MOH. HOLIL

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DAMPAK PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH  TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD NEGERI

DAMPAK PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD NEGERI

Tahukah kamu bahwa disiplin kerja itu sangat penting? Keberadaan disiplin menjadi sangat penting karena memacu pelaksanaan program secara efektif dan menjamin dipatuhinya aturan yang telah ditetapkan. Tata peraturan tersebut menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya dan berfungsi menyatukan serta menyelaraskan berbagai tujuan dan tata nilai individual yang dianut.

Disiplin yang paling pokok dan penting adalah disiplin yang datang dari diri pribadi atau individu masing-masing guru. Tetapi ada beberapa faktor pendukung yang dapat memotivasi disiplin kerja guru diantaranya adalah kepala sekolah, karena menurut Dinas Pendidikan (Mulyasa:2009) telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya.

Seringkali faktor dari dalam diri tidak cukup untuk merangsang kedisiplinan guru. Diperlukan faktor luar sebagai motor penggerak yang dirasa cukup kuat sesuai dengan lingkungan kerja dan bidang tugas guru, yaitu kepemimpinan kepala sekolah. Adler (Permadi, 2011: 24) menegaskan bahwa kualitas pengajaran dan pembelajaran yang berlangsung di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Pernah dilakukan penelitian di Universitas Michigan “berpusat pada pekerjaan dan berpusat pada karyawan” (Gibson, dkk, 1988). Bahwa dalam penelitian ini dilakukan pada berbagai macam jenis industri dan badan-badan pemerintahan. Melalui wawancara dengan pemimpin dan pengikut, para ahli riset mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berbeda-beda yang dinamakan berpusat pada pekerjaan (job-centered) dan berpusat pada karyawan (Employee-centered).

Ternyata produktvitas naik pada kedua sistem, dengan kenaikan 25 persen dalam divisi yang berpusat pada pekerjaan, dan 20 persen dalam divisi yang berpusat pada karyawan. Kenaikan ini dicapai dengan cara yang berbeda-beda dalam dua sistem tersebut. Dalam divisi yang terpusat pada pekerjaan, bahwa tekanan dan perilaku pemimpin merupakan sebab kenaikan. Sedangkan dalam divisi yang berpusat pada karyawan banyak mengembangkan beberapa prosedur pendekatan terhadap bawahan.

Begitu juga dengan penelitian Nurhadi, Ali (2007) “ Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Disiplin Kerja Guru SDN di Kabupaten Sampang”. Hasil penelitian menunjukan bahwa, terdapat hubungan yang penting dan berpengaruh antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah, baik yang cenderung kepada tugas, hubungan manusia, maupun kedua-duanya dengan disiplin kerja guru.

Fakta di lapangan yang penulis temui bahwa beberapa guru kurang disiplin bukan karena semata-mata kesalahan sepenuhnya mereka sendiri, tetapi ada diantaranya karena kepala sekolah kurang tegas, kurang berperilaku baik, kurang memberikan pengakuan, kurang terbuka, dan kurang memperhatikan sisi hubungan manusia. Hal ini berarti adanya hubungan dan pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap dispilin kerja guru.

Permasalahan tersebut di atas harus dikaji, dianalisis, dan dirumuskan, apakah ada pengaruh perilaku kepemipinan kepala sekolah yang cenderung pada tugas terhadap disiplin kerja guru?, apakah ada pengaruh perilaku kepemipinan kepala sekolah yang cenderung pada hubungan manusia terhadap disiplin kerja guru?, dan apakah ada pengaruh perilaku kepemipinan kepala sekolah yang cenderung pada tugas dan hubungan manusia secara bersama-sama terhadap disiplin kerja guru?

Perilaku Kepemimpinan yang Cenderung pada Tugas

Perilaku kepemimpinan yang cenderung pada tugas mempunyai peranan penting dalam hal mendisiplinkan para guru, karena dengan perilaku ini kepala sekolah bisa menekan para guru untuk melaksanakan tugasnya dengan teratur, rapi, dan sungguh-sungguh. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yukl (2009:79) bahwa perilaku berorientasi pada tugas adalah jenis perilaku terutama memperhatikan penyelesaian tugas, menggunakan personil dan sumber daya secara efisien, dan menyelenggarakan operasi yang teratur dan dapat diandalkan.

Tingginya pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang cenderung pada tugas terhadap disiplin kerja guru SD Negeri merupakan dampak masih tergantungnya guru-guru SD Negeri pada disiplin kerja dengan selalu menunggu perintah dari atasan, melalui tugas-tugas yang terstruktur dan jelas dengan pantauan dan tekanan dari pimpinan.

Seperti yang dikemukakan oleh Gibson, dkk (1988:268-270) penelitian yang dilakukan di Universitas Michigan “berpusat pada pekerjaan dan berpusat pada karyawan”. Pemimpin yang berpusat pada pekerjaan melakukan pengawasan yang ketat sehingga bawahan menjalankan tugas mereka dengan menggunakan prosedur khusus. Tipe pemimpin ini mendasarkan diri pada paksaan, imbalan, dan kekuasaan yang sah untuk mempengaruhi perilaku dan hasil karya pengikut. Hasil penelitian terhadap perilaku berpusat pada pekerjaan tersebut menunjukan adanya peningkatan sebesar 25% dikarenakan dalam divisi tersebut dikendalikan secara prosedural dan ketat, sehingga diasumsikan bahwa tekanan dan perilaku pemimpin yang berpusat pada pekerjaan merupakan sebab kenaikan.

Berdasarkan hasil penelitian baik yang dilakukan oleh peneliti maupun hasil penelitian terdahulu ada kesamaan bahwasanya perilaku tugas dapat meningkakan disiplin kerja dikarenakan adanya tekanan dan tuntutan tugas dengan prosedur khusus dan juga ada paksaan dan tekanan dengan kekuasaan yang sah. Namun hal itu bisa terjadi dalam waktu yang tidak lama, dikarenakan adanya tekanan dan ketidaknyamanan bawahan dalam hal bertugas.

Perilaku kepemimpinan yang cenderung pada tugas saja dapat mendisiplinkan kerja guru, tetapi dapat membuat tekanan dan ketidaknyamanan terhadap guru, sebagaiamana diungkapkan oleh Sutrisno (2012:92) bahwa pemimpin yang kurang baik, yang memakai kekuasaannya dengan sewenang-wenang dan menggunakan ancaman terus menerus, kadang dapat memperoleh apa yang tampak sebagai disipilin yang baik, namun rasa gelisah dan tidak tenteram yang timbul dari peraturan yang keras dan paksaan saja, dapat meledak di muka pimpinan setiap waktu.

Perilaku Kepemipinan yang Cenderung pada Hubungan Manusia

Perilaku kepemimpinan yang cenderung pada hubungan antara manusia menekankan pada komunikasi serta membangun dan mempertahankan hubungan yang efektif seperti motivasi, peningkatan kesejahteraan, dan kepuasan para staf/pegawai sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Perilaku kepemimpinan yang cenderung pada hubungan manusia mempunyai pengaruh yang lebih rendah terhadap disiplin kerja dibandingkan dengan perilaku tugas, hal ini disebabkan guru-guru SD Negeri masih tergantung pada tugas-tugas dan perintah atasan, sehingga ketika kepala sekolah tidak membuat suatu kebijakan atau aturan-aturan terstruktur dengan pantaun dan tekanan maka guru akan menjadi santai dan kurang disiplin, hal ini juga dibarengi oleh rendahnya kepala sekolah memberi pengakuan, memotivasi, kerja sama, serta komunikasi terhadap guru.

Perilaku kepala sekolah bisa meningkatkan disipilin kerja guru melalui hubungan manusia yang baik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robbins (2015:250) bahwa seorang pemimpin yang secara efektif menampilkan dan mengelola emosinya akan lebih mudah memengaruhi perasaan para pengikut dengan mengekspresikan simpati dan antusiasme yang tulus untuk kinerja yang baik, dan dengan tidak memperlihatkan kemarahan ketika para pekerja gagal dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dengan perilaku kepemimpinan ini guru sebagai pegawai merasa dihargai, diperhatikan, kemudian mereka juga akan termotivasi untuk menjalankan semua tugas dan tanggung jawabnya, sehingga tujuan pendidikan dengan guru sebagai ujung tombak akan tercapai, oleh karena itu kepala sekolah dengan perilaku kepemimpinan cenderung pada hubungan akan mempengaruhi disiplin kerja guru, dengan perilaku ini kepala sekolah berusaha menjalin komunikasi, kerja sama, memberikan pengakuan, mengembangkan para staf (guru) serta memberikan motivasi. Dengan perlakuan ini disiplin kerja mereka juga akan meningkat, terutama bagi para guru yang selalu ingin mengembangkan diri.

Perilaku Kepemimpinan yang Cenderung kepada Tugas dan Hubungan Manusia

Perilaku kepemimpinan di atas baik yang cenderung pada tugas maupun hubungan manusia kedua-duanya mempunyai pengaruh terhadap dispilin kerja guru, untuk itu perilaku tersebut harus berjalan secara bersama-sama dan seimbang agar mempunyai pengaruh yang kuat dan signifikan dengan disiplin kerja guru.

Berdasarkan teori perilaku kepemimpinan yang efektif untuk mencapai suatu tujuan organisasi adalah kombinasi dari perilaku yang cenderung pada tugas hubungan manusia. Sebagaimana dikatakan Pidarta (2005:197) bahwa kepemimpinan yang baik ialah kepemipinan yang mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi antar hubungan manusia. Kedua orientasi ini perlu dipadukan dan kedua-duanya ditingkatkan. Hanya dengan cara ini kepemimpinan akan menjadi efektif

Perilaku kepemimpinan yang efektif merupakan perilaku yang bisa menempatkan dalam berbagai situasi dan kondisi, seperti yang dikemukakan oleh Robbins (2015:255-256) jika para pengikut tidak mampu dan tidak bersedia untuk mengerjakan suatu tugas, maka pemimpin perlu menjelaskan dan memberikan pengarahan secara spesifik, jika mereka tidak mampu tetapi bersedia, maka pemimpin harus memperlihatkan orientasi tugas yang tinggi untuk mengompensasikan kekurangan kemampuan dari para pengikutnya, dan orientasi hubungan yang tinggi yang membawa mereka untuk “masuk ke dalam” keinginan dari pemimpin. Jika para pengikut mampu tetapi tidak bersedia, maka pemimpin perlu menggunakan gaya kepemimpinan yang suportif dan partisipatif, jika mereka mampu dan bersedia, maka pemimpin tidak perlu melakukan upaya.

Implikasi dari hasil kajian ini jelas menunjukan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang baik merupakan kepemimpinan yang bisa mengkombinasikan antar perilaku tugas dengan perilaku hubungan manusia. Disamping kepala sekolah mampu memberikan dukungan, memberi pengakuan, memotivasi, kerja sama serta komunikasi, juga mampu memberikan tugas dengan jelas dan tanggung jawab serta selalu memantau para guru dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan sehingga mereka memiliki disiplin kerja yang tinggi dengan harapan dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik pula pada siswa.

Dengan perilaku kepemimpinan yang mengkombinasikan tugas dan hubungan antar manusia maka para staf dalam hal ini guru merasa diperhatikan baik dalam hal tugas dan kewajiban maupun hak dan kesejahteraan pegawai yang bisa memicu tingkat kedisiplinan guru, sehingga dengan kedispilinan yang baik tujuan pendidikan yang diprogramkan dapat tercapai dengan baik, efektif, dan produktif.

Berdasarkan bahasan di atas bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang cenderung pada tugas dan hubungan manusia mempunyai pengaruh terhadap disiplin kerja guru, dan apabila diterapkan secara bersama-sama dan seimbang akan lebih baik dan efektif terhadap disiplin kerja guru-guru di Sekolah Dasar Negeri.

Untuk itu ada beberapa ajuan atau saran bahwa kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri agar menerapkan atau mengkombinasikan antara perilaku kepemimpinan yang cenderung pada tugas dan hubungan manusia untuk disiplin kerja guru.

Para pemangku kebijakan pendidikan dalam hal ini UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Pengawas Sekolah, agar mensosialisasikan kepada para Kepala Sekolah Dasar Negeri bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah dapat memberikan dampak positif untuk meningkatkan kedisipilinan guru.

Sumber Pustaka

Gibson, L James, dkk (1988). Organisasi dan Manajemen. Diterjemahkan oleh: Djoerban Wahid, SH. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi, Ali. 2007. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Disiplin Kerja Guru SDN di Kabupaten Sampang. Tesis. Surabaya: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

Permadi, Dadi. (2011). Kepemimpinan mandiri (professional) Kepala Sekolah (kiat memimpin yang mengembangakn partisipasi). Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa

Pidarata, Made (2005). Perencanaan Pendidikan Partsipatori, dengan Pendekatan Sistem. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A. (2015). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sutrisno, Edy. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenadamedia Group.

Yukl, Gary. (2009). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post