Setelah menunggu cukup lama di area boarding, pukul 21.00 penumpang dipersilahkan memasuki pesawat. Pesawat yang kami naiki kali ini adalah Boeing 777-300ER. Boeing 777-300 merupakan pesawat terbesar untuk kategori pesawat komersial mesin ganda. Boeing 777-300ER (Extended Range) dapat mengangkut 300 penumpang. Tempat duduk untuk kelas ekonomi tersusun 3-3-3, artinya 3 tempat duduk di sisi kiri, 3 tempat duduk di sisi tengah, dan 3 tempat duduk di sisi kanan. Memasuki pesawat, kami  disapa tiga pramugari yang cantik dengan ramah. Ditunjukkanlah kursi kami yang berada di nomor 45A dan 45B. Tempat duduk kami kebetulan dekat dengan jendela pesawat. Tapi sayang penerbangan kali ini waktunya malam hari. Sehingga tidak dapat menikmati keindahan pemandangan awan di luar. Perlu diketahui pesawat ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas bisnis dan kelas ekonomi. Tempat duduk kami tergolong dalam kelas ekonomi. Sebelum duduk, penumpang yang membawa tas dan barang bawaan dapat diletakkan di bagasi atas. Bagasi atas pesawat tergolong lega, bahkan muat untuk koper ukuran sedang. Walaupun kelas ekonomi, menurut kami tergolong lega jika dibandingkan dengan pesawat komersial lainnya. Oh ya..untuk penerbangan dengan Turkish Airline setiap penumpang free bagasi bawah sampai dengan 30kg. Jadi dapat membawa barang bawaan cukup banyak.

Untuk menunjang kenyamanan dalam perjalanan, pihak maskapai menyediakan beberapa fasiltas. Di atas kursi sudah tersedia selimut. Di depan kursi (dibelakang kursi penumpang depan) tersedia wadah untuk menempatkan beberapa fasilitas. Maskapai menyediakan handuk untuk membasuh tangan dan wajah, earphone untuk menikmati in flight entertainment, comfort kit (berisi earplug, blindfold, kaos kaki, sandal, dan lip balm). Tidak lupa juga terdapat layar LED, kira-kira berukuran 9 in untuk menikmati in flight entertainment dan juga mengetahui informasi perjalanan pesawat. layar hiburan dengan aneka musik hingga film yang bikin traveler nggak cepat bosan di pesawat

Setelah semua penumpang siap di tempat duduknya masing-masing maka pesawat bergerak menuju landasan pacu. Pramugari memeriksa setiap penumpang apakah sudah mengenakan sabuk pengaman, menegakkan sandaran, melipat meja yang ada di depan tempat duduk. Untuk menjamin kesalamatan, sebelum lepas landas, diinformasikan tentang keselamatan dalam penerbangan dan bagaimana cara mengatasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penerbangan. Bedanya, kalau biasanya informasi tentang keselamatan ini diperagakan oleh pramugari, tidak demikian dengan pesawat Turkish Airline. Informasi tentang keselamatan penerbangan disajikan melalui video dan dapat diliihat di layar masing-masing penumpang. Informasi itu disajikan dalam beberapa bahasa. Ada bahasa Inggris, Turki, Perancis, China, Korea, Arab, dan Portugis. Tapi sayangnya tidak ada dalam bahasa Indonesia. Mestinya pihak Turkish Airline mempertimbangkan untuk menggunakan bahasa Indonesia. Karena saya melihat dalam satu pesawat hampir 90% penumpangnya adalah orang Indonesia. Kang Recep Tayyib Erdogan, ke depan jangan lupa, untuk informasi di pesawat pakai bahasa Indonesia ya.

Pesawat sudah siap diujung landasan. Kapten pesawat menginformasikan kalau sebentar lagi pesawat akan lepas landas. Penumpang diminta untuk mematikan layar dan lampu di atas tempat duduk. Dalam hitungan menit pesawat sudah berhasil mengudara. Kerlap-kerlip kota Jakarta terlihat indah dari atas pesawat. Sambil menunggu pesawat mencapai ketinggian yang aman, semua penumpang diharapkan tetap mengenakan sabuk pengaman dan tidak boleh ke kamar kecil. Kondisi ini sampai lampu tanda sabuk pengaman dimatikan.

Setelah pesawat mencapai ketinggian yang aman, saya coba mengoperasikan in flight entertainment yang disediakan. Banyak pilihan hiburan yang disediakan, ada film, musik, dan game. Pilihan filmnya juga beragam, ada action, romantic, kisah nyata (true story), komedi, bahkan film animasi untuk anak-anak juga disediakan. Setelah pilih-pilih  judul film, saya tertarik untuk memutar sebuah film animasi yang berjudul “Bilal: A New Breed of Hero”. Film ini disutradarai Khurram H. Alavi dan Ayman Jamal yang mengadaptasi kisah muadzin pertama dalam format animasi. Film ini berkisah tentang seorang anak berumur tujuh tahun yang bercita-cita ingin menjadi seorang ksatria. Namun saat kecil Bilal dan saudari perempuannya diculik dari kampungnya dan dijual sebagai budak. Dari situ lah Bilal terhempas dari dunia yang penuh kekejaman dan ketidakadilan. Meskipun mengalami berbagai berbagai masalah hidup, Bilal pun menemukan kekuatan dari dirinya sendiri untuk yang menuntun jalan hidupnya.

Setelah sekitar satu jam saya menonton film ini, kru pesawat mulai membagikan makanan. Satu hal yang kami nantikan karena di bandara tadi kami tidak menemukan outlet makan yang kami kehendaki. Satu hal yang konon menjadi perhatian penumpang Turkish Arline adalah makanan. Bukan hanya rasa, tetapi juga porsi dan kualitas. Karena Turkish Arline tercatat sebagai maskapai yang memenangkan perhargaan kategori on boarding dining.

Untuk menu makanan bisa berbeda dalam setiap penerbangan, tergantung pada musim dan kebijakan penerbangan. Menu makanan lebih cenderung ala timur tengah atau sesuai dengan asal penerbangan. Dalam penerbangan ini ada dua pilihan menu, yaitu ikan dori dengan nasi dan steak dengan roti. Kami memilih menu ikan dori dengan nasi. Sajian makanan sudah satu paket yang terdiri dari roti pembuka, salad, pudding dan makanan utamanya. Wah mewah sekali walaupun di kelas ekonomi. Ini diluar dari ekspektasi kami. Peralatan makan yang disediakan ada sendok plus garpu, dan tisu. Sendok bukan dari bahan plastic tetapi dari stainless steel. Untuk minuman, penumpang dapat memilih beberapa pilihan. Ada orange juice, apple juice, kopi, chai (teh khas India), root beer, dan air mineral. Saya memilih orange juice dan air mineral sedangkan nyonya memilih apple juice dan air mineral. Saya mencoba mengicipi makanan yang disediakan. Mulai dari roti. Rotinya agak sedikit keras walaupun terasa hangat. Tapi tidak masalah karena perut lapar jadi ya disikat saja. Lanjut ke makanan utama nasi ikan dori. Ikannya sepertinya tidak digoreng tetapi dipanggang. Teksturnya lumayan lembut dan kenyal. Walaupun tidak kaya bumbu seperti makanan keseharian kita, tetapi cukup bisa diterima lidah saya. Cuman nih…kenapa nasinya kok sedikit amat…hehehe. Habis menyantap nasi ikan dori lanjut ke salad. Dalam salad ada potongan-potongan seperti tahu. Ternyata ketika saya rasakan bukan tahu tetapi keju. Karena tidak terbiasa makan keju apalagi keju potongan, maka salad ini hanya saya ambil sedikit. Secara keseluruhan kami merasa puas dengan sajian makanan dari maskapai. Selesai makan, kru pesawat menghampiri setiap penumpang untuk mengambil sampah makanan. Apabila penumpang menginginkan tambahan minum dapat meminta kepada kru.

Selesai makan, saya pun melanjutkan nonton film yang terpaksa terhenti. Saya pun larut dalam alur cerita film. Dan akhirnya filmpun berakhir dengan kemenangan pasukan di pihak Bilal yang berhasil menaklukkan pasukan musuh di kawasan Turki. Kisah pendudukan inilah yang konon sebagai cikal bakal berkuasanya kesultanan Usmani di Turki.Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB. Matapun sudah mulai ngantuk dan perjalanan masih berlangsung 3 jam dan masih kurang 9 jam lagi. Saya betulkan jaket dan tarik selimut mencoba untuk tidur.