MOHAMMAD HAIRUL

Mohammad Hairul adalah Guru SMP Negeri 1 Bondowoso, Jawa Timur. Instruktur Literasi Nasional Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Instruktur N...

Selengkapnya
Navigasi Web
ILMU: ANTARA NILAI GUNA DAN NILAI JUAL

ILMU: ANTARA NILAI GUNA DAN NILAI JUAL

Menimba ilmu diniatkan untuk menunaikan kewajiban guna menghindarkan diri dari kebodohan. Perkara keilmuan yang kita tekuni mengantarkan pada profesi tertentu, itu bonus saja. Itu merupakan realisasi dari janji bahwa derajat orang berilmu akan ditinggikan beberapa derajat. Profesi hanya salah satu penanda kebermanfaatan diri dengan ilmu yang dipumpuni. Namun kebermanfaatan tidak selalu identik dengan suatu profesi.

Menarik diteladani, kemurnian niat dan pola menimba ilmu ala pondok pesantren di masa lalu. Santri cukuplah menjadi santri; yang menjaga niatan suci belajar, menjaga pergaulan, menjaga perilaku akhlak diri sebagai santri, termasuk beretika terhadap guru dan kitab sumber belajarnya. Pada proses interaksi demikian, perilaku dan perangai diri sebagai santri lebih utama dijaga, dipertahankan, daripada berfokus pada hasil ilmu yang ditimbanya. Ungkapan sederhananya adalah; Bila ingin menjadi anak pintar, jadilah dulu anak baik.

Sengaja saya gunakan diksi ‘menimba’ dalam proses belajar mencari ilmu, karena sejatinya demikianlah proses pendidikan dan pembelajaran itu. Ilmu ibarat hujan, maka seberapa yang kita dapat saat menadahinya akan sangat bergantung pada timba yang digunakan. Bila timba yang kita gunakan besar, hujan deras ataupun hanya gerimis, seiring waktu akan membuat timba itu penuh. Namun bila timba yang digunakan adalah timba kecil, maka seukuran timba itulah yang didapat walaupun hujan deras dan lama. Selebihnya luber dan hilang percuma, sia-sia.

Sebelum proses penyampaian ilmu dalam proses belajar-mengajar, hal yang mutlak dilakukan adalah memastikan bahwa kedua belah pihak sudah sama-sama siap untuk berfokus. Pastikan bahwa konsentrasi siswa yang akan menerima dan berproses menimba ilmu dalam keadaan siap. Hal itu penting dilakukan untuk menghindarkan guru yang sudah ngomong berbusa-busa, berjam-jam namun akan percuma. Akan sia-sia karena disampaikan pada saat siswa belum siap secara fisik, batin, dan pikiran. Waktu dan tenaga yang tercurah terbuang begitu saja tanpa bekas.

NILAI JUAL DAN NILAI GUNA

Belakangan, pendidikan kita cenderung mengarah pada pragmatisme-hedonisme. Lembaga pendidikan tidak bedanya pabrik pencetak tenaga kerja. Bahkan jauh sebelum pembelajaran ‘menimba ilmu’ dimulai, sudah diidentifikasi request pasar tentang tenaga kerja serupa apa yang dibutuhkan untuk dicetak di pabrik bernama sekolah. Jadilah proses pembelajaran yang mestinya berfokus pada optimalisasi potensi siswa menjadi pemenuhan target kurikulum yang berupa serangkaian request syarat calon tenaga kerja yang akan diserap pasar.

Kondisi demikian merupakan pergeseran konsep ilmu sebagai nilai guna menjadi nilai jual. Tolak ukur yang digunakan sebagai instrumen penilaian ketercapaian proses ‘menimba ilmu’ adalah keterserapan dalam dunia kerja. Pada konteks demikian, ilmu termaknai sebagai seperangkat kompetensi dan keterampilan yang dapat dijual untuk kebermanfaatan di dunia kerja. Apabila nilai jual dan kebermanfaatan dalam motif ekonomi tersebut tidak terpenuhi, itulah kegagalan bagi pembelajaran yang berorientasi pada ilmu sebagai nilai jual.

Sedangkan bagi pembelajaran yang berorientasi pada ilmu sebagai nilai guna, kegagalan dalam persaingan dunia kerja dan motif ekonomi bukanlah tolak ukur keberhasilan. Walaupun sama-sama berharap kebermanfaatan dari proses belajar, namun barometer yang digunakan bukan selera pasar dan dunia kerja. Berhasil tidaknya proses menimba ilmu bukan semata-mata diukur berdasarkan keterserapan di bursa kerja. Namun lebih berpusat pada pemaknaan ilmu sebagai pencerah diri dari kebodohan. Ilmu sebagai pedoman diri dalam menjalani hidup dan kehidupan. Ilmu dimaknai sebagai penuntun prilaku diri dalam keseharian. Ilmu sebagai sesuatu yang mempunyai nilai guna, bukan nilai jual semata.

Antara ilmu sebagai nilai guna dan nilai jual, idealnya berjalan beriringan. Namun sebagai tahapan pemurnian niat seorang pelajar, ilmu sebagai sesuatu yang bernilai guna perlu didahulukan daripada ilmu sebagai nilai jual. Saatnya apresiasi dalam dunia pendidikan jangan hanya berfokus pada siswa yang mampu menguasai ilmu yang bernilai jual. Siswa berprilaku sopan, berbicara santun, berperilaku layaknya pelajar, penimba ilmu beretika, layak dinobatkan sebagai siswa berprestasi, siswa teladan. Bukankan proses belajar sejatinya adalah proses yang meniscayakan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik?

KEARIFAN BUDAYA LOKAL

Rencana penerapan Fullday School di sekolah umum layak menjadi perhatian. Motif awalnya adalah menghindarkan generasi muda dari pergaulan tanpa kontrol orang tua, karena saat siswa pulang sekolah ternyata kedua orang tuanya masih di tempat kerja. Hal itu dikhawatirkan menjadi waktu vacum of control terhadap perilaku siswa yang sudah bukan tanggung jawab sekolah namun belum bisa diawasi keluarga. Bukankah kondisi itu hanya dirasai oleh masyarakat kota?

Banyak pelajar yang sepulang sekolah justru berkesempatan untuk membantu aktivitas-rutinitas kedua orang tuanya. Anak para petani, anak para nelayan, anak para peternak, dan lain-lain, mereka justru mendapatkan pembelajaran berarti dan keterampilan bekal hidup dalam keluarga. Ditengah maraknya revitalisasi local wisdom atau penguatan kearifan lokal bukankah hal itu merupakan wujud nyata? Bukankah tidak setiap anak harus menjadi pegawai, orang kantoran, atau pejabat? Oleh karena itu, tidak seharusnya penimba ilmu direnggut waktunya oleh Fullday School hanya untuk penguatan nilai jual. Tidak seharusnya remaja kita tercerabut dari akar budaya keluarganya, karena ilmu tidak semata nilai jual namun juga nilai guna.

*) Mohammad Hairul adalah Guru SMP Negeri 1 Klabang-Bondowoso. Ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia) Kabupaten Bondowoso. Peraih Penghargaan Literacy Awards 2017 by Baznas dan Republika. Pemakalah Terbaik Seminar Nasional Guru Dikdas Berprestasi 2017 Kesharlindung - Kemdikbud.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Kang! Setuju! Belajar bukan hanya di skl. Lingkungan juga menjadi sumber bljr terutama bljr nilai2 hidup dan kehidupan

02 Jun
Balas

Saya suka dengan ungkapan, "Bila ingin menjadi anak pintar, jadilah dulu anak baik."

01 Jun
Balas

Terima kasih, Pak Yudha. Karena kepintaran pada orang yg tidak baik akan berbahaya.hehe... Dan ilmu yg berkah mudah masuk, meresap pada ia yg baik.

01 Jun
Balas



search

New Post