Moh. Imam

Namaku Moh. Imam, kelahiran beruntung sukabumi, 03 Januari 1997, Memiliki keinginan untuk menjadi seorang penulis sejak SMP, ia terus menerus memberanikan diri ...

Selengkapnya
Navigasi Web
DARI HINAAN JADI PUJIAN

DARI HINAAN JADI PUJIAN

*****

Suatu ketika di sebuah kota kecil di Jakarta, tepat nya di sebuah pesantren Al- Ikhlas yang menghiasi pesantren ya dengan para hafidz Al- Qur’an dari anak kecil hingga dewasa, pesantren Al- Ikhlas itu berdiri sejak tahun 80 han, kini pesantren tersebut menjadi terkenal karena output dari santri-santri Al- Ikhlas di akui masyarakat Indonesia bahkan sampai ke Negera tetangga Malaysia, Pesantren tersbut di kenal dengan kemamuan para santri nya yang sudah banyak prestasi di luar Negeri hinga menjadi orang yang hebat dan menjadi santri-santri yang sukses dunia akhirat, Pondok Pesantren tersebut di sesepuhi oleh seorang guru bernama Kiai Nasruddin, ia adalah seseorang yang sangat berjasa bagi semua orang, ia pun sudah memiliki 3 anak dan memiliki 2 cucu, di umur nya yang semakin sepuh, ia mulai menitipkan pondok kepada anak nya yang sulung yang bernama Abdul Nasruddin, ia di berikan tonggak pondok untuk di lanjutkan dan di kembangkan hingga semakin pesat dan semakin maju lagi agar banyak keberkahan untuk pesantren, pesantren Al- Ikhlas sudah memiliki sekitar 1000 santri dan santriwati, begitu banyak dan membutuhkan tenaga pendidik yang banyak. Para pengajar Tahfidz pun terus berupaya meningkatkan statement yang lebih baik dan lebih baik lagi serta terus ber evaluasi dalam menjalankan pesantren tersebut.

Kiai Nasrudin atau sering di panggil mama Sepu ini sudah mulai sakit, dengan sakit yang begitu aneh, ia merasakan sakit di bagian perut nya, padahal ketika di periksa kata dokter tak ada penyakit yang serius pada mama, hanya saja mama butuh istirahat yang cukup untuk kesembuhan nya, namun berbeda sekali dengan yang di rasakan mama, ia terus menerus meringis kesakitan seperti di tusuk-tusuk dengan jarum, entahlah apa yang ada di perut mama karena menurutnya ia merasakan ke anehan yang luar biasa, selain pada dokter keluarga pesantren pun membawa nya berobat kepada orang pintar di Negara tetangga Malaysia, namun masih uga belum sembuh bahkan mereka menyebutkan yang aneh-aneh yang jauh dari kata benar.

Mereka pun sudah lelah mengurusi sang mama sepuh, karena beliau sudah sakit sekitar 2 tahun, namun tak kunjung sembuh juga

Singkat cerita ada seorang pemulung muda yang mau belajar di pondok

“Assalamu’alaikum pak.?”

“Waalaikumsalam.” Jawab petugas yang tengah ada di depan gerbang pesantren

“Mau izin masuk, mau ketemu pa kiai pak.!”

“Oh silahkan,.” Kata petugas

“Mari saya antar.”

“Ngomong-ngomong kalau mau cari sampah di belakang banyak dek.” Ujar petugas kepada sang pemulung muda

“Oh iya, terimakasih pak, Cuma saya mau ketem pa kiai dulu, kebetulan saya mau nyantri disini pak.” Kata pemuda pemulung

“Hah, kamu mau nyantri disini, gimana ceritanya, liat tuh badan kamu kan bau, sudah-sudah pergi, pa kiai lagi gak ada.” Kata petugas sambil menyuruh pergi

“Lho, tadi katanya ada pak.”

“Gak ada, tadi pak kiai berangkat ke kota.”

“Baiklah pak kalau begitu saya pamit dulu, tapi lain kali saya kesini lagi ya.”

“Ah jangan-jangan gak usah, pak kiai lagi sakit, nanti kalau kamu datang menemuinya dia malah tambah parah sakit nya.” Ucap petugas

Saat itupun pemuda pemulung pun di usir oleh petugas, ia khawatir kalau pemulng itu akan memambah beban pagi pak kiai sepuh, ia juga khawatir pemulung itu malah menambah bibit penyakit .

Pemuda itupun kembali pulan dengan langkah pelan, sebenarnya ia adalah seorang pemuda yang tinggal di sebuah hutan yang ada di Jakarta, ia mendengar bahwa kiai sepuh sedang sakit dan ia membawa obat dari sang ibu di rumah untuk di berikan kepada sang kai sepuh, karena dahulu kiai sepuh saat masih muda pernah datang ke hutan dan membantu sang ibu yang sedang sakit di tengah jalan, sampai-sampai ia membawa ibu ke rumah di antarkan.

Sesampai nya di rumah nya di hutan.

“Assalamu’alaikum Bu.”

“Waalaikumslam.” Jawab ibu

“Gimana nak, apakah obat nya sudah di berikan kepada pak kiai sepuh.?”

“Maaf bu, saya belum bisa masuk bu, saya di usir oleh pa satpam bu.”

“Kenapa sampai di usir nak.?

“Karena saya pemulung dan bau bu, katanya saya malah akan menambah bibit-bibit penyakit bagi pak kiai bu.”

“Kasian pak kiai, ia sudah lama sakit, padahal ini adalah obat yang di ambil ibu dari hutan terlarang nak, ya sudah kalau begitu kamu istirahat lah nak.”

“Baik lah bu”

Saat itupun sang ibu merenung bagaimana ia akan bisa memberikan obat kepada pa kiai sepuh, sedangkan keadaan nya sangat buruk, ia tak punya baju baru untuk bisa masuk ke pesantren, hingga beberapa jam ia mulai mendapatkan ide untuk mengambil pakaian orang lain, ia pun berangkat untuk mengambil pakaian milik orang lain, tak lama kemudian…

“Maafkan saya ya Allah, saya akan mengambil pakaian milik orang lain, namun saya akan mengembalikan nya kembali Ya Allah, saya hanya meminjam pakaian ini untuk memberikan obat kepada sang kiai sepuh.” Ucap nya dalam hati

Tak lama kemudian ia pun berhasil mengambil pakaian milik orang lain dan bergegags kembali ke rumah nya di hutan.

“Nak nak nak.?” Sang ibu sampai dengan lari cepat

“Iya bu.”

“Ayo pakai lah pakaian ini, kita berangkat sekarang ke pondok, kasian pa kiai sudah lama sakit nak.”

“Baiklah bu, tapi ini pakaian dari mana bu.” Tanya sang anak

“Sudah lah, ibu meminjam nya dari tetangga sebelah.” Jawab sang ibu

“Sudahlah pakai lah sekarang nak.”

“Baik bu.”

Mereka pun segera menggunakan baju dan segera membawa obat itu kepada sang kiai sepuh untuk di minumkan dan di usapkan di bagian wajah pak kiai sepuh..

Sesampai nya di pondok…

“Assalamu’alaikum.?”

“Waalaikumsalam, ada yang perlu kami bantu bu.” Kata petugas

“Oh iya pak, saya mau bertemu pak kiai sepuh.”

“Sebentar bu, ada keperluan apa ibu kepada pak kiai sepuh.?”

“Saya mau memberikan obat ini kepada beliau bu.”

“Obat pa bu, jangan sampai ibu membuat pak kiai tambah parah ya bu.” Kata petugas ber prasangka buruk

“Iya pak, saya akan berusaha untuk menyembuhkan sang kiai sepuh.”

“Baiklah, tapi pemuda ini, saya pernah melihatnya seminggu yang lalu, bukankah dia pemulung yang bau.” Kata petugas

“Iya, saya memang pemulung yang bau, tapi saya tak pernah mengambil barang siapapun dan gak pernah berpikir untuk menambah bibit-bibit penyakit kepada sang kiai.” Ujatr pemuda

“Baiklah, kalau begitu saya antarkan kalian kepada kiai sepuh.”

“Terimakasih.” Kata sang ibu

Mereka pun berjalan menuju kamar sang kiai sepuh, dan pada waktu itu sang kiai sepuh sedang di rimbungi para santri dan keluarga pondok pesantren Al- Ikhlas, Pak kiai sudah semakin kritis dan semakin parah.

“Permisi, assalamualaikum.?” Ucap petugas

“Waalaikumsalam.” Jawab serentak

“Ada apa.” Kata sang anak kiai

“Mohon maaf pa kiai, ini saya mengantarkan seorang ibu dan anak, katanya mereka ingin mencoba menyembuhkan sang kiai sepuh pak kiai.” Kata petugas

“Baiklah, bawalah dia kemari.”

“Ayo silahkan.” Kata petugas pada sang ibu dan pemuda pemulung itu

“Terima kasih.’

Mereka pun di persilakan untuk menyembuhkan pak kiai sepuh, tanpa berpikir lama merek tak lupa menucapkan BISSMILAHIROHMAANIRROHIM dan meminumkan ramuan serta mengusapkan nya kepada wajah sang kiai sepuh, selang beberapa menit kemudian, tangan sang kiai sepuh bergerak dan mata nya perlahan bergerak dan terbuka, Subhanaallah, maha besar Allah sang kiai kini sadar dan sembuh dari penyakit yang di deritanya hamper 2 tahun, dan pada waktu itu sang ibu dan pemuda pemulung itu menceritakan tentang penyakit yang di dapat sang kiai, bahwasanya dahulu ketika sang kiai datang ke hutan saat berburu, ia menancapkan panah nya di sebuah pohon besar yang di kuasai jin sakti mandraguna, ia pun heran dan berpikir bahwasanya saat itu sudah berbuat salah, ia pun kini sembuh kembali dan berterima kasih kepada sang ibu yang sudah menolong nya, dan tersenyum karena sudah di pertemukan dengan orang yang dahulu pernah di tolong oleh sang kiai sepuh.

“Berbuat baiklah wahai santri-santri semua, karena setiap biji kebaikan yang pernah kita berikan kepada orang lain, suatu saat akan menjadi hasil dan akan kembali lagi kepada diri kita sendiri, jangan pernah kita tunggu-tunggu dengan apa yang kita berikan, karena keikhlasan lah yang akan membawa kebaikan itu kembali kepada diri kita sendiri.” Ujar sang kiai sepuh kepada seluruh warga pondok pesantren.

Akhirnya keluarga itupun kembali dengan bahagia karena sudah memberikan obat nya tersebut, dan sang ibu mengembalikan pakaian yang ia pinjam dengan bersih di tempat jemuran 2 hari yang lalu. Kini mereka bahagia, walapun di hutan ia tinggal namun sampai saat ini hubungan mereka dengan pesantren sangatlah kuat, bahkan seketika ada santri yang selalu membawakan makanan kepada mereka, sehingga mereka di ajak untuk tinggal di pesantren, dan pemuda itu mau, dengan kesungguhan nya di pesantren ia sangat rajin menghafal dan rajin mengaji.

15 Tahun kemudian….

“Kau sudah begitu pintar nak, kau sudah hafidz 30 zuz dan kau sudah menghafal semua kitab-kitab kuning yang di ajarkan di pondok pesantren ini nak.” Ujar kiai Abdul Nsrudin

“Terimakasih pak kiai”

“Setelah di pikir-pikir bersama pak kiai sepuh dan saya juga sudah mulai sulit melihat dan anak-anak saya sudah besar, sudah saat nya kau menikah nak, maukah kau menikah dengan putri ku Siti Kulsum Nasrudin,”

“Maaf pak kiai, apakah pantas seseorang seperti saya yang dulu di hutan untuk menikah dengan putrimu, sungguh ini anugerah terbesar yang baru saya dengar.”

“Tentu nak, kamu sudah 15 tahun disini, saya sudah melihat tingkah laku mu, dan kamu cocok dengan putriku kulsum, apakah kamu bersedia nak.”

“Kalau memang itu pandangan pak kiai, saya siap pak kiai, insyaAllah saya akan membawa dinda kulsum menuju surge dunia akhirat.”

“Alhamdulilah, baiklah nak, secepatnya kami akan mempersiapkan pernikahan kalian.”

Beberapa minggu kemudian akhirnya mereka pun menikah dan bahagia, sehingga kini ia pun di percaya untuk meneruskan pondok Al- Ikhlas untuk resmi ia pegang, Subhanallah betapa besar karunia Allah dan rencana nya, sungguh ini ke ajaiban dari Allah untuk orang-orang yang beriman.

Sekian….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post