak dimakan. Seumur hidup jangankan memakan, melihatnya saja saya belum pernah. Akhirnya saya mendapatkan umbut kelapa yang telah dibersihkan tukang tebang pohon tersebut. Itulah pertama kalinya saya melihat wujud umbut kelapa.

Umbut kelapa adalah bagian dalam pada ujung pohon, tempat pelepah daun berada. Tentu saja ini langka, karena harus menebang sebatang kelapa dulu untuk mendapatkannya. Saya bersihkan dan iris-iris, jadinya cukup banyak, lalu saya bagi empat. Saya membaginya kepada tiga orang tetangga. Tidak mungkin kami memakan semuanya, karena banyak sekali. Oya, dimakan segar saja bisa kok, rasanya segar dan manis.

Bagian kami bahkan bisa saya olah untuk dua kali memasak. Saya memasaknya dengan daging, menjadi gulai daging campur umbut kelapa. Seperti cara memasak gulai daging dengan rebung. Setelah digulai rasanya lebih enak dari rebung. Masih ada sedikit umbut lagi di kulkas, mungkin untuk yang ke dua kalinya saya akan gulai dengan ayam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen puisinya, Bunda. Salam literasi

10 Sep
Balas

Ih si Bapak, yang mana yang puisi?

10 Sep

Waktu kecil saya pernah makan sayur ini. Ada manis2nya gitu hehe.... Jadi pengalaman baru ya, Bun

11 Sep
Balas

Umbut kelapa, untuk mendapatkannya butuh perjuangan dan pengorbanan. Semoga sehat dan sukses selalu buat Ibu Mirdayanti

10 Sep
Balas

Betul Pak, makanan langka.

10 Sep



search

New Post