Mohamad Imron

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TIKUNGAN ANGKER (Bagian 2)
CERITA HOROR

TIKUNGAN ANGKER (Bagian 2)

Link bagian sebelumnya

http://mohamadimron.gurusiana.id/article/2022/02/tikungan-angker-bagian-1-3669717

"Kamu dibohongi Bagas tuh!" ucapku.

"Enggak, pokoknya sebelum sampai tikungan, aku mau tidur di pelukan ibu," protes Satria.

"Ya sudah. Masih jauh kok," jawabku.

Aku dan Jamila sibuk dengan pikiran masing-masing. Jujur, aku tidak menyangka isu tentang hantu di tikungan dekat rumahku itu sampai juga ke telinga anakku. Aku sendiri sebenarnya tidak pernah ambil pusing dengan isu itu. Tapi, aku juga tidak mau kalau sampai anakku menjadi korban dari isu yang belum jelas kebenarannya itu.

Tak terasa, kami sudah hampir sampai di tikungan yang dimaksud oleh Satria. Aku menoleh sebentar ke belakang. Kulihat Satria dengan enaknya tidur di pelukan ibunya.

"Satria tidur, Dik?" tanyaku memastikan.

"Sudah, Mas," jawab Jamila.

"Kamu juga dengar tentang isu itu, Dik?" tanyaku lagi.

"Hm .... i-i-ya, Mas," jawabnya polos.

"Kamu juga takut, Dik?" tanyaku.

Istriku tidak menjawab. Ia hanya menatap mataku sekilas kemudian mengalihkan pandangannya ke wajah Satria yang tertidur pulas.

Aku hapal betul dengan istriku ini. Kalau ia tidak menjawab artinya ia membenarkan pertanyaanku, tapi ia tidak mau mengutarakannya.

"Tenang, Dik. Ada mas di sini," ucapku menenangkannya.

"Mas kan di depan. Kalau hantunya diam-diam muncul di belakang gimana?" ujar istriku tiba-tiba.

"Kamu pegangan sama mas saja. Nggak usah takut!" balasku.

"Gimana aku mau pegangan, Mas. Lah wong kedua tanganku dipakai nahan badannya Satria," protesnya.

"Oke. Nanti mas akan sering menoleh ke belakang," jawabku.

Lagi-Lagi perempuan cantik ini tidak berbicara.

"Bismillahirrohmanirrohiiim ...." Kuucap kata basmalah ketika kami sampai di tikungan yang banyak diperbincangkan orang-orang itu. Angin sepoi-sepoi tiba-tiba meniup tengkukku sehingga terasa dingin sekali. Aku menoleh ke belakang dan kulihat wajah istriku nampak pias. Wajahnya menunjukkan rasa ketakutan yang ia sembunyikan.

Alhamdulillah. Akhirnya, kami pun sudah jauh dari tikungan itu dan sebentar lagi kami akan sampai di rumah.

Rumah kami nampak gelap karena lampunya belum dinyalakan. Kami bertiga pun turun dari sepeda dan bersiap untuk masuk ke dalam rumah.

"Kenapa, Dik?" tanyaku pada istriku yang kebingungan.

"Anu, Mas. Sandal Satria hilang sebelah," jawabnya.

"Wah, pasti terjatuh di jalan," jawabku.

"Padahal di jalan raya tadi, aku masih merasakan sandalnya menyentuh kaki sebelah kananku," jawab istriku.

"Maksudmu sandal Satri jatuh di dekat-dekat sini?" tanyaku.

"Iya, Mas. Kayaknya di sekitar tikungan tadi sampai di sini yang aku nggak ingat lagi," jawab Jamila.

"Hm ... Biar sudah, Dik. Aku cari besok saja," jawabku.

"Hm ... Sandal itu pemberian Mbak Kiki loh. Dan itu sandal kesukaan Satria. Kalau ia tahu sandalnya hilang, pasti dia nangis, Mas," ujar istriku.

"Hem ... Aku cari sekarang, ya?" tanyaku.

"Tapi, Mas ...," protes Jamila.

"Kamu tunggu di sini saja. Aku akan mencarinya sendiri," jawabku sambil memutar kembali sepedaku.

Bersambung

(Cerita ini akan dipost di aplikasi Noveltoon sampai TAMAT dengan Judul yang sama dengan nama penulis JUNAN) Terimakasih

Link lanjutannya http://mohamadimron.gurusiana.id/article/2022/02/tikungan-angker-bagian-3-3619500

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post