Moh Jumadi, S.Pd

Orang yang suka berdandan perlente ini bernama Moh Jumadi, S.Pd, sering disebut juga dengan nama Mas Jumadi. Lahir di Desa Pilangwetan kecamatan Kebonag...

Selengkapnya
Navigasi Web
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KANDANGAN  KEC.  PURWODADI  KAB. GROBOGAN PADA SEMESTER I  TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KANDANGAN KEC. PURWODADI KAB. GROBOGAN PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara.

Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung. Untuk itu seharusnya guru mencari informasi tentang kondisi mana yang dapat meningkatkan motivasi belajar untuk siswa di sekolah dasar.

Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya motivasi belajar Pkn bagi siswa. Hal ini terbukti bila diadakan ulangan harian per pokok bahasan selalu hasil belajar Mapel PKn di Sekolah Dsar kurang memuaskan. Hal ini menujukkan bahwa motivasi belajar siswa untuk mata pelajaran PKn masih rendah.

Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar siswa untuk mata pelajaaraan PKn antara lain :

1. Media Pembelajaran

Penggunaan media Pembelajaran yang kurang tepat atau tidak menggunakan sama sekali, pasti hasil belajar siswa kurang maksimal.

Higgis dalam Ruseffendi (1993: 144) mengatakan bahwa keberhasilan 60 % lawan 10 % bila menggunakan media dibandingkan dengan tidak menggunakan media.

Penggunaan media Pembelajaran merupakan jembatan belajar yang awalnya terdapat benda-benda konkret seperti pengalaman anak. Pada jembatan selanjutnya terdapat semi konkret seperti benda-benda tiruan. Berikutnya lagi terdapat semi abstrak berupa gambar-gambar, dan selanjutnya terdapat abstrak berupa kata-kata.

Selain itu dengan media siswa dapat melihat secara langsung materi atau bahan yang dipelajari dan akhirnya memori otak siswa akan dapat mengingat lebih lama bahkan mungkin selama hidup akan mengesan pada siswa.

2. Model atau Methode Pembelajaran yang menarik.

Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan pada mata pelajaran PKn di Sekolah Dasar adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL). MenurutSuprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yan dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalahsalah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah. itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna , pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalamberbagai macam tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluarsekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalahyang mereka hadapi .

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitanantara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secaranyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan danmenerapkan kompetensiMotivasi belajar dalam kehidupan sehari-hari.Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yangdipelajarinya (Mulyasa, 2005: 55).Berdasarkanuraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian di SDN I Kandangan, dengan judul penelitian : “ Peningkatan Motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi Struktur Pemerintahan desa melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bagisiswa Kelas IV SD Negeri I Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016”.

B.RumusanMasalah

Dari latarbelakang masalah yang dipaparkan di atas maka rumusan permasalahan padapenelitian inia dalah: “Apakah melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi struktur Pemerintahan desa bag isiswa Kelas IV SD NegeriI Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada semester I tahunpelajaran 2015/2016 meningkat?”

C.TujuanPenelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi struktur pemerintahan desa melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bagisi siwa Kelas IV SD NegeriI Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Groboganpada semester I tahun pelajaran 2015/2016.

D.ManfaatPenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagaiberikut:

a.Bagi siswa

Meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran PKn sehingga hasil belajarnya

juaga meningkat

b.Bagi Guru

Sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajarandan dapat menoptimalkan penggunaan

Pendekatan CTL dalam pembalajaran PKn.

c.Bagi Sekolah

Meningkatkan motivasi belajar PKn siswa dan hasil belajar siswa akan meningkatkan juga citra sekolah di mata masyarakat.

d.Bagi penulis

Pengalaman yang berharga bagi untuk melaksankan tugas yang lebih profesional di masa yang akan datang

1. Bagi kepala sekolah adalah merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam memecahkan berbagi masalah disekolahnya melalui kegiatan penelitian.

2. Bagi guru diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kompetensi dan kreativitas mengajarnya terutama dalam melaksakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning ( CTL )

3. Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapatmendorong keberhaasilan dan peningkatan mutu pembelajaran

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Konstektual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Teaching and Learning (CTL) yang intinya membantu guru untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnyalingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apayang dipelajarinya, Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalahyang mereka hadapi dalam suatu situasi.

Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitanantara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secaranyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan danmenerapkan kompetensimotivasi belajar dalam kehidupan sehari-hari.Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akanmemperoleh makna yang mendalam terhadap apa yangdipelajarinya (Mulyasa, 2005: 55).

Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Landasan FilosofisContextual Theaching and Learning adalah konstruktivisme yaitu belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak sendiri. Prinsip pembelajaran constektual adalah Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi ‘sesuatu’ yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwapendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakankonsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata kedalam kelasdan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yangdimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagaianggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Prosespembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswabelajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kesiswa.

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Hakekat Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,Depdiknas, 2003:5yakni :

a) Konstruktivisme (Constructivism)

b) Bertanya (Questioning)

c) Menemukan (Inquiri)

d) Masyarakat belajar (Learning Community)

e) Pemodelan (Modeling)

f) Refleksi (Reflecting)

g) Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)

a) Konstruktivisme (Constructivism) :

Setiap individu dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk ide baru.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang motivasinya diperluas melalui konteks yang terbatas.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:6).

Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :

1) Mengandung pengalaman nyata (Experience);

2) Adanya interaksi sosial (Social interaction);

3) Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense making);

4) Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).

b) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseoarang selalu dari „bertanya‟. Bertanya merupakan strategi guru untuk menilai kemampuan berpikir siswa. Dengan bertanya seorang guru dapat membimbing siswa kearah tujuan pembelajaran yang diinginkan. Bagi siswa bertanya merupakan langkah untuk menggali informasi dan mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahui.Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis;

2) Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;

3) Membangkitkan respon kepada siswa;

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;

5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;

6) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;

7) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan bertanya hampir selalu digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan (Sanjaya, 2007: 264).

c) Menemukan (Inquiry)

Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran Contextual Teachingand Learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.

Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri

Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :

1) Merumuskan masalah ;

2) Mengajukan hipotesis;

3) Mengumpulkan data;

4) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;

5) Membuat kesimpulan.

Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.

d) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas, 2003).

Pada konsepnya learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Untuk itu Guru disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar yang heterogen. Sehingga siswa yang pandai dapat menjadi sumber belajar bagi siswa lainnya. Namun guru juga harus merancang bahwa tidak ada siswa yang merasa bahwa dirinya lebih unggul dari siswa lainnya. Peran guru sebagai pembimbing tetap sangat diperlukan.

e) Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan pemodelan (Modelling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa (Sanjaya, 2007: 256).

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :

1) Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang lain.;

2) Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;

3) Representasi (representation), model yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan radio.

f) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas, 2003).Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :

1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh pada pembelajaran yang baru saja dilakukan.;

2) Catatan atau jurnal di buku siswa;

3) Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

g) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, Motivasi tes tulis dan karya tulis.

Assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai motivasi dari suatu program instruksional. Rumusan ini menunjukkan, bahwa motivasi assessment terhadap siswa dapat digunakan sebagai bukti yang patut dipertimbangkan dalam rangka evaluasi pengajaran. Jadi, assessment bukan hanya menilai siswa melainkan sangat fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri.Katakteristik Autentic Assessment antara lain:

1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran.

2) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif.

3) Yang diukur keterampilan bukan mengingat fakta.

4) Terintegrasi (Oemar, 2001: 146).

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Menurut Johnson dalam bukunya Nurhadi, ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), seperti dalam rincian berikut:

a. Melakukan hubungan yang bermakna (Making meaningful connection)

b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (Doing significant work)

c. Belajar yang diatur sendiri (Self-regulated learning)

d. Bekerja sama (Collaborating)

e. Berpikir kritis dan kreatif (Critical and creative thinking)

f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (Nurturing the individual)

g. Mencapai standar yang tinggi (Reaching high standards)

h. Menggunakan penilaian autentik (Using authentic assessment) (Nurhadi dan Agus, 2003: 13-14).

d. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

a. Perencanaan Pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh guru meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pembelajaran, Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang mengacu pada format pembelajaran kontekstual.

b. Proses Pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan konteksutal, proses belajar mengajar didominasi oleh aktifitasiswa sedangkan guru hanya berperan sebagi fasilitator bagi siswa dalam menemukan suatu konsep atau memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas atau lingkungan sekitar dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang efektif dan menggunakan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar tidak hanya berasal dari guru tetapi dari berbagai sumber, seperti buku paket, media masa, lingkungan dan lain-lain.

c. Evaluasi Pembelajaran

Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja dan produk

e. Langkah Pembelajaran Kontekstual

Desain (skenario) pendekatan pembelajaran CTL, menurut Rusman (2010: 200) pada intinya pengembangan setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:

1). Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2). Melaksanakan sejauh mungkin inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3). Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4). Menciptakan masyarakat belajar, seperti malalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

5). Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

6). Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

7). Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Pembelajaran kontekstual dalam program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang direncanakan oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Ngalim Purwanto (2007: 73) mengatakan bahwa: Motivasi adalah “pendorongan”: suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Hamzah (2008: 3) menjelaskan istilah motivasi berasal darikata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atauberbuat.

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri.

Motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar menurut Iskandar (2009: 181) yaitu: daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan.

Dari beberapa definisi yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah dorongan mental yang akan membuat seseorang bertindak mengarah kepada adanya pencapaian tujuan yang dianggap sebagai kebutuhan. Dorongan mental ini dapat tumbuh dari dalam diri individu dan juga akibat dari adanya rangsangan dari luar.

b. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenisnya. Ada jenisMotivasi yang terjadi karena keinginan seseorang yang inginmendapatkan sesuatu. Jenis Motivasi lain yaitu motivasi yang yang terjadi karena seseorang tersebut ingin mengejar target yang telah ditentukan agar bermotivasi sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Sugihartono, (2007: 78) menjelaskan jenis-jenis Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi empat macam, antara lain: (1) Motivasiinstrumental;(2) Motivasi sosial, peserta didik belajar untuk penyelenggarakan tugas;(3) Motivasi berprestasi;(4) Motivasi instrinsik.

c. Fungsi Motivasi.

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapatmenjadikan seseorang mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Sardiman (2007: 85) menjelaskan motivasiakan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi seperti: “

1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;

2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;

3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat lagi bagi tujuan tersebut.”

d. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Enam peranan Motivasi dalam belajar adalah

1) peranan Motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong kegiatan pembelajaran. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak utama bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses pembelajaran.

2) peranmotivasi memperjelas tujuan pembelajaran. Motivasi bertalian dengan suatu tujuan, tanpa adanya tujuan maka tidak akan ada motivasi seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting dalam mencapai hasil pembelajaran siswa (peserta didik) menjadi optimal. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi siswa (peserta didik) yang harus dikerjakan sesuai tujuan tersebut.

3) peranMotivasi menyeleksi arah perbuatan. Di sini Motivasi dapat berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa (peserta didik) apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan.

4) peranmotivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi internal biasanya muncul dari dalam diri siswa dalam pembelajaran umumnya di dapat dari guru (pendidik). Jadi dua motivasi ini harus disinergikan dalam kegiatan pembelajaran, apabila siswa (peserta didik) ingin meraih hasil yang baik.

5) peranmotivasi menentukan ketekunan dalam pembelajaran. Seorang siswa (peserta didik) yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengantekun. Dengan harapan mendapat hasil yang baik dan lulus.

6) peranmotivasi melahirkan prestasi. Motivasi sangat berperan dalam pembelajaran siswa (peserta didik) dalam meraih prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi seseorang siswa (peserta didik) selalu dihubungkan tinggi rendahnya motivasi pembelajaran seseorang siswa tersebut.

e. Indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno, (2008: 23) ciri-ciri motivasi belajar dapat adalah 1) adanya hasrat dan keinginan berMotivasi, 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.

B. Kerangka pikir

Gambar 2.1 Kerangka pikir

C. Hipetesis

Hipotesis :

Melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)Motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi struktur pemerintahan desa bagi siswa Kelas IV SD Negeri I Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016 meningkat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitianinibertempat di SD Negeri I Kandangan UPTD Pendidikan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

B. WaktuPenelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama3 bulan, yaitumulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015 . Secaraterperinci, penggunaan waktu ditabelkan sebagaiberikut:

Kegiatan

TanggalPelaksanaan

Menyusun proposal daninstrumenpenelitian

1 s/d 7Agustus 2015

KegiatanPrasiklus

8Agustus 2015

Analisis data Prasiklus

9-11 Agustus 2015

MenyusunInstrumendanperencanaantindakansiklus I

12-14Agustus 2015

PelaksanaanTindakanSiklus I

15Agustus 2015

Analisis data Siklus I

16- 31Agustus 2015

MenyusunInstrumendanperencanaantindakansiklus II

1 – 11 September 2015

PelaksanaanTindakanSiklus II

12 September 2015

Analisis data Siklus II

13-24 September 2015

Pengumpulan data danPenyusunanlaporanpenelitian

25 September s/d 25 Oktober 2015

C. SubjekdanObjekPenelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri I Kandangan Kecamatan Purwodadi.Objek penelitian adalah motivasi siswa kelas IV SDN I Kandangan Kec. Purwodadi Kabupaten Grobogan belajar Pendidikan Kewarganegaraan materi struktur pemerintahan desa pada semester I tahun pelajaran 2015/2016.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji berupa informasi tentang prestasi siswa dalam mata pelajaran PKn. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber, adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri dari siswa Kelas IV SD Negeri I Kandangan Kecamatan Purwodadi.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran matapelajaran PKn

3. Arsip atau dokumen, yang antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa.

E. TeknikPengumpulan Data

Teknik yang digunakandalammengumpulkan data tersebutmeliputipengamatan (observasi), kajiandokumen, dan tes yang dapat diuraikan sebagaiberikut:

1. Observasi

Observasi ini dilakukan oleh guru Kelas IV dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerjasiswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadapmotivasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri I Kandangan Kecamatan Purwodadi.

2. Kajian Dokumentasi

Kajian dokumen digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, ,dan nama responden penelitian padasiswa Kelas IV SD Negeri I Kandangan Kecamatan Purwodadi

F. TeknikAnalisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Analisa data dilakukan sebelum dan sesudah penelitian tindakan kelas dilakukan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan Motivasi belajar siswa dengan model CTL padamata pelajaran PKn.

G. IndikatorKinerja

Indikator kinerja dalampenelitian ini adalah penelitiandikatakan berhasil jika motivasi belajar siswa meningkat dengan penggunaan model pembelajaran CTL, mampu mencapai persentase 80% baik secarakualitas maupun kuantitas.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Prasiklus

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukanpada Kelas IV SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran PKn yang ada di Kelas IV tersebut yaitu siswa mengalami kesulitandalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Penelitian akan mencoba melakukan variasi model pembelajaran PKn denganmenggunakan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)pada materi struktur pemerintahan desa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang secarabersiklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaantindakan (acting), pengamatan/observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian meliputi motivasi belajar siswa dalam pembelajaranPKN ,kinerja guru dalam menerapkan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),kuesioner tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan identifikasi masalah dananalisis penyebab timbulnya masalah yang terdapat pada prosespembelajaran sebelum tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan identifikasimasalah analisis penyebab timbulnya masalah pada proses pembelajaransebelum tindakan kelas dilakukan, maka diambil tindakan pemecahanmasalah yang dipandang tepat, yaitu dengan menerapkan pembelajarandengan menggunakaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Adapun langkah-langkah dalam merencanakan penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut.

1) Menyusun alat-alat penelitian yang mengacu pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

2) Menyusun rencana pembelajaran siklus I yang meliputi kompetensi dasar, indikator pencapaian motivasi belajar, sumber dan bahan, dan kegiatan belajar mengajar.

3) Menyiapkan lembar pengamatan motivasi belajar siswa yang menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Lembar pengamataan dibuat untuk mengetahui sejauh manainteraksi siswa pada saat proses pembelajaran

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tiap siklus, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran (RP). Pada siklus I, peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran (RP). Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah guru menyampaikan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran dan menjelaskan materi struktur pemerintahan desa. Langkah-langkah pembelajaranContextual Teaching and Learning (CTL)

1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Menciptakan masyarakat belajar

5. Menghadirkan model sebagian contoh belajar

6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

7. Melakukan penilain yang sebenarnya dengan berbagai cara.

c. Pengamatan

Pada penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaan penerapan pembelajaran model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti.

Hasil pengamatan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :

Bahwa ketika diberikan tindakan berupa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) , motivasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dalam pembelajaran PKN masuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 64.46%. Untuk aspek adanya hasrat dan keinginan berMotivasi dalam pembelajaran mencapai presentase 64.71%. Untuk aspek adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 64.71%. Untuk aspek adanya semangat belajar untuk harapan dan cita-cita masa depan mencapai presentase 66.18%. Untuk aspek keinginan untuk mendapatkan penghargaan dalam belajar 66.18%. Untuk aspek berperan serta untuk menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar mencapai presentase 61.76%. Untuk aspekmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif mencapai presentase 63.24%.

d. Refleksi

Berdasarkan Motivasi observasi siklus I yang merupakan siklus awal dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang proses belajarnya belum optimal, belum terlihat adanya perkembangan yang cukup membanggakan walaupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan, tetapi peningkatan tersebut hasilnya belummaksimum, sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan yang mengarah pada perkembangan yang cukup berarti.

Dari Motivasi observasi terdapat kelebihan dan kelemahan dalam proses pembelajaran baik kelebihan dan kelemahan pada siswa dan guru pada pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan Motivasi perolehan dari pelaksanaan siklus I, maka masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan pencapaian indikator yang harus dicapai dalam penelitian sebagai berikut :

1) Dari hasil siklus I motivasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dalam pembelajaran PKn masuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 64.46% tetapi belum mencapai standar kompetensi, yakni sekurang–kurangnya 80% dari keseluruhan siswa yang berjumlah 34 orang.

2) Secara detail penajabaran aspeknya adalah Untuk aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam pembelajaran mencapai presentase 64.71%. Untuk aspek adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 64.71%. Untuk aspek adanya semangat belajar untuk harapan dan cita-cita masa depan mencapai presentase 66.18%. Untuk aspek keinginan untuk mendapatkan penghargaan dalam belajar 66.18%. Untuk aspek berperan serta untuk menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar mencapai presentase 61.76%. Untuk aspekmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif mencapai presentase 63.24%.

3. Siklus II

Pada siklus II materi yang akan dibahas adalah lanjutan dari materi yang dibahas pada siklus I yaitu cara Pelaksanaan komunikasi antar individu pada struktur pemerintahan desa. Pada siklus II materi yang diajarkan adalah materi lanjutan dari siklus I. Perlu ditekankan di sini antara siklus I dan siklus II tidak saling mempengaruhi. Materi yang diajarkan merupakan lanjutan dari siklus I bukan pengulangan materi dari siklus I. Uraian tiap tahapan siklusnya adalah:

a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pada siklus II dilakukan atas dasar hasil refleksi pada siklus I, adapun kegiatan yang direncanakan adalah sebagai berikut.

1) Alat-alat penelitian yang disusun pada siklus II adalah rencana pembelajaran dengan materi struktur pemerintahan desa.

2) Menyiapkan lembar observasi motivasibelajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

3) Guru mempresentasikan kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan yaitu materi struktur pemerintahan desa yang akan disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) serta sedikit memberi penjelasan lagi mengenai metode pembelajaran tersebut. Pada tahap ini guru juga mengupayakan agar kondisi kelas dapat terkendali sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan melihat apa-apa saja kekurangan dari siklus I

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu pendahuluan dengan apersepsi, guru menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti materi pelajaran, kemudian siswa menyiapkan buku-buku materi yang akan digunakan sebagai pendukung pembelajaran. Sebagian ada buku yang milik pribadi serta ada beberapa buku yang dipinjam dari perpustakaan. Pada siklus II siswa terlihat adanya kesiapan dalam mengikuti pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran guru mengkomunikasikan topik pembelajaran serta kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang berkaitan dengan struktur pemerintahan desa.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan langkah-lamgkah sebagai berikut

a. Kegiatan Awal

1) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,

2) Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari

4) Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengontrol kerja siswa.

2) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.

3) Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, hasil, dan memfasilitasi kerja sama,

4) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat tugas,

5) Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat,

6) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru dan siswa membuat kesimpulan cara menyelesaikan soal cerita perkalian bilangan,

2) Siswa mengerjakan lembar tugas

3) Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian, guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus dapat memberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini dapat dilakukan apabila waktu masih tersedia

c. Observasi

Hasilpengamatan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

Bahwa ketika diberikan tindakan berupa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) , Motivasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dalam pembelajaran PKN masuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 81.86%. Untuk aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam pembelajaran mencapai presentase 82.35%. Untuk aspek adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 80.88%. Untuk aspek adanya semangat belajar untuk harapan dan cita-cita masa depan mencapai presentase 80.88%. Untuk aspek keinginan untuk mendapatkan penghargaan dalam belajar 80.88%. Untuk aspek berperan serta untuk menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar mencapai presentase 83.82%. Untuk aspekmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif mencapai presentase 82.35%.

d. Refleksi

Gambaran umum pelaksanaan siklus II sudah mengalami banyak perbaikan, karena sudah ada peningkatan dan sudah mencapai indikator yang diinginkan, dan sudah dapat dilakukan guru secara konstan. Setelah dilakukan observasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II di peroleh refleksi sebagai berikut :

1) Pada siklus II ini motivasi belajar siswa Kelas IV SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dalam pembelajaran PKn masuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 81.86%. Untuk aspek adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam pembelajaran mencapai presentase 82.35%. Untuk aspek adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 80.88%. Untuk aspek adanya semangat belajar untuk harapan dan cita-cita masa depan mencapai presentase 80.88%. Untuk aspek keinginan untuk mendapatkan penghargaan dalam belajar 80.88%. Untuk aspek berperan serta untuk menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar mencapai presentase 83.82%. Untuk aspekmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif mencapai presentase 82.35%.

2) Siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)dan siswa juga sudah melakukan pembelajaran dengan cukup baik.

3) Siklus II ini dipandang sudah sangat baik dan materi dapatdiselesaikan dengan baik pula.

B. Pembahasan

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitanantara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secaranyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan danmenerapkan kompetensihasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari,peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akanmemperoleh makna yang mendalam terhadap apa yangdipelajarinya. Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Motivasi memiliki peranan penting di dalam kegiatan pencapaian tujuan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan Motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah dipelajari. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Berikut ini indikator-indikator Motivasi belajar .

adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam pembelajaran

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

adanya semangat belajar untuk harapan dan cita-cita masa depan

keinginan untuk mendapatkan penghargaan dalam belajar

berperan serta untuk menciptakan kegiatan yang menarik dalam belajar

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

Bahwa baik secara kualitas maupun kuantitas sebelum pemberian tindakan berupa model Contextual Teaching and Learning (CTL) Motivasi belajar siswa kelas IV di SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Secara kualitas sebelum diberikan tindakan hanya mencapai persentase sebesar 52.45 %. Setelah diberikan tindakan mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 64.46 % dan pada siklus II meningkat menjadi 81.86 %. Secara kuantitas sebelum diberikan tindakan mencapai hanya mencapai persentase sebesar 52.94 %. Setelah diberikan tindakan mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 70.59 % dan pada siklus II meningkat menjadi 82.35 %.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Pemberian tindakan berupa model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV di SD Negeri I KandanganKecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan baik secara kualitas maupun kuantitas sebelum. Secara kualitas sebelum diberikan tindakan motivasi belajar siswa hanya mencapai persentase sebesar 52.45 %. Setelah diberikan tindakan berupa model Contextual Teaching and Learning (CTL) Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 64.46 % dan pada siklus II meningkat menjadi 81.86 %. Secara kuantitas sebelum diberikan tindakan motivasi belajar siswa hanya mencapai persentase sebesar 52.94 %. Setelah diberikan tindakan berupa model Contextual Teaching and Learning (CTL)Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 70.59 % dan pada siklus II meningkat menjadi 82.35 %.

B. Saran

1. Guru sebaiknya selalu memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru memanfaatkan model-model pembelajaran seperti model Contextual Teaching and Learning (CTL)sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan mulai mengurangi metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah.

2. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)dapat digunakan untuk melatih siswa menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran PKN.

3. Penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)dapat digunakan sebagai bahan masukan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang serupa atau bahan perbandingan dengan model pembelajaran lainnya dan memperkaya pengetahuan dan literatur khususnya tentang model-model pembelajaran yang ada saat ini.

C. TUJUAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah, bahwa, penelitian tindakan dapat dilakukan baik secara grup maupun individual dengan harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kwalitas kerja orang lain. Penelitian ini didesain terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdapat kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa di SD Negeri 1 Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.

Objek penelitian adalah peningkatan motivasi siswa belajar PKn memahami dan mengembangkan potensi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suhartini.2004. Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta: Bumi Aksara

Aunurrahman.2010.Belajar danPembelajaran.Alfabeta:Bandung.

DepartemenPendidikanNasional .2003. Undang-Undang No 20 tentang Sisdiknas. Dikdasmen :Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional .2009. BBM untuk KKPS . PMPTK : :Jakarta

E.Mulyasa. 2005. MenjadiGuru Profesional. Bandung: RemajaRosdakarya.

Hamzah B. Uno.2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mantja. 2007. Etnografi; DesainPenelitianKualitatifGuruandanManajemen. Guruan. Malang: Elang Mas.

Miles danHuberman. 2007. Analisis Data Kualitatif, Bukusumbertentangmetode-metodebaru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L.J. 2006. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya

NurhadidanGerradSendukAgus. 2003. PembelajaranKontekstual(Contextual Teaching And Learning/CTL) Dan PenerapannyaDalam KBK. Malang: PenerbitUniversitasNegeri Malang.

Pidarta, Made .2009 . Supervisi Pendidikan Kontekstual .PT. Rineka Cipta: Jakarta

Purwanto, Ngalim. 2006. AdministrasidanSupervisiPendidikan. Bandung: Remajarosda Karya.

Rusman. 2010. Model ModelPembelajaran. Bandung: RajawaliPers

Sagala, Syaiful. 2009. KonsepdanMaknaPembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.

Sagala,Syaiful. 2009.KonsepdanMaknaPembelajaran. Bandung :Alfabeta.

Sardiman, 2011. InteraksidanMotivasiBelajarMengajar. Jakarta: Rajawali Press

SumiatidanAsra. 2009. MetodePembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Suprijono, Agus. 2011. Cooperatif Learning, TeoridanAplikasi PAIKEM. (Cet. V). Yogyakarta: PustakaPelajar

Susdiyantodan Ahmad. 2009. StrategiPembelajaran. (ModulPendidikandanLatihanProfesi Guru). Makassar: PanitiaSertfikasi Guru Agama Rayon LPTK FakultasTarbiyahdanKeguruan UIN Alauddin Makassar.

Trianto. 2011. DesainPengembanganPembelajaranTematikbagianakusiadini TK/RA &anakUsiaKelasAwal SD/MI. Jakarta. Kencana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

belum sempat upload

15 Jan
Balas

Aamiiin. Sukses juga buat mbak Indah.

11 Feb
Balas

Ada PTK yg terbaru pak..

15 Jan
Balas

sukses bapak..

11 Feb
Balas



search

New Post